Satu.

162 20 0
                                    

Sebagai salah satu anak yang belum pernah mengikuti kegiatan organisasi sewaktu sekolah (selain karang taruna di rumah), Zoya cukup ambis untuk mengikuti kegiatan organisasi di kampus. Supaya bisa memenuhi halaman CV, pengalaman, dan memperluas koneksi, katanya.

Tahun ini adalah tahun kedua Zoya mengikuti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di prodi Manajemen Pendidikan. Dan di periode ini Zoya diamanahi sebagai kepala divisi Media Informasi dan Kreatif (Medfo). Anak-anak di divisinya sih menyebutnya 'Tukang Ambil dan Edit Foto-Video'.

Saat awal masuk, sih Zoya semangat dan yakin banget untuk bergorganisasi. Dari mulai tugas-tugas membentuk kabinet baru, merekrut anggota, merancang program kerja, pelantikan, sampai pelaksanaan program kerja. Semua itu Zoya jalani dengan bersemangat dan optimis. Setidaknya sampai satu bulan melaksanakan program kerja.

Sayangnya Zoya lupa kalau semester ini semester 4 dan semester depan dia akan memasuki semester 5. Yang mana tugas makin banyak dan makin serius. Dia tidak bisa selalu menangani kerjaannya sebagai kepala divisi di BEM. Seperti saat ini. Seharusnya nanti sore ia ada pertemuan dengan pengurus Medfo fakultas lain untuk membahas program kerja kolaborasi yang sudah mereka rancang sebelumnya. Namun ternyata ada tugas yang tidak tercatat olehnya minggu lalu dan harus dikumpulkan besok. Jadi hari ini Zoya harus segera mengerjakan dan bergadang hingga tugasnya selesai.

Zoya tidak ada pilihan lain selain meminta izin tidak dapat hadir juga meminta anggota Medfo yang lain untuk mewakilkannya dalam diskusi.

"Bisa-bisanya lo Jo lupa tugasnya bu Shinta." Ujar Yerina sambil menyeruput esteh manisnya. Saat ini mereka sedang berada di cafe fakultas untuk makan siang sebelum lanjut kelas.

Jennie menatap Zoya yang duduk di sebelahnya, "Minggu lalu lo selesai part time jam berapa sampe gagal fokus?"

Yerina juga ikut menatap bahkan menunjuk wajah Zoya, "Sampe closing, ya?"

Zoya mendecak dan menurunkan tangan Yerina dari hadapan wajahnya.

"Iya. Tapi bukan karena part time, sih. Emang lagi lupa aja waktu itu." Sanggah Zoya.

"Utu-utu-utu. Pokoknya jangan lupa minum vitamin yang banyak." Kata Yerina sambil menepuk-nepuk kepala Zoya

"Ini lo pada lagi ngomongin apa, sih?" Satu-satunya laki-laki di antara mereka akhirnya membuka suara.

"Kepo lo, Do." Dengus Jennie.

"Udah lo nge-cover aja sana sama Senja. Sejak kapan lo nimbruk makan siang sama kita lagi?" Kata Yerina ketus.

"Dih masih ngambek aja, lo." Kata Dodo.

"Menurut ngana? Nungguin ngana dua jam kayak orang bego, tau gak?" Balas Yerina masih dengan nada ketus.

"Udah ah lo berdua, lanjut ntar aja masalah rumah tangganya. Jangan di sini, malu." Lerai Jennie kalem.

"Dih biasanya juga lo yang malu-maluin." Cibir Yerina. Zoya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan teman-temannya itu. Dia melihat cowok yang duduk di hadapannya. Dimas Sabdo, dipanggilnya Dodo. Salah satu teman Zoya yang cukup dekat dari mulai masuk kuliah. Ganteng sih, tapi anaknya bully-able karena kadang suka gak jelas. Tapi alasan utama dia bully-able tuh tampangnya kadang suka ta-blo, jadi sasaran empuk bagi anak-anak kelas terutama yang cowok. Eh, tapi dia youtuber, lho! Kontennya musik, suka cover-cover gitu dan suaranya emang bagus.

"Ntar gue ceritain." Kata Zoya pada Dodo akhirnya. Dodo hanya mengangguk dan melanjutkan makannya yang tinggal sedikit dengan tidak minat.

Mereka melanjutkan makan siang sebelum akhirnya berpisah pulang ke rumah masing-masing karena kelas setelah makan siang dibatalkan. Zoya merasa sangat bersyukur karena dia bisa mengerjakan tugasnya lebih cepat.

.

.

Malam tiba.

Zoya kini sedang duduk manis menunggu pesanannya selesai. Lambungnya sudah mulai terasa perih karena memang saat ini sudah cukup larut. Dia baru menyelesaikan tugas yang dilupakannya itu sekitar pukul sepuluh malam, dan kini sudah pukul setengah sebelas malam.

"Mas, udah selesai belom, ya?" Tanya Zoya pada pemuda yang membuatkan pesanannya.

"Bentar lagi ya, Mbak. Maaf saya cuma gantiin bapak jadi masih kagok." Kata pemuda tersebut dengan nada panik.

"Emang pakde nya lagi kemana?" Tanya Zoya lagi.

"Tadi pulang duluan, gak enak badan." Jelas pemuda itu.

Zoya menganggukkan kepalanya, "Yaudah kalo gitu, tolong cepet sedikit ya, Mas. Lambung saya udah mulai sakit soalnya."

"Iya, Mba. Nih udah selesai." Kata pemuda yang membuatkan pesanannya sambil menyodorkan kantong berisi nasi goreng yang baru selesai dibungkus. Zoya menerimanya.

"Alhamdulillah." Zoya berdiri dan memberikan dua lembar uang pas sambil mengucapkan terima kasih.

Setelah itu Zoya bergegas kembali ke indekos untuk mengisi perutnya yang sudah mulai terasa sakit.

Zoya menyewa kamar kos tidak jauh dari kampus, dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 10 menit. Terkadang Dodo atau Yerina menawarkan tumpangan, namun hari ini Dodo harus menjemput partner cover lagunya sedangkan Yerina masih ingin ke salon kampus untuk menghilangkan badmood karena Dodo.

Indekos yang disewa Zoya pada dasarnya adalah rumah. Berisi 3 kamar tidur, satu kamar mandi, satu dapur dan ruang laundry. Ada halaman kecil di depan rumah, cukup untuk memarkir satu mobil dan satu motor. Namun hanya terisi dua motor saja. Teman satu kos Zoya ada 3 orang. Salah satunya adalah mahasiswa jurusan tata boga dan satu angkatan dengan Zoya, sedangkan dua diantaranya kakak beradik. Sang Kakak sudah memasuki semester 7 sedangkan adiknya mahasiswa baru semester ini. Adiknya juga salah satu adik kelas Zoya saat SMK.

"Kak Zoya!"

Merasa namanya dipanggil, Zoya menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara.

"Dara?"

Yang dipanggil 'Dara' itu kini sedang berdiri di hadapannya, diikuti seorang pemuda yang kini juga berdiri di hadapannya.

"Kosan kak Zoya di sekitar sini? Deket banget dong dari kampus."

Zoya mengangguk, "Iya di komplek belakang. Kalian baru mau pulang?"

"Iya nih baru mau pulang, Kak."

"Ngomong-ngomong tadi gimana rapatnya?" Tanya Zoya. Mereka merupakan anggota divisi nya di BEM prodi yang sore tadi mewakilkannya untuk rapat.

"Lancar kok, Kak. Kita juga sampein pesan kakak. Hasil rapatnya nanti bakalan di-share sama sekretaris." Kali ini pemuda yang di samping Dara menjawab.

"Oh gitu, bagus-bagus. Makasih ya, Dara, Juan." Ucap Zoya sambil tersenyum.

"Santai, Kak. Kan tugas kita juga." Balas Juan.

"Sayang banget tadi kakak gak ikut. Kita kumpul-kumpul terus ditraktir di cafe ini lho, Kak. Ini kita baru selesai."

"Oh, ya? Iihh asik, dong! Sama siapa?" Tanya Zoya penasaran. Tetiba dia jadi menyesal tidak ikut rapat. Kapan lagi rapat di luar kampus dan ditraktir di cafe?

"Sama ketua Kominfo prodi bisnis," Dara memberi jeda pada kalimatnya, ia membalikkan tubuhnya dan mencari sesorang. Ketika mendapatinya, Dara menunjuk orang itu sambil melanjutkan kalimatnya, "Tuh dia! Yang pake jaket denim. Kak Gavin."

Seketika Zoya merinding mendengar nama itu.

Di sana. Cowok berparas tampan yang berdiri di depan cafe, memakai jaket denim, tas biru dongker, celana hitam, dan sedang menenteng helm. Berdiri dan juga menatap mereka bertiga dengan senyum kecil. Lalu mata Si Cowok berhenti pada Zoya. Senyumnya berganti menjadi seringai kecil yang membuat Zoya makin merinding bahkan menggigil.

.

.

.

To be Continued

Tentang yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang