Kim Seokjin. Hidupnya ternyata tak seindah yang mereka bayangkan. Termasuk aku sendiri, Seokjin.
Tak pernah terpikirkan untuk kabur dari rumah hanya demi membantah aturan orangtua. Bukan tak ingin diatur, tapi karena ia tak pernah didengar.
"Apa mimpimu?"
Pertanyaan seperti itu cukup terulang ulang di dalam benakku. Berharap seseorang bertanya seperti itu meskipun kenyataannya nihil.
Beralih depresi dan kehilangan jati diri. Tak tahu arah dan tak tahu cara bagaimana bangkit dari keterpurukan.
Inilah cerita yang sebenarnya aku alami. Seokjin.
Beruntung, wanita itu hadir dalam kehidupannya. Wanita yang sebenarnya sama sepertinya, penuh kebohongan.
Setidaknya, ia membantuku. ujarnya
Memutar balikkan stir mobil dengan handal, layaknya seorang pengemudi yang sudah mahir dengan satu tangan, cukup terlihat keren, terlebih lagi wajah tampan yang mendominasinya.
Jalan dimana menuju arah ke apartnya seharusnya lurus ke depan, ia memutarnya. Ia juga menekan tombol di layar tipis yang berada di tengah-tengah daerah dashboard.
Berdering
Halo?
Mari rayakan kemenangan hari ini
Eh? bukankah kau sibuk?
Tidak, aku ke sana sekarang
Selalu mendadak! aku akan berdandan dulu, masuk saja nanti!
Iya
tut
Panggilan berakhir,
Seokjin menancap gasnya dengan kecepatan rata rata 80 km hingga tiba di apart Irene dengan waktu singkatnya itu.
Ketika memasuki pintunya,
"Aerin?"
"Tunggu!"
Seokjin pun duduk di sofa mewah ruangan tengah. Cukup empuk, karena mahal.
Sesekali melirik ke arah jam dinding yang berada di atas televisi. Sudah menunjukkan pukul 03.06 PM,
Begitu menunggu sekitar empat menit. Irene keluar dari kamarnya,
"Hai! menunggu lama ya? hehe." ucapnya cengegesan
Seokjin tak berkata-kata, melihat penampilan sahabatnya dari bawah hingga atas terlihat sempurna.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
