Chapter 22

317 46 10
                                    

Pada saat itu, Seokjin sudah tiba di parkiran apartemen Irene. Ia hafal kode sandinya maka ia bisa masuk dengan mudah. Dengan terburu-buru, Seokjin berlari kecil mencari-cari keberadaan sahabatnya.

"Aerin?!"

Ia membuka salah satu pintu kamar yang ada ditengah diantara dua kamar lainnya yang ada disisinya. Hasilnya kosong, ia tidak melihat sosok siapapun di dalam sana.

Beralih menuju dapur, ruang tengah, studio mininya, tidak ada. Seokjin hampir putus asa, ia tidak berhasil menemukan Irene di dalamnya. Alhasil ia mengeluh dan lebih memilih duduk di sofa ruangan tengahnya sembari memegang kepalanya dengan kedua tangannya.

Duk!

Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari atas. Terdengar seperti botol yang jatuh atau seseorang yang tengah memukul sesuatu dari atas sana. Seokjin akhirnya ingat ada satu tempat lagi yang belum ia coba lihat.

Rooftop Apartment

Ia segera berlari menuju ke arah rooftop. Di dalam hatinya ia berharap Irene tidak melakukan apapun diatas sana. Ia sampai di atas dalam beberapa detik dengan kecepatan berlarinya.

Fyuh...

Seokjin mengeluarkan napasnya lega. Ia jauh merasa lebih baik karena ini memang sesuai dengan yang diharapkannya, Irene ada disana. Duduk di kursi dengan beberapa alkohol di mejanya. Ia terlihat seperti mabuk sendirian (?)

Seokjin perlahan mendekat ke arahnya. Ia memerhatikan sekilas penampilan Irene yang sepertinya belum membersihkan make up selepas rekaman, baju yang masih cukup terbuka. Dengan cepat Seokjin melepaskan jas miliknya dan memakaikannya untuk Irene.

"Uhhh?"

Irene dengan keadaan setengah mabuk itu menatap Seokjin dengan tatapan sipitnya. Lengannya masih memegang gelas kecil berisi alkohol, matanya terlihat cukup sayu.

Seokjin menarik kursi untuk ia duduki. Kini ia sudah berhadapan dengan Irene yang ada di depannya.

"Kau minum sendirian?" tanya Seokjin

"Menuruuttmuuuu??"

Seokjin menundukkan kepalanya sejenak sebelum kembali menatap Irene. "Maaf. Tadi terjadi sesuatu, aku tidak membaca pesan darim-"

"Aisshhhuuuuuuutt..." Irene mengangkat jari telunjuk kanannya dan menaruhnya tepat di bibir Seokjin. Meski cukup terkejut, tapi Seokjin berusaha untuk tetap tenang. "Kenapaaa kau tidak kembaliii sajaa... lanjutkann... bersenang-senanglah..."

Pria itu mengangkat satu alisnya. "Bersenang-senang? apa maksud-"

Irene tertawa. Ia tertawa dalam keadaan mabuk. Total. Ia memang sudah mabuk. "Aishhhh jinjja....kau memang bodoh atau bagaimnnaa? hahh?" Ia memukul pelan dada Seokjin dengan kepalan tangan kecilnya. "Dia menyukaimu....."

"Dia? d-dia siapa?"

Irene bangun dari kursinya. Ia terlihat seperti akan memeragakan peran seorang di dalam sebuah drama. Meski kakinya yang melemas membuat tubuhnya tidak bisa berdiri dengan tegap, Seokjin membantunya supaya tidak jatuh.

"Ummm, menurutkuuu seokjin oppah.. jauh lebih tampan.. dan sedikit... lebih... pendiam..." Irene tepat memeragakan seseorang itu,

Seokjin langsung menyadarinya. Kemudian ia membantu Irene duduk kembali. "Suzy?"

Irene meneguk kembali satu gelas alkohol itu. Ia mengangguk kemudian,

"Apa kau melihatku tadi di bar?" tanya Seokjin penasaran,

Hiding | Kim SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang