🐱RA - DUA PULUH TUJUH

1.9K 110 2
                                    

"Kamu nggak pa-pa, By?" Alydra mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa perut bini lo?" tanya Zaki.

"Perutnya sakit gara-gara Clarissa tadi."

Zaki melirik Alydra yang sedang mengelus perutnya. "Gerakan refleks baby Arsa aja kayaknya."

"Eh btw, lo beneran bakalan nikah sama Medina 5 hari lagi? Bukannya pas lulus sekolah ya?"

Zaki mengangguk. "Iya 5 hari lagi. Sengaja gue percepat. Nanti keburu diambil cowok lain."

Alydra mengalihkan pandangannya ke arah Anneth. "Semoga acara lo besok hari lancar, ya."

Anneth tersenyum kepada Alydra. "Iya, Aamiin."

"Kenapa?" Anneth tersentak kaget ketika Vano menggenggam tangannya.

"Mau gue bikin buta itu mata?" Para laki-laki yang menatap Anneth dibuat merinding dengan nada suaranya yang terdengar menusuk.

"Ehem ... ciee ...." Pipi Anneth bersemu merah.

"Gue sama Anneth pulang duluan, mau lihat persiapan." Vano langsung membawa Anneth pergi tanpa jawaban dari mereka.

"Yee, main pigi aje."

•••

"Gue masih nggak percaya sama Lili."

"Bisa aja kan Lili tuh emang hamil di luar nikah terus minta pertanggungjawaban sama Revan."

"Eh gimana kalau sebenarnya bukan Revan Bapak dari anak yang dikandung sama Lili?"

"Aku nggak akan percaya sebelum orang tuanya langsung yang ngomong."

Alydra mengabaikan semua bisikan, omongan, dan bahkan hinaan tentang dirinya. Alydra kembali fokus kepada buku Fisika yang sedang dibacanya.

"Kok lo diem aja?" Alydra tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Grace.

"HEH LONT!" Alydra menatap cewek di depannya.

"Ngatain diri sendiri ya?" tanya Alydra santai yang membuat Clarissa semakin emosi.

Clarissa menjambak rambut Alydra dengan kasar. "DASAR LONT! PEREBUT! MURAHAN!"

Alydra tidak membalas, ia hanya mencoba untuk menyingkirkan tangan Clarissa dari rambutnya. "Lepas."

"LEPAS GUE BILANG!" Alydra menghentikan Kenzura yang ingin menolongnya.

"Panggil Revan," bisik Ceisya kepada Kenzura. Kenzura langsung berlari ke luar kelas dan menghampiri Revandra yang sedang berada di kantin.

"Revan!" panggil Kenzura.

"Hm?"

"Lili, Lili itu, Lili diganggu sama Clarissa!" Tanpa basa-basi Revandra langsung beranjak dari duduknya dan berlari menuju kelas diiringi dengan teman-temannya.

"LILI!" Revandra dengan sigap berdiri di depan Alydra dan memeluknya.

"Maaf." Alydra menggeleng.

"MAU KEMANA LO?!" Clarissa memberontak minta dilepaskan ketika Dylcia dan Ceisya menangkapnya.

"LO HAMPIR BIKIN LILI CELAKA! BUKAN CUMA LILI, BAYI DIDALAM KANDUNGANNYA PUN BISA CELAKA, BEGO!"

"KALAU REVAN NGGAK TEPAT WAKTU NGALANGINNYA, PERUT ALYDRA BISA KENA MEJA!"

"Cu–cuma meja bukan lantai," jawab Clarissa gugup.

"CUMA MEJA LO BILANG, CUMA? HEH CEWEK GILA! ASAL LO TAHU YA, LO TADI NGEDORONG LILI KENCENG BANGET! ITU KALAU KEPENTOK SAKITNYA TETEP NGGAK BIASA!" Dylcia benar-benar emosi dan marah.

Alydra menggeleng ketika Revandra akan menghampiri Clarissa. "Nggak usah. Lepasin aja dulu. Kalau dia berulah lagi, baru kamu yang bertindak."

"Tapi aku telepon orang tua kita."

•••

"Mereka memang sudah menikah, dan Lili menantu saya tidak hamil diluar nikah. Anak yang ada di dalam kandungan menantu saya itu, anak yang hadir setelah pernikahan mereka memasuki bulan ke-tiga." Zergan menjelaskan semuanya.

"Pa, tadi kata Revan, menantumu disakiti sama anaknya Bu Rina. Perutnya Lili aja katanya hampir kena meja. Lilinya didorong kenceng banget. Menantumu juga dikata-katain yang nggak-nggak sama anaknya Bu Rina." Rina yang mendengarnya menjadi panas-dingin.

"Suruh anaknya kesini sekarang juga!" titah Zergan.

"Biar Revan yang bawa dia kesini."

"Ikut." Revandra menautkan tangannya dan tangan Alydra.

•••

"Saya ingin anak ini dikeluarkan dari SMA Antariksa."

Rina menggeleng. "Tolong jangan keluarkan anak saya dari sekolah ini, Pak."

"Pa," panggil Alydra kepada Reygan.

"Nggak usah, Pa. Lagian aku nggak pa-pa."

"Please ...." Reygan menghela nafas pasrah. "Baiklah, saya tidak akan meminta pihak sekolah untuk mengeluarkan anak anda, tapi saya ingin anak anda di skors selama seminggu."

"Ini saya lakukan supaya anak anda bisa merenungi kesalahan yang telah diperbuatnya."

"Jika anak anda melakukan kesalahan lagi, dan bahkan lebih fatal dari ini, maka saya tidak akan segan-segan untuk meminta pihak sekolah mengeluarkannya dan bahkan tindakan anak anda bisa saya bawa ke jalur hukum," tegas Reygan.

"Saya dan istri saya pamit pulang, maaf dan terima kasih."

"Saya juga."

Reygan dan Zergan membawa istri mereka keluar dari ruangan kepala sekolah.

"Bunda sama Papa pulang dulu, ya. Kalau ada yang gangguin kamu lagi, bilang aja sama kita."

"Mama juga pamit pulang sama Papamu."

Alydra menyalimi tangan ke-dua orang tuanya dan kedua mertuanya secara bergantian diiringi sang suami. "Iya, kalian hati-hati, ya. Papa jangan ngebut."

"Iya Nak, siap!"

•••

aku baru sadar nama Papanya Lili sama Papanya Revan itu hampir sama.
jangan lupa vote sama coment. jangan cuma dibaca :(
share juga cerita ini ke temen-temen kalian. Ke medsos kalian ....
maaf kalo ada kekurangan dicerita aku ini yaa
terimakasih <3

Revandra & Alydra Where stories live. Discover now