2 tahun lamanya sudah dilalui bersama, tidak ada yang berubah sedikitpun. Kebahagiaan yang pernah mereka bangun dengan banyaknya lika-liku itu masih ada sampai sekarang. Meskipun rumah tangga mereka sempat renggang karena ulah asisten pribadi Revandra, tetapi mereka bisa mengatasi masalah itu.
"Happy anniversary, honey."
Hari ini, tepatnya pada tanggal 19 Februari 2024, hubungan yang awalnya terjalin hanya karena sebuah perjodohan yang tak pernah ada dipikiran keduanya itu kini telah menginjak usia 3 tahun pernikahan.
"Happy anniversary too, my husband."
"I love you, Alydra."
"I love you too, Revandra."
Namun anehnya, keduanya bisa menerima perjodohan itu dengan lapang dada. Bahkan, dari awal pernikahan, mereka sama-sama meminta untuk saling berusaha mencintai satu sama lain. Tidak ada pertikaian rumah tangga di awal pernikahan mereka. Semuanya berjalan lancar. Sangat.
"Saya akan selalu mencintaimu, Alydra Yola Gabriella—Dirgantara."
Alydra menahan diri untuk tidak tersenyum, tetapi gagal. Revandra mengecup kedua pipinya dengan cepat yang membuatnya tidak kuat lagi untuk menahan diri.
"Aku juga akan selalu mencintaimu, Revandra Gravano Dirgantara."
Setiap harinya, cinta mereka selalu sama—tidak akan pernah berubah, sedikitpun. Bahkan cinta itu semakin bertambah besar untuk satu sama lain.
Revandra memeluk Alydra erat. Matanya terpejam—menghirup aroma tubuh sang istri yang selalu menjadi candunya. "Saya sangat mencintai kamu, Alydra. Saya tidak mau kehilangan kamu. Jangan pernah tinggalkan saya sendirian. Jangan berikan saya trauma lagi tentang kehilangan."
"Aku nggak akan tinggalin kamu. Sampai kapanpun itu."
"Biarkan saya yang meninggalkanmu terlebih dahulu," ucap Revandra pelan.
Dengan refleks Alydra mencubit pergelangan tangan Revandra. "Nggak! Kita bakalan selalu sama-sama. Kalo bisa disaat pergi meninggalkan dunia inipun!"
"Kamu sakit kalau aku tinggalin kamu dan aku juga akan sakit di saat kamu tinggalin aku. Jadi, supaya nggak ada yang merasa sakit di sini, kita pergi sama-sama aja."
"Anak-anak?"
Alydra tersenyum. "Biarkan mereka menjalani semuanya dengan mandiri. Namun, kita kasih banyak rasa sayang dan rasa cinta terlebih dahulu. Kita ajarkan mereka banyak hal dulu. Kita ajarkan kuat dan ikhlas buat mereka. Semoga Tuhan mengizinkan."
"By the way, aku ada hadiah buat kamu," tutur Alydra dengan senyum yang belum juga luntur.
"Apa itu, Sayang?"
Pelukan disudahi oleh Alydra terlebih dahulu. "Pernikahan kita udah berjalan selama 3 tahun, tepat di hari ini. Dan usia Arsa, tepat 2 tahun bulan kemarin. So, ini hadiah yang kamu nantikan, bukan?"
Revandra menatap lama 3 buah benda yang sama di tangan kanan Alydra dan satu buah surat dokter di tangan kirinya secara bergantian. Testpack. Dua garis merah.
Tangannya dengan cepat mengambil surat dokter dari tangan Alydra lalu membacanya berulang kali. "Po–positif? Dua minggu, Sayang?"
Matanya berkedip dua kali ketika melihat anggukan dari kepala Alydra. "ALHAMDULILLAH!"
Revandra meneteskan air matanya. Ia langsung memeluk Alydra kembali. "Terima kasih, Sayang. Terima kasih banyak."
"Maaf, kado yang aku kasih tahun ini buat kamu sederhana banget."
"Loh, kata siapa sederhana banget? Ini malahan indah banget. Aku suka, suka banget!" ungkap Alydra antusias.
"Kado tahun ini dari kamu, juga indah. Benar-benar indah. Aku sampai bingung gimana deskripsiin keindahannya."
Kebahagiaan mereka kini bertambah lagi.
Revandra menatap Alydra dalam. "Ternyata, Tuhan sebaik ini sama kita, ya? Tapi kayaknya lebih banyak ke aku baiknya. Aku dikasih bahagia dan rezeki disetiap tahunnya. Tahun 2021 aku dikasih kamu. Tahun 2022 aku dikasih Gea dan Arsa. Tahun 2023 aku dikasih bahagia dengan terlepasnya dari trauma masa lalu. Dan sekarang, tahun 2024 aku dikasih bahagia dengan kehamilan kedua dari istri aku."
"Aku akan pertahankan kebahagiaan ini. Bersamamu, bersama anak-anak kita, bersama keluarga kecil kita."
"Me too." Alydra tersenyum dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.
Revandra menatap Alydra dalam. "Terima kasih banyak. Terima kasih buat semua yang udah kamu ajarkan. Terima kasih udah merubah aku menjadi laki-laki yang lebih baik seperti sekarang ini, Li. Aku benar-benar beruntung punya kamu dihidup aku."
"Banyak-banyak terima kasih juga dari aku untuk kamu, suamiku. Dan aku pun nggak kalah beruntung punya kamu, yang dari awal mau belajar dan mengajak aku buat saling mencintai satu sama lain."
"I love you forever."
Mereka berdua kembali berpelukan—saling mendekap satu sama lain. Saling mengutarakan perasaan satu sama lain dengan ketulusan. Saling memejamkan mata—menikmati dinginnya embusan angin malam yang menjadi hangat karena sebuah pelukan penuh cinta.
"Terima kasih atas kisah yang penuh bahagia ini. Harapku, tidak ada satupun yang bisa memisahkan kita berdua—Revandra dan Alydra, terkecuali kematian."
– 𝐄𝐍𝐃 –
ucapkann syukurnya duluuuu ... kisah Revandra Alydra audah benar-benar selesai sampai disinii. Terima kasih banyak untuk yang sudah menemaniku—mengawal kisah ini dari awal sampai detik ini—selesai 🤍.
— 𝟏𝟒 𝐅𝐞𝐛𝐫𝐮𝐚𝐫𝐢 𝟐𝟎𝟐𝟐
YOU ARE READING
Revandra & Alydra
Ficção Adolescente"Meski pernikahan kita berawal tanpa cinta, kita tetap harus menjalani sebagaimana mestinya sebuah pernikahan. Karena, pernikahan itu sakral dan cinta bisa datang kapan saja." - 𝐑𝐄𝐕𝐀𝐋𝐘 ***