3. It Suits You

669 59 8
                                    


Playlist:
If We Never Met - John K

______________

Kaira sengaja tidak memberitahu Ghina soal kejadian kemarin, menghindari kehebohan. Gadis itu sedang duduk bersama Ghina di kursi panjang yang memang tersedia tiap depan kelas. Bel masuk belum berbunyi. Ia mendengarkan Ghina yang sedang bercerita mengenai kedekatannya dengan Kak Naren.

"Kemarin harusnya gue pulang bareng, tuh! Tapi gak jadi karena gue nya ada urusan keluarga," Ghina menggebu.

Kaira yang mendengar itu tersedak tanpa sebab. Ghina memandang heran. "Lah, kenapa lo?"

Kaira menggelengkan kepala sembari minum
dari botolnya. Kemudian ia mengatur napasnya yang sedikit tersendat. Membahas soal pulang bareng, Kaira jadi memikirkan kemarin saat ia pulang bersama Aeros.

Kedua gadis itu menoleh saat merasakan kehadiran seseorang. Ternyata seorang perempuan menghampiri mereka. Tangan perempuan itu mengulurkan sebuah formulir. "Disuruh isi sama Pak Yuda, Kak. Katanya formulir pendaftaran lomba."

Menghela napas. Kaira merampas begitu saja formulir yang diberikan. "Makasih. Lo boleh pergi, Keyna."

Keyna tertawa kecil, tangannya terlipat di dada. "Sama adik kandung sendiri kok kayak gitu sih, Kak." Adik kandung Kaira itu memajukan badannya dan menundukkan kepala ke samping telinga Kaira. "Gue aduin Mama, loh." Keyna tersenyum menyebalkan.

Ghina yang melihat itu sangat muak. Langsung saja Ghina mendorong pelan bahu Keyna. "Udah, deh! Pergi sana! Ganggu aja, lo!" usirnya.

Keyna menyibakkan rambutnya angkuh. Kemudian ia menegakkan tubuh dan melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Kaira dan Ghina.

Kaira memejamkan matanya sejenak. Meredam emosi yang ia tahan sedari tadi.

"Sabar, gak usah ditanggepin. Lo tau sendiri adik lo gimana." Ghina mengusap pelan punggung Kaira, berusaha menenangkan.

Kaira sudah bilang kan ia tidak menyukai rumah semenjak Papa pergi meninggalkannya. Alasan terbesarnya adalah Keyna. Menurut Kaira, gadis itu perebut segalanya.

Keyna Emilia. Adik kandung Kaira yang hanya berbeda satu tahun dengannya. Ia juga bersekolah di sekolah yang sama dengan Kaira. Sekarang duduk di bangku kelas X MIPA.

Kaira menatap formulir yang diberikan Keyna tadi. Formulir pendaftaran lomba Matematika tingkat Nasional. Tentu saja Kaira akan mendaftar. Nanti jika menang kan lumayan, uangnya bisa ia tabung.

Ghina bangun dari duduknya. Menarik tangan Kaira pelan. "Udah, ayo! Dikit lagi jam Kimia, nih! Ada ulangan."

Kaira mengikuti perkataan Ghina. Kedua cewek itu memasuki kelas yang sudah ramai. Banyak dari mereka yang sibuk membuat contekan di kertas kecil maupun di tangan. Kaira hanya menatap, enggan ikut campur.

Ia mengeluarkan buku catatan Kimianya. Kaira memang pintar sekali di bidang menghitung. Tetapi jika hapalan, ia merasa sedikit kesulitan. Dengan tenang, Kaira membaca beberapa teori dan rumus yang tertera.


Ulangan Kimia dapat diselesaikan dengan baik oleh Kaira. Ghina yang duduk di sampingnya sempat meminta sedikit jawaban karena merasa tidak sanggup.

Saat ini ia sedang berjalan seorang diri menuju ruang guru untuk memberikan formulir. Formulirnya sudah terisi lengkap. Sedangkan Ghina, gadis itu diajak Kak Naren makan bersama di kantin. Kaira dengan senang hati mengijinkan. Ghina bahagia maka Kaira juga bahagia.

Kaira memasuki ruang guru dengan sedikit menundukkan kepala. Ia menyapa guru-guru yang dilewati dengan tersenyum kecil.

Kaira diam sebentar dan memutar pandangan. Mencari tempat duduk Pak Yuda selaku Guru Matematika.

AEROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang