1. I Know Him

1K 62 42
                                    


Playlist :
idontwannabeyouanymore - Billie Eilish.

______________

Pagi ini langit terlihat mendung. Udara terasa lembab dan dingin. Kaira melangkahkan kaki di sepanjang koridor sekolah yang masih terlihat senggang.

Siapa juga yang ingin berangkat pagi pagi buta. Jam masih menunjukkan pukul 06.00 dan Kaira sudah sampai sekolah. Sedangkan bel masuk saja baru terdengar pukul 07.00.

XI MIPA 2. Sesampainya di kelas, gadis itu langsung melipat tangan di atas meja dan menelungkupkan kepalanya. Alunan lagu dari earphone membuatnya merasa begitu tenang. Matanya terasa berat, ditambah cuaca yang mendukung. Kaira mengantuk.

Kurang lebih 30 menit Kaira tertidur dengan posisi seperti itu. Ia menegakkan kepala dan mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kelas. Kondisi kelas saat ini sudah cukup ramai. Namun, Kaira belum melihat kehadiran Ghina.

Tiba-tiba kursi di sampingnya bergeser pelan. Raka, teman sekelasnya itu mendudukkan diri di sana. Padahal tempat duduknya saja bukan. Kaira mendengkus pelan. "Ngapain?" tanyanya.

Raka menoleh dan terkekeh. "Santai aja, Ra. Gue cuma numpang tidur bentar. Di belakang lagi berisik banget, gue ngantuk."

Jawaban Raka membuat netra Kaira teralihkan ke belakang kelas. Dan benar saja, sekumpulan anak cowo sedang berbincang heboh. Akhirnya Kaira membiarkan Raka duduk di sampingnya.

Kaira mengeluarkan buku pelajaran dari dalam tas miliknya berwarna abu. Warna kesukaan Kaira. Ia mulai membaca beberapa materi pelajaran yang lalu. Mencegah ngantuk karena tadi sudah cukup lama tertidur. Sedangkan Raka sudah tertidur dengan dengkuran halus. Sepertinya ia sangat mengantuk.

Kaira hanya cuek membiarkan Raka. Gadis itu fokus membaca sambil sesekali mencorat coret bukunya.

Itulah Kaira. Kaira Abysha. Remaja perempuan yang bisa dibilang cuek terhadap lingkungan sekitarnya. Berwajah jutek dan cantik bersamaan. Dengan tinggi 169 cm dan berat 51 kg, tubuhnya mungkin diidamkan banyak orang.

Kaira itu sulit didekati, terlebih oleh laki-laki. Tatapan sinis serta berbicara seadanya membuat daya tarik tersendiri. Ia bukannya sombong. Hanya tidak ingin banyak orang yang masuk dalam kehidupannya. Karena sekali masuk, tidak akan pernah bisa keluar.

Suara langkah kaki terburu-buru memasuki ruang kelas Kaira. Ghina menggebrak sedikit meja yang sedang ditiduri oleh Raka. "Woi! Minggir! Gue mau duduk nih, capek banget abis lari-lari," suruh Ghina dengan tampang kesalnya.

Raka terlonjak sedikit kaget. Tetapi tanpa banyak kata, Raka langsung pindah ke tempat duduknya. Kemudian melanjutkan tidur yang terganggu tadi. Padahal bel masuk tinggal lima menit lagi.

Di hari Senin memang biasanya upacara. Tetapi karena hari ini hujan, upacara ditiadakan.

Tangan Kaira mengulurkan botol minum abunya ke arah Ghina. Ghina menyengir. "Lo emang paling ngerti gue, Ra!" Tangan Ghina mengambil botol itu dan langsung meneguk air yang ada di dalamnya.

Kaira menolehkan kepala pada Ghina, menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa lo? Gak biasanya hampir telat."

"Tadi macet banget deket gerbang sekolah, Ra. Kirain ada apaan. Gak taunya di parkiran lagi ada ribut-ribut gitu. Eh pas gue lewat parkiran —"

"Pagi anak anak!" Perkataan Ghina terputus begitu saja. Bu Endang, guru Biologi, telah memasuki kelas. Ternyata bel pelajaran pertama sudah berbunyi dan Kaira tidak menyadari itu.

Ghina mendekat ke arah Kaira. "Nanti gue lanjutin!" bisiknya. Kaira hanya menjawab dengan anggukan singkat. Pelajaran Biologi berjalan seperti biasanya.

Bel istirahat sudah terdengar beberapa menit lalu. Murid-murid langsung menuju kantin maupun kafetaria sekolah. Di sekolah Kaira memang dibagi seperti itu.

Kantin berisi makanan yang harus dimasak terlebih dahulu dan harganya terjangkau. Seperti soto, mie ayam, nasi goreng dan lainnya. Sedangkan kafetaria berisi makanan langsung jadi tetapi ada juga makanan masakan yang harus dipanaskan dalam microwave. Seperti snack, mie cup, set makan siang dan lainnya.

Kaira dan Ghina berjalan beriringan menuju kantin. Perut Kaira terasa begitu lapar karena semalam tidak makan. Mereka berdua menempati meja yang berada di pojok kantin. Karena tempat yang tersedia sudah sangat terbatas, mengingat kantin sedang ramai-ramainya.

"Gue kayaknya mau beli soto deh. Dingin-dingin gini enak yang anget. Eh tapi gue juga mau mie ayam. Duh, gimana ya," gerutu Ghina dengan mata sibuk menatap kios kios yang ada di kantin.

Kaira mencolek tangan Ghina. "Gue mie ayam, lo soto. Nanti kalo lo mau, bisa nyobain punya gue," katanya.

Ghina yang mendengar itu pun langsung memutar badan ke arah Kaira dengan jempol terangkat. "Oke! Sini biar gue yang pesenin! Minumnya air mineral aja ya," serunya. Gadis itu menuju kios soto lalu mie ayam. Ia kembali dengan membawa nomor pesanan.

"Jadi, apa yang mau lo ceritain tadi?" tanya Kaira, tangannya terlipat di dada menuntut lanjutan cerita.

Ghina mengibaskan rambutnya. "Iya sebentar, lagi ujan gini tapi kenapa hawanya gerah ya." Gadis itu mengikat rambutnya menjadi satu.

"Oke. Jadi, pas gue lewat parkiran gataunya ada si Aeros anjir! Dia udah masuk abis di skors kemarin. Pantes aja tuh cewek-cewek fans Aeros pada ngumpul tadi, ganggu banget!" cerocosnya.

Kaira melengos. Aeros. Kaira jelas tahu siapa Aeros. Lelaki itu berbahaya, bebas dan berkuasa. Dari namanya saja sudah terdengar kuat. Tetapi Kaira tidak tertarik sama sekali. Kaira malah tidak ingin terlibat hal apapun yang berhubungan dengan Aeros. Ia mau hidup damai.

Makanan mereka sudah datang. Kaira menyantap mie ayam yang sudah dibumbuinya dengan nikmat. Rasa pedas dan asin, selera Kaira sekali. "Bukannya lo juga termasuk cewek-cewek itu? Lo nyeritain dia mulu soalnya."

Ghina yang sedang menikmati soto di depannya, memandang Kaira dengan binar kagum. "Gue kagum aja sama Aeros. Kayak tuh cowok cakep, keren, tajir, misterius, pinter, jago basket. Paket lengkap woy!"

"Dia berbahaya, Na. Dia terlalu bebas." Kaira tersenyum miring. "Lo emang mau sama cowok yang sebebas itu?"

Ghina menggeleng pelan. "Engga sih," jawabnya. "Gak sampai mau pacaran juga, aura dia aja udah bikin gue takut. Cuma ya lo tau lah kayak kagum aja gitu."

Kaira mengangguk paham. "Gue tau. Gue cuma males berurusan sama tuh cowok. Menghindari masalah aja." Cewek jutek itu meneguk airnya.

Ghina terkekeh kecil. "Iya, Ra. Lagian udah ada cowok yang gue suka juga, kok." Ghina memajukan kursinya sedikit dan menundukkan kepala. "Itu yang di belakang sebelah kiri lo," ucap Ghina dengan suara pelan.

Kaira yang tahu bahwa seseorang itu persis di belakangnya, enggan menengok. Ia ikut mendekatkan diri ke Ghina di depannya. "Kelas berapa?"

"Kakak kelas. Kelas 12 MIPA 1. Namanya Naren." Ghina bersemu malu.

Kaira hanya tertawa kecil. Sahabatnya itu jelas sedang jatuh cinta. Mukanya memerah malu dengan senyum tidak jelas. Sedangkan selama hidup Kaira, tidak ada cinta yang pernah Kaira rasa.

_________________

Hai semua! Ketemu lagi di chapter 1. Aku harap kalian bisa nerima karyaku dengan baik. Kalau ada kata-kata yang typo ataupun menurut kalian kurang berkenan bisa langsung di komen ya!
Hope you guys enjoy! See you🤍

AEROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang