12. Princess?

712 69 42
                                    

Haloo semua!
Apa kabarnyaa nih? Sehat sehat kan?

I'm really sorry karena hampir sebulan ngilangg😖
Jujur lagi hectic banget dan ada beberapa problem
Tapi tenang insyaAllah setelah ini udah mulai stabil lagi uploadnyaa🤍

Di part kali ini aku harap kalian bacanya diresapi gitu yaa dan dipahami heheheh

Enjoy yaaa
Jangan lupa tinggalin jejaknya🤍

______________

Playlist:
Never Not - Lauv

______________

Sejak pertama kali Kaira menumpahkan air matanya, Aeros merasakan perubahan.

Gadis itu menjadi lebih terbuka padanya. Seolah tembok penghalang yang tadinya berada di tengah mereka, hilang begitu saja.

Lihatlah sekarang. Kaira berada di boncengan Aeros menuju sekolah. Ya, memang tidak ada yang salah. Tapi lengan kecil itu melingkar sempurna di perut Aeros. Aeros, sih, senang-senang saja.

Mengelus pelan jemari Kaira yang ada di perutnya. "Kenapa?" Aeros bertanya lembut.

"Gak apa-apa. Kesel sedikit," jawab Kaira dengan kepala bersender pada punggung Aeros.

"Gue bikin lo kesel?"

"Of course no. Mama gue."

"Kenapa lagi, hm?"

Kaira mulai mengangkat wajahnya, tanda semangat. "Biasalah. Dia marah nilai Matematika gue turun dari ulangan sebelumnya."

"Padahal turunnya cuma 2,5 poin, loh. Dari 95 jadi 92,5. Emang gak susah apa dapet nilai segitu?!" sambung Kaira.

Aeros tersenyum kecil di balik helm. Raut kesal Kaira saat bercerita terlihat jelas. Dan itu membuatnya semakin lucu.

Astaga. Aeros mau Kaira sekarang juga!

"Kok, lo diem aja sih?!" Pelukan Kaira terlepas begitu saja.

Panik. Terlaku fokus memandangi wajah Kaira membuat Aeros menulikan telinganya sejenak. "Gue dengerin."

"Ya ya."

Untungnya, motor hitam itu sampai depan sekolah. Membuat Aeros menghela napas lega.

Kaira bergegas turun. Tapi, Aeros menahan. "Why?" Raut Kaira sudah terlihat malas.

Dirinya sudah cerita tapi tidak didengarkan. Kesal? Tentu.

Kekehan geli keluar dari bibir Aeros. Dahinya ditempelkan ke dahi Kaira. Sengaja digesekkan. "I'm sorry. Jujur, emang tadi gue gak dengerin karena muka lo lucu kalo cerita."

"Jidat gue jadi merah, bego!"

Cup!

"No harsh words, right? Masuk sana, pulang bareng."

Bodo amat dengan Aeros. Kaira berjalan lurus tanpa membalas kata-kata Aeros. Tak bisa dipungkiri pipinya memerah karena kecupan tadi.

Kaira kesal karena ceritanya tidak didengarkan. Dan sekarang bertambah kesal karena banyak mata memandang ke arahnya.

Mau marah tapi sudah risikonya. Kaira harus terbiasa dengan hal ini.

Berhubungan dengan Aeros, membuatnya mau tidak mau menerima semua hal yang ada di sekitar cowok itu, kan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AEROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang