6. Proof It

552 48 7
                                    


Playlist:
Generation Why - Conan Gray

______________

Malam ini terasa hampa. Bintang dan Bulan yang seharusnya muncul menemani, kini tak terlihat.

Kaira sedang duduk di balkon kamarnya. Ditemani segelas kopi serta brownies, ia kembali lanjut mengerjakan latihan soal olimpiade.

Mungkin kalian bosan mendengar kata olimpiade tapi ya memang begitulah hidupnya. Tidak jauh-jauh dari perlombaan.

Gadis itu sangat fokus hingga suara mesin mobil yang berhenti mengintrupsinya. Sepertinya, Mama baru pulang kerja. Dan Kaira pastikan tak lama lagi pintu kamarnya diketuk.

Tok! Tok!

Tepat sekali dugaannya.

Ia mempersiapkan diri sebelum membuka pintu. Menenangkan hatinya yang tak dipungkiri merasa takut.

"Kakak," panggil Mama dari depan kamar.

Kakak.....

Mendengar panggilan itu saja sudah membuat Kaira merasa lelah.

Kaira menguatkan hati. "Iya, Ma." Pintu kamarnya dibuka.

Mamanya melangkah masuk ke dalam kamar. Matanya menelisik ke seluruh kamar. Ah tidak, tepatnya ke meja belajar Kaira.

Zelinda, Mama Kaira, menatapnya dengan pandangan yang cukup membuat Kaira merasa terintimidasi. "Mana buku-buku latihan kamu? Kok gak ada di meja belajar?"

"Ma, aku—"

"Kamu lupa sama permintaan Mama, Kak? Apa sulit untuk kabulin itu semua?" Belum sempat menjawab, perkataan Kaira terputus.

Menutup mata sejenak, Kaira mencoba menenangkan diri. "Ma, aku belajar di balkon biar gak bosen," Kaira menjelaskan.

Langkahnya menuju balkon kamar yang menampakkan buku-buku serta beberapa cemilan yang masih tersisa.

Bahu Kaira dihendikkan. "See," bermaksud memberitahu Mama bahwa ia tidak berbohong.

Zelinda hanya melihat seklias lalu tangannya beralih ke paperbag yang ia bawa. Mengeluarkan isinya yang ternyata vitamin serta berbagai obat.

"Jangan belajar di balkon nanti kamu gak akan fokus. Sudah Mama sediakan meja belajar untuk kamu belajar, Kak." Tangan Zelinda sibuk menata vitamin dan obat-obat pada nakas Kaira.

"Kamu jangan lupa minum vitamin dan obat kamu ini. Ingat Kak, masih banyak perlombaan tahun ini," lanjutnya.

Kaira menggigit kecil bibir dalamnya, "Iya, Ma."

Wanita yang masih menggunakan pakaian kerja itu berjalan mendekati Kaira. "Mama gak lihat Keyna di bawah. Di kamarnya juga gak ada. Kemana dia?"

Sialan. Kaira lupa kalau adiknya itu sedang pergi keluar. "Pergi, Ma. Dari tadi siang." Gigitan di bibirnya tidak berhenti. Kebiasaannya jika sedang merasa gugup.

Kedua lengan Kaira di pegang oleh Mama. "Kaira, Mama percaya sama kamu dan Mama yakin kamu tahu itu, kan? Kamu tahu betul apa yang harus kamu lakukan."

Kalau Mamanya sudah memanggil dengan nama, tandanya ada hal yang membuatnya marah.

"Iya, Ma," jawab Kaira pelan.

"Bagus. Lanjut kerjakan latihanmu itu setelah hubungi Keyna untuk pulang. Malam ini Mama maafkan kamu."

Hati Kaira lega mendengarnya. Jarang sekali Mamanya memaafkan semudah ini.

AEROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang