Semilire angin dalu iki
Kelingan esemmu ndek wingi
Tansah kegowo nganti saiki
Ra biso ilang
nganti kegowo ngimpi****
Semilir angin malam ini
Teringat senyummu kemarin
Masih terbawa hingga kini
Tak akan hilang
Hingga terbawa mimpi***
"Ul, bawain ini dong."
"Loh, Sa. Kapan kamu beli mukena ini?"
"Bawain tolong. Tanganku kan lagi sakit, kalau sambil bawa itu, aku nggak bisa gandeng kamu, kayak gini."
***
Senyum terkembang di wajah pemuda berhidung mancung itu. Cantik senyum balasan sang bidadari terus membayang. Mengerak di otak. Membius hingga logika tergerus.
"Sa, kamu manis banget. Aku mau kita tetep kayak gini. Sa, jangan dilepas. Sahla ...."
Wajah yang tadi berukir senyum seketika berubah panik. Kening berkerut, bibir sedikit mengerucut, rahang mengeras. Keringat mengucur dari dahi.
"Sahla!"
Tubuh pemuda itu terduduk. Matanya yang sedari tadi terpejam, kini terbuka lebar. Pelipisnya berdenyut.
"Sahla ...," lirihnya.
Maul, pemuda itu, menatap ke jemarinya. Kosong. Tak tertaut pada apapun. Tak tertaut pada gadis pujaannya, seperti yang ada dalam mimpi.
"Sahla ...," ucapnya lagi.
Rambut yang cukup panjang untuk ukuran laki-laki itu menutupi wajahnya saat si pemilik raga menunduk sambil meninju tempatnya merebahkan diri.
"Sa ... aku kangen kamu."
Setetes tanda pilu perlahan menganak sungai di pipi. Maul membiarkannya. Toh, tak ada seorang pun di sana. Tak ada. Hanya ia, dan Tuhannya.
"Ya Allah, kenapa rasa ini masih terus ada? Kenapa aku tidak bisa melupakannya? Pada jelas-jelas aku sakit karenanya. Kenapa aku tidak bisa membencinya?!"
Maul kembali meninju tempat peraduannya.
"AAAARGH!" teriak pemuda itu. Ia tak peduli jika kini waktu menunjukkan pukul dua pagi.
"Sahla! Apa kamu masih ingat aku? Apa kamu masih menyimpan kenangan kita? Apa kamu masih sayang sama aku?"
Isak terekam rungu. Satu sisi hati Maul mencibir dirinya sendiri.
"Maul, lu lemah. Banci lu. Gitu doang nangis! Padahal lu udah sia-siain Sahla dengan ketidak jelasan lu! Dulu lu pergi dari Sahla. Lu bahkan bilang lamaran lu dulu ke dia cuma prank. Dan sekarang? Lu nangis karena kupu-kupu lu hinggap di tempat lain."
Mendengar kata hatinya sendiri, Maul semakin geram dan menggebrak kasurnya. Setelah puas menumpahkan emosinya, Maul mengusap wajah dan menyugar rambut.
Netranya beralih ke benda pipih di samping bantal. Tangannya menggapai benda itu.
Sheryl Azmi
[Ul, gue jadi ya pinjem buku punya lu.
Buat latihan soal.
Gue serius banget mau kerja.
Ini tuh posisi yang gue idamin
Makanya gue mau coba.]Maul mengetikkan balasan pada Sheryl, sepupu mantan kekasihnya, Sahla, yang kini menjadi tempatnya bertukar pikiran.
BlackHole
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM ALIF TO YA' (OPEN PRE-ORDER)
RomanceMaulana Habibi Az Zukhruf, seorang pemuda yang menekuni profesi sebagai atlit sepak bola, dihadapkan pada pilihan sulit. Antara menikahi gadis pilihannya atau mewujudkan mimpinya sebagai anak yang berbakti pada orang tua. Dua puluh dua tahun, Maul h...