Rumah sederhana dengan tiga buah kamar dan sebuah ruangan yang berfungsi sebagai ruang tamu sekaligus ruang keluarga itu terlihat sepi.
"Ail, sana masuk," titah Gus Uta pada istrinya.
Wanita yang tengah mengandung buah cinta keduanya itu menuruti perintah sang suami. Sembari mengulang salamnya, ia berjalan ke arah tanda-tanda kehidupan muncul. Dapur. Ya, tempat itu menjadi tujuan utama sang wanita.
"Mbak Ail?"
"Ibu, masak apa Bu? Enak banget baunya."
"Garang asem nih. Mau?"
Tanpa basa basi, Ail mengangguk dan menikmati garang asem buatan Arum, ibu Fiya.
"Masyaallah, enak banget Bu. Nambah boleh nggak?"
Tanpa dosa, Ail terus saja menikmati makanannya sambil bercerita dengan Arum. Sementara itu, tak lama, Fiya terlihat keluar dari kamar mandi dan mendapati Ail berada di sana.
"Mbak? Udah lama? Mau nitip belanjaan sayur? Apa gimana?" tanya Fiya.
Biasanya, Ail datang ke sana untuk menitip sayur segar yang akan diantar besok pagi oleh ibu Fiya.
"Oh, bukan. Mau lamaran."
"Ha? Lamaran?"
"Iya, habis kamu pulang tadi Maul rewel tuh, minta dilamarin."
"Lamar gimana sih, Mbak?" tanya Arum bingung.
"Ya kami mau ngelamar Fiya buat Maul, Bu. Gitu."
"Loh, Mbak Ail nggak sendiri to?"
Wanita yang tengah memakan garang asem itu seketika melotot. "Astagfirullah, lupa! Iya, itu bapak, suami, adik, sama anakku di luar nungguin!"
Ail segera mencuci tangannya dan keluar sembari menyuruh Arum dan Fiya bersiap-siap.
"Lama banget sih, Ummi," ucap Gus Uta pada sang istri.
"Fiyanya baru mandi," jawab Ail setelah mempersilakan rombongannya masuk ke dalam rumah.
Maul berjalan dengan kruknya.
"Ul, tapi kamu beneran bisa berdiri, kan?" tanya Gus Uta.
"Bisa, Bang," jawab Maul.
Ail mengamati sang suami dan adiknya bergantian, sementara ayahnya tengah bermain dengan sang putra, Ashad.
"Kalau pagi doang?"
"Ya enggak, tapi kalau pagi pasti berdiri. Tenang, jangan khawatir. Aku bisa, kok, walau nggak lama."
Ail memutar matanya ke kiri dan ke kanan.
"Nggak lama? Duh, kasian Fiya dong. Kalau bentar aja kamu lemes terus gimana nanti?"
"Fiya udah apal kok, kapan waktunya aku nggak kuat, kapan waktunya aku lagi on fire."
Ail menutup mulutnya, kemudian memukul lengan adik dan pantat suaminya. "Astagfirullah, Aul. Kamu kok udah gitu sih? Yaa Allah, Abang juga kenapa nggak dibilangin adiknya! Malah santai gitu mukanya."
"Kamu itu kenapa?" tegur Gus Uta bingung.
"Nah itu tadi ngomongin anu. Saru tau! Aul juga kenapa kamu sampai begitu sih?!"
Gus Uta seketika paham dengan maksud istrinya. Ia meletakkan tangannya ke kening sang istri.
"Allahuma sholli ala Sayyidina Muhammad! Ini bumil otaknya ngeres!"
Maul menggelengkan kepala melihat tingkah kedua kakaknya, sementara Kyai Zuhdi menatap bingung pada anak-anaknya.
"Yang dimaksud Maul tadi itu kakinya yang berdiri. Bukan yang lain!" geram Gus Uta. Seketika Ail meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM ALIF TO YA' (OPEN PRE-ORDER)
RomanceMaulana Habibi Az Zukhruf, seorang pemuda yang menekuni profesi sebagai atlit sepak bola, dihadapkan pada pilihan sulit. Antara menikahi gadis pilihannya atau mewujudkan mimpinya sebagai anak yang berbakti pada orang tua. Dua puluh dua tahun, Maul h...