Hembus napas terdengar berat. Langkah kaki diseret, menandakan si empunya tubuh tengah tak bersemangat. Fiya menghentikan kegiatannya merangkai butiran-butiran mutiara imitasi."Mas Maul?"
Pemuda itu menghentikan langkahnya.
"Mas?" Fiya seperti kebingungan. Entah kenapa Maul yang penat selepas sampai dari perjalanan jauhnya dari Jogja, seketika ingin mengisengi sahabatnya.
"Mas?"
Lagi, Fiya memanggil. Gadis itu sampai berdiri dari kursinya, berjalan sembari meraba-raba meja, mencari tongkatnya. Perlahan ia melangkah. Sementara Maul berdiri di ambang pintu, diam. Jika ada orang melihat, mereka pasti akan memaki Maul karena mengerjai Fiya yang buta.
"Mas? Mas Maul?" Lagi, Fiya memastikan jika langkah kaki yang ia dengar tadi adalah langkah Maul.
Tidak ada seorang pun di rumah itu, karena Nadya, ibunda Maul tengah keluar membeli kain bersama dua karyawannya. Sedang Kyai Zuhdi dan sopir pribadi mereka tengah menghadiri majelis.
Fiya berjalan menuju ke arah ruang tamu. Wajahnya terlihat kebingungan. Ia takut jika ada orang asing masuk ke dalam rumah majikannya.
Maul masih diam, ia menahan tawa melihat wajah Fiya yang kebingungan sambil sesekali mengucap istigfar. Dara yang kini berhijab itu terlihat sangat lucu di mata Maul.
"Dor!" sentak Maul seketika dan membuat Fiya terkejut.
Sang dara sampai terjatuh saking kagetnya. Maul awalnya terbahak, tetapi melihat reaksi Fiya yang ketakutan membuat pemuda itu memelankan tawanya.
"Astagfirullah, Mas Maul!"
Fiya menangis. Lega rasanya mengetahui jika benar, langkah yang ia dengar tadi adalah langkah Maul.
"Eh gitu aja mewek ih. Takut banget ya di rumah sendiri? Cemen," ejek Maul sembari membantu Fiya berdiri.
Fiya menepis tangan Maul. Sejujurnya ia kesal dengan perbuatan sahabatnya itu.
"Dih, ngambek."
Gadis itu tak menggubris Maul. Ia kembali meraba-raba mencari tongkatnya. Kemudian berdiri dan mencari arah kamar mandi.
"Eh mau kemana?"
"Wudu."
Fiya menjawab singkat, ia sudah mulai hapal dengan dimana letak kamar mandinya. Indera penciumannya kini lebih tegas mencium bebauan, indera pendengarannya pun lebih peka mendengarkan segala macam suara.
Tetes air, hela napas, suara langkah, dan lain sebagainya ia mulai peka."Ul, kenapa kok kedengeran ribut-ribut dari luar?"
Nadya masuk sembari membawa seikat tumpukan kain broklat.
"Oh, anu Mi, Aul bercanda sama Fiya."
Tak lama terdengar suara benda terjatuh diikuti rintihan Fiya. Maul dan Nadya tersentak.
"Fiya!" Maul berlari ke arah kamar mandi.
"Stop! Aku bisa sendiri!"
Fiya berusaha berdiri. Maul melangkah maju.
"Stop, Mas! Aku bisa sendiri! Tolong hargai aku, aku menjaga wuduku. Jangan sentuh aku. Aku bisa sendiri."
Suara Fiya bergetar. Ia menahan rasa sakit di kepalanya yang terbentur tembok akibat terpeleset.
"Fi, hati-hati dong lain kali."
Ucapan Maul memancing emosi Fiya.
"Hati-hati katamu?" Fiya melangkah keluar dari kamar mandi, ia memastikan dirinya aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM ALIF TO YA' (OPEN PRE-ORDER)
RomanceMaulana Habibi Az Zukhruf, seorang pemuda yang menekuni profesi sebagai atlit sepak bola, dihadapkan pada pilihan sulit. Antara menikahi gadis pilihannya atau mewujudkan mimpinya sebagai anak yang berbakti pada orang tua. Dua puluh dua tahun, Maul h...