Hari Minggu yang sudah sangat Maul tunggu-tunggu. Ia sudah merencanakan banyak hal hari ini. Meminta tolong pada kakak dan iparnya untuk menjemput Sheryl.
Sebenarnya, Maul takbmau melibatkan keluarganya. Namun, Sheryl yang mendadak tertutup dan seolah menghindar darinya pasca kabar lamaran antara Sheryl dan sepupu Gus Uta, tersebar.
Berita itu tak menyurutkan niat Maul untuk melamar Sheryl meski sang ipar sudah menegurnya.
"Orang yang sudah dikhitbah, tidak boleh dilamar pria lain. Itu cara mainnya." Gus Uta, mengingatkan pada Maul berulang kali.
"Tapi kenapa, abang bisa nikahin Mbak Ail, padahal Mbak Ail dijodohkan dengan kakak kandung abang, Kang Ubay."
"Ul, Kang Ubay belum mengkhitbah Ail. Meski memang ada wacana perjodohan mereka. Tapi, Ail belum terikat. Dan itulah kenapa aku berani melamar Ail, meski pada akhirnya aku dicap sebagai tukang tikung, karena menikahi gadis yang mau dijodohkan dengan kakakku."
Maul tersenyum miring, baginya, ucapan Gus Uta hanya bualan belaka. Tak ada salahnya jika ijab qobul belum terlaksana. Ia, harus mendapatkan Sheryl. Itulah yang ada dipikirannya.
"Makan dulu yuk?" Suara sang ibu membuat Maul tersadar dari lamunan. Sosok bergamis dengan tudung islami nan cantik datang bersama Ail, Gus Uta, dan Ashad, keponakannya.
"Sheryl puasa, Tante. Maaf," tolaknya halus.
"Masyaallah, saleha. Iya ya, Mami lupa kalau ini hari Senin. Maul juga puasa, dia cuma nganter kami sarapan. Seminggu ini lagi pada nggak sehat jadi libur dulu sunnahnya."
Setelah basa basi dan berbincang seperti biasa, keluarga Kyai Zuhdi memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Ya, hari itu, dua keluarga Kyai tersebut rencananya akan menghadiri majelis di Kulon Progo.
"Sheryl sama Mami yuk."
"Ah, Sheryl pengen main sama Ashad."
Jantung Sheryl berdetak cepat, dia takut melanggar janjinya pada Azmi. Sejujurnya, Sheryl menolak ajakan Ail saat dijemput paksa. Ia paham dengan gelagat tak beres Maul. Sheryl sudah mengatakan jika dirinya bertunangan dengan Azmi, tetapi tetap saja Maul tak mau tahu.
Beban lain memenuhi pikiran Sheryl. Sebelum memulai perjalanan tur dakwah bersama tim hadrohnya kemarin, Azmi berpesan pada Sheryl untuk tidak pergi dengan Maul. Pesan yang terus terngiang di benak Sheryl. Entah kenapa, tetapi Azmi seolah memiliki firasat tak baik soal Maul.
Dalam kegamangannya, Sheryl tersentak ketika tangan Maul dengan cepat meraih jemarinya dan menggandengnya ke arah mobil hitam kebanggaannya.
"Maul lepas!" ketus Sheryl.
"Galak amat sih, Princess. Masuk, nggak usah banyak protes."
"Nggak mau, aku mau sama Ashad, sama mbak Ail."
"Udah ayo masuk. Buruan. Mereka nanti tuh sama, nah itu dia dateng."
Ada mobil lain datang, dan kedua mertua Sahla turun dari sana kemudian obrolan kembali terjadi.
"Ummah, Abah," sapa Sheryl pada mertua sepupunya.
Setelah perbincangan kedua besan itu terjadi, Sheryl pasrah ketika ibu Maul menyuruhnya masuk ke dalam mobil.
"Jodoh nggak kemana, Cantik," bisik Maul.
"Iya, dan jodoh gue itu Mas Azmi," tegas Sheryl.
"Cantik, jangan bikin gemes deh. Minta dikejar hm?"
"Ul, gue nggak bercanda. Gue belongs to him. Bukan elu."
"Kalau lu nggak mau sama gue, lu juga nggak boleh sama dia," jawab Maul enteng sambil berkedip genit.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM ALIF TO YA' (OPEN PRE-ORDER)
RomanceMaulana Habibi Az Zukhruf, seorang pemuda yang menekuni profesi sebagai atlit sepak bola, dihadapkan pada pilihan sulit. Antara menikahi gadis pilihannya atau mewujudkan mimpinya sebagai anak yang berbakti pada orang tua. Dua puluh dua tahun, Maul h...