Part 22. Aku Tenang

107 21 12
                                    


Seminggu kemudian.

Sejak prosesi lamaran dilakukan, Maul dan Fiya justru tak pernah lagi bertemu. Sementara waktu, Arum, ibu Fiya yang menggantikan tugas putrinya mengabdi di rumah Kyai Zuhdi sebagai juru masak.

"Buk, Ibuk, Aul kangen Fiya," rengek Maul pada sang calon mertua.

Wanita yang tengah menyiapkan makan siang itu terkekeh.

"Sabar, Mas. Lima hari lagi juga bakal ketemu, kan?"

"Buk, boleh telpon Fiya nggak?"

Arum menggeleng. "Pak Kyai ngendiko kalau Mas Maul sama Fiya nggak boleh ketemu, nggak boleh telponan."

Pemuda itu pada akhirnya menyerah, berhenti merengek lagi ketika sang ayah datang dan menatap tajam padanya.

"Kenapa?" tanya Kyai Zuhdi.

Maul menggeleng.

"Ul, Abi mau bicara sama kamu, bisa?"

Pemuda itu mengamati wajah sang ayah yang terlihat serius. Tanpa pertanyaan ia mengikuti sang ayah ke ruangan yang digunakan sebagai ruang kerja sekaligus tempat sang ayah menyimpan ribuan buku dan kitab.

"Ada apa, Bi?" tanya Maul setelah keduanya duduk.

"Abi, serahkan yayasan madrasah ke kamu ya. Abi mau pensiun."

Maul menatap sang ayah. "Loh, kenapa, Bi? Ilmu Maul nggak seberapa loh."

"Nanti Abi bantu, ada Masmu juga kan yang bisa bantu. Abi ... Abi mau mundur saja."

Ada sesuatu di wajah sang ayah. Maul paham jika pria itu sedang tak baik-baik saja.

"Abi! Mas Aul!"

Panggilan terdengar dari luar. Tak lama jeritan dan tangisan menyusul. Kyai Zuhdi segera berdiri dan membuka pintu ruangan.

"Arza?"

Seorang wanita terlihat buru-buru, berbicara dengan Arum dan berusaha menggendong anak yang tengah tantrum.

"Bu Dea, itu Pak Kyainya ada."

"Titip saja ya, Bu Arum. Terima kasih, saya pergi dulu. Assalamualaikum."

"Mama, Arza mau disini!"

"Arza ayo nggak usah nangis." Dea membujuk sang putra.

"Arza mau sama Mas Maul. Mau sama Abi!"

"Arza, nurut sama Mama!" Untuk pertama kalinya Dea membentak sang putra.

"Arza! Sini sama Abi!"

Kyai Zuhdi menyela, bocah itu segera menepis tangan sang ibu dan berlari ke arah pria yang sudah ia anggap seperti ayah  kandungnya itu.

"Abi, Arza nggak mau pindah, Bi. Arza nggak mau pergi." Tangisan Arza semakin menjadi.

Maul tak tahu menahu permasalahannya. Namun, ia yakin ada yang tidak beres di sana.

FROM ALIF TO YA' (OPEN PRE-ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang