Chapter 3

5.8K 244 5
                                    

Ayna POV

"Baby blue, kamu kenapa sih ngelamun aja? Kamu lagi ada masalah ya? Cerita dong sama aku" tegur seorang pria di sampingku.

"Hmm nggak kok, aku cuma lagi pusing aja sama masalah kantor" bohongku padanya.

Nggak mungkin kan aku cerita ke dia kalau mama sama papa mau nyuruh aku kenalan sama cowok?

"Yaudah, daripada kamu suntuk mendingan kita lanjut aja clubbing nya. Aku punya racikan minuman yang baru loh. Kamu mau coba?" kata Brian di tengah semua kebisingan di club ini.

"Nggak deh, Yan. Aku mau duduk disini aja" tolakku halus.

"Ayolah baby, coba dikit aja. Aku bikin spesial buat kamu loh" rayu Brian padaku.

"Sorry Yan, aku lagi nggak mau minum. Apalagi sampai hangover. Aku lagi butuh pikiran yang jernih, okay?" balasku tak sabar.

"Ayolah baby blue, sedikit aja. Kamu nggak akan mabuk kok kalo cuma karena minum sedikit" katanya mulai memaksa. Tangan nya juga ikut-ikutan memaksa ku untuk meminum minuman di tangan kanannya.

"Stop Yan, please jangan paksa aku. Aku nggak mau, Yan"

"Ayolah" paksanya lagi.

"Saya rasa nona ini sudah berkata sangat jelas kalau dia tidak mau" tiba-tiba sebuah suara bariton muncul di tengah perdebatanku dengan Brian.

Seketika mataku terbelalak saat menyadari siapa pemilik suara tersebut.

"Kau..." kataku kaget.

"Ya, senang bertemu denganmu lagi, nona Ayna" ujarnya sembari menatap manik mataku.

"Kau ini siapa hah? Sebaiknya kau tak usah ikut campur urusan kami" kata Brian tajam.

"Tentu saja ini urusanku. Aku tidak suka jika melihat seorang wanita di sakiti atau di paksa" sahutnya dengan nada santai.

"Tapi dia ini kekasihku! Lebih baik kau cepat-cepat enyah dari sini sebelum aku menghajarmu" geram Brian.

"Kalau aku tidak mau?" tantang Alvin pada Brian.

Brian yang sejak awal memang sudah geram, terlihat mulai hilang kendali. Ia segera merangsek maju dan memukul wajah Alvin.

Aku hanya bisa terpekik kaget melihat kejadian yang berlangsung cepat tersebut.

Awalnya Alvin memang sempat terkena pukulan Brian yang tiba-tiba. Tapi tak lama kemudian, Ia yang mulai memegang kendali. Ia terus memukul Brian dengan membabi buta. Tak di pedulikannya Brian yang sudah berdarah dan mulai hilang kesadaran.

"Stop... Udah Vin, stop! Jangan pukuli Brian lagi!" kataku marah.

Awalnya dia tetap tak mau berhenti memukuli Brian. Tetapi setelah aku dengan sekuat tenaga mendorong tubuhnya, barulah Ia berhenti dan melepaskan tubuh Brian yang sudah tersungkur di bawahnya.

"Hey, lepaskan! Aku mau menolong pacarku!" teriakku marah saat dia menyeret paksa tanganku untuk keluar dari club.

Tentu saja aku sangat marah. Aku tak peduli meskipun dia berniat menolongku. Dia juga terlihat tak mempedulikan teriakan ku barusan.

"Stop! Apa-apaan sih kamu? Kamu nggak ada hak buat narik-narik aku keluar!" teriak ku kesal. Segera saja aku menyentakan tangannya yang masih memegang pergelangan tanganku.

Beberapa orang di parkiran hanya melihat dengan pandangan aneh kearah kami. Tapi diantara mereka sepertinya tak ada yang berniat untuk ikut campur.

"Kamu masih mau belain lelaki brengsek itu heh?" tanya nya padaku.

"Lelaki yang kau sebut brengsek itu adalah kekasihku! Jadi jangan coba-coba ikut campur urusanku!" semburku marah.

"Apa yang kau pertahankan dari lelaki seperti itu? Cihh... Laki-laki tak berguna" cibirnya.

"Setidaknya dia tidak pernah selingkuh di belakangku" sindirku padanya.

Ia langsung terlihat mematung mendengar ucapanku barusan. Sedangkan aku, hanya menampilkan senyum mengejek melihat raut wajahnya.

Persetan dengan dirinya yang masih terlihat mematung, aku lebih baik melangkah menjauh darinya.

To be continue...

Disaster WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang