Chapter 6

5.9K 234 3
                                    

Ayna POV

"Ayna, tolong kamu siapkan proposal untuk proyek baru kita dengan Aditama Corp. ya" perintah Pak Ronny padaku.

"Baik, Pak" sahutku pada Pak Ronny.

"Jangan lupa jam 3 nanti kita ada meeting dengan Aditama Corp" ingatkan Pak Ronny padaku.

Ah yaa aku harus bertemu lagi dengan si brengsek itu!

"Iya Pak. Hmm pak, kira-kira yang akan kita temui nanti siapa ya? Salah satu utusan dari Aditama Corp atau CEO mereka juga akan datang seperti kemarin?" kataku ragu.

Please jangan bilang kalau orang itu juga ikut

"Saya tidak tau, Ayna. Tapi kemungkinan Pak Alvin akan datang lagi sangat kecil, mengingat jadwal beliau yang sangat sibuk itu."

Syukurlah. Semoga saja dia benar-benar tidak datang

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 3 siang. Para karyawan pun mulai beranjak menuju ruang rapat. Dengan malas aku juga turut beranjak menuju ruang rapat bersama yang lain.

Tak lama suasana ruang rapat yang tadinya ramai karena pembicaraan para pegawai seketika mulai hening karena Pak Ronny sudah datang bersama dua orang laki-laki dan seorang wanita cantik di belakangnya.

Hah ternyata dia datang!

"Selamat siang para hadirin sekalian. Perkenalkan saya Ayna Clarissa Amanda" aku memperkenalkan diri sebelum memulai presentasi ku. Semua orang yang hadir menatapku serius, hanya satu orang yang justru menatapku tajam dan intens.

"...Sesuai dengan produk yang akan kita tangani, saya mengusulkan supaya kita menggunakan iklan bertemakan keluarga untuk mempromosikannya. Dimana kita akan menampilkan image keluarga bahagia yang tentu akan memilih untuk membeli hunian bernuansa damai dan alami ini."

Aku terus menerangkan presentasi ku dengan serius di hadapan para hadirin. Berharap client kami akan terkesan dengan ide ku ini. Tetapi apa yang ku harapkan sepertinya tidak semudah itu terjadi, karena sang CEO yang memegang keputusan malah tidak serius mendengarkan presentasi ku. Dia justru terlihat tidak fokus dan hanya menatapku intens sepanjang rapat.

"Jadi, bagaimana Bapak Alvin? Apakah anda setuju dengan ide yang Ayna ajukan?" tanya Pak Ronny meminta kepastian.

"Tentu. Saya sangat puas dengan hasil kerja anak buah bapak" sahut Alvin sembari terus-terusan menatapku. Pak Ronny tersenyum lega mendengar jawaban Alvin. Sedangkan aku makin merasa risih di tatap sebegitu intensnya.

"Tapi..." Alvin tiba-tiba menggantung ucapannya. Seketika raut wajah kami yang ada di ruang rapat pun tegang menunggu kelanjutan perkataannya.

"Saya akan menyetujui kerjasama ini, hanya jika Ayna bersedia untuk menjadi sekretaris pribadi saya" lanjutnya dengan sebuah senyuman samar yang bagiku adalah seringai licik penuh siasat miliknya.

Pak Ronny terkejut sekaligus bingung. Sedangkan aku menatapnya penuh permusuhan dan siap melancarkan sejuta protes untuk menolaknya.

"Tapi kan bapak sudah memiliki sekretaris sendiri!" protesku padanya.

"Ya, tetapi saya masih membutuhkan seorang sekretaris lagi untuk membantu pekerjaan Karina. Tentu saya tak akan membiarkan pekerja saya kelelahan menangani tugas berat sendirian" katanya memberi alasan.

"Tetapi kenapa harus saya? Saya sudah sangat nyaman bekerja disini" balasku tak terima.

"Karena saya membutuhkan orang sekompeten kamu."

"Tapi di luar sana masih banyak orang yang lebih kompeten di bandingkan saya. Kenapa bapak malah memilih saya?" desisku tak sabar.

"Karena aku mau. Dan semua yang aku mau tentu saja harus aku dapatkan" katanya dengan senyum angkuh nan sombong yang menyertai di wajah tampannya. Membuatku ingin melompat dan menerjang wajah sombongnya.

Disaster WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang