1. Ahmad Arkanza Davendra

915 79 6
                                    

Bentar, sebelum baca, Arkan mau bicara dulu nih, silahkan saudara Arkanza.

Baik terimakasih kepada kakak author selingkuhan uncle Fenly, eh maaf 🙏
Pokoknya Arkan ga mau tau, kalian yang mampir harus vote, biar cerita ini banyak yang tau.
Share juga ketemen-temen kalian, soalnya Arkan juga pengen populer kayak ayah.
Sekian terima gaji
Vote, ga vote Arkan ajak ke KUA
Eh salah, maaf,

.

.

.

.

.

Seorang anak laki-laki baru saja selesai berlatih beladiri bersama ayahnya. Usianya tergolong masih sangat dini, namun ia amat bersemangat jika berlatih demikian. Katanya, buat ngelindungin bundanya.

"Makasih bunda," ucapnya saat sang bunda menyodorkan air minum.

"Sama-sama sayang, gimana?"

"Seru bunda, ternyata ayah hebat banget ya," puji sang anak pada ayahnya.

"Iya dong, itu alasannya bunda kamu kepincut sama ayah," kekeh sang ayah.

"Ekhm yang baper duluan gara-gara kalau cidera bunda yang obatin," ledek sang anak. Dia lah Ahmad Arkanza Davendra, anak dari Maulana Fajri dan Rayana Archifa.

"Gue tenggelemin mampus lo," ketus Fajri.

"Kakak dulu yang Raya tenggelemin," jawab Raya.

"Kakak udah tenggelam kok, tenggelam dalam lautan cinta," ucap Fajri sambil menaik turunkan alisnya. Walaupun udah berkali-kali digoda, tetap saja membuat pipi Raya merah merona.

"Stress," ucap Arkan sambil berlalu.

"Anak kamu, Ray," celetuk Fajri.

"Anak kakak juga kali," Raya menyusul putranya masuk kedalam, karena sebentar lagi waktu makan siang, ia harus memasak untuk keluarga nya, karena Fenly dan keluarga kecilnya sejak liburan keluar kota.

"Kak ayamnya abiss!" teriak Raya.

"Ke supermarket yuk bun," ucap Arkan yang ntah muncul dari mana.

"Ayah mana?"

"Tidur," jawabnya polos.

"Ya udah, yuk," akhirnya Arkan dan Raya pergi berdua menuju supermarket yang ada didepan komplek.

Arkan adalah tipe anak yang ga terlalu suka jajan dan nurut sama bunda nya. Karena itu, Arkan cuma ngikutin bunda nya aja tanpa rewel minta ini itu. Kecuali bunda nya nawarin, baru dia ngambil.

"Mau beli apa?"

"Minum aja bun," Raya mengangguk dan mengambil beberapa minuman kesukaan putranya.

"Bun, Arkan tunggu diluar ya," ucap Arkan, ia bosan menunggu giliran bunda nya membayar, antriannya begitu panjang.

Tak lama setelah ia keluar, ia melihat seorang pemuda yang hendak mengambil dompet ibu-ibu yang ada disebelah pemuda tersebut.

"Woy copet!" teriak Arkan. Sontak pemuda tersebut lari dengan dompet ibu-ibu tersebut. Dengan sigap, Arkan ikut mengejar dan berhasil mencegatnya.

"Balikin dompetnya," ucap Arkan dengan wajah datarnya.

"Bocah jangan sok jago, minggir sono minum susu dirumah," jawab copet tersebut.

"Balikin atau aku paksa," tegas Arkan.

"Banyak gaya nih bocah," ntah ada otak atau tidak, copet ini menyerang Arkan. Tapi jangan sesekali menyangka kalau Arkan akan menangis jika terkena satu bogeman, dengan mudahnya Arkan menangkis bogeman yang diberikan. Kemudian ia membalasnya, ia juga mengeluarkan beberapa gerakan yang diajarkan ayahnya.

"Ampunn," ucap copet tersebut.

"Balikin!" tegas Arkan. Copet tersebut memberikan dompet hasilnya hari ini kepada Arkan, seakan-akan Arkan adalah bos nya yang killer.

"Banyak pekerjaan halal om, ga harus nyopet," ketus Arkan.

"I-iya de, maaf," orang-orang berlarian mendekati Arkan, termasuk Raya.

"Ini tante dompetnya," ucap Arkan dengan senyuman manisnya.

"Kamu ga papa sayang?" Raya memeriksa setiap inci tubuh anaknya. Anak sekecil ini mengejar copet sendirian, apa kata ayahnya nanti?

"Ga papa bun," jawab Arkan.

"Makasih ya nak, ini buat beli es krim," ucap ibu-ibu sambil menyodorkan beberapa lembar uang.

"Ga usah tante, makasih, kata ayah kita harus ikhlas kalau nolong orang, karena imbalannya udah ada dan jauh lebih besar, yaitu pahala dari Allah," jawab Arkan. Raya tertegun, selama ini ia hanya mendengar celotehan tak jelas dari suaminya, namun ternyata ia memberikan beberapa petuah pada putranya.

"Ya Allah mulia sekali hatimu nak, kalau udah dewasa jadi mantu ibu ya," Arkan menaikan satu alisnya, mantu? Apa itu?

"Mantu apa bun?"

"Bukan apa-apa, kami pamit dulu ya, assalamu'alaikum," pamit Raya.

"Waalaikumsalam."

Sesampainya dirumah, mereka disambut Fajri dengan segelas jus ditangannya. Mukanya juga terlihat lebih segar.

"Abis dari mana?"

"Kepo ih," gurau Arkan kemudian masuk rumah.

"Bukan kakak yang ngajarin Ray," ucap Fajri seakan tau maksud tatapan istrinya.

"Udah sono masak," salting juga dipandang Raya lama-lama.

"BILANG AJA SALTING," teriak Arkan.

"Anak ga ada akhlak," ketus Fajri.

"Persis kayak bapaknya," jawab Raya seraya  berlalu.
















Ekhm part satu selesai 🎉
Jangan lupa vote ya

Udah baca Badboy My Husband belum?
Belum? Baca dulu gih, biar kalian tau gimana lika liku kehidupan seorang Maulana Fajri dan Rayana Archifa.

Jangan, disitu area berbahaya ~ Alya

Kak Alya ngapain dah, ini lapak Arkan, hus hus hus ~ Arkan

AA Davendra : End ✅ [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang