10. Ahmad Arkanza Davendra

223 33 5
                                    

Arkan melangkah takut ke dalam rumahnya. Sekarang pukul dua dini hari. Ia baru saja pulang membawa kemenangan untuk Rexsan. Terdapat seseorang yang tengah menunggu kedatangannya. Fajri dan Fenly, karena Alya juga ikut pergi bersamanya.

"Bagus," satu kata mampu membuat Arkan dan Alya diam. Mereka menatap dua pria didepan mereka dengan tatapan takut.

"Jam berapa Rahelya?" tanya Fenly.

"Du-dua pah," jawab Alya dengan sedikit rasa takut.

"Arkanza, kenapa kamu bawa perempuan sampai selarut ini?"

"Pah, jangan salahin Arkan. Ini mau Alya, tadi Arkan udah mau anter pulang cuma aku nolak," jelas Alya sebelum Fenly mengeluarkan amarahnya pada Arkan.

"Lo urus anak lo Fen, Arkan ikut ayah," Arkan mengikuti langkah Fajri. Mereka menuju sebuah ruangan, yang tak lain adalah ruang kerja Fajri. Fajri mengambil sebuah buku album dan tertulis jelas Rexsan.

"Buka," pinta Fajri pada Arkan.

"Ini Rexsan generasi ke tiga?" Fajri mengangguk pelan.

"Kamu tau, generasi ketiga yang banyak sekali kisahnya. Terutama pada ketuanya," lirih Fajri di kalimat terakhir. Arkan hanya menyimak dan sesekali membuka lembaran selanjutnya.

"Sebanyak ini ayah? Terus kenapa ada perempuan nya?" tanya Arkan saat sebuah foto ia lihat.

"Ini tiga geng, Ganapati, Rexsan, dan Cemal. Dan para perempuan itu masuk dalam Cemal," jelas Fajri. Foto tersebut diambil setelah peperangan melawan Dymasius.

"Bener dugaan Arkan, kalau dari dulu ayah yang bucin banget sama bunda," kekeh Arkan saat memperhatikan dengan teliti foto tersebut. Fajri memeluk Raya posesif, padahal belum sah.

"Bocil ga boleh liat foto itu," ketus Fajri.

"Jadi ayah sama bunda ketemu disini? Atau gimana sih?"

"Ayah sama bunda dijodohin, awalnya ayah ga mau ya karena uncle kamu musuh ayah, tapi - "

"Lama-lama bucin juga," potong Arkan.

"Dari dulu ngajak ribut mulu, untung anak," balas Fajri.

"Pernikahan hampir aja batal karena bunda kamu lebih mentingin uncle kamu daripada ayah, apa kamu tau alasan uncle Fenly tinggal seatap dengan kita?" Arkan menggeleng pelan. Kalau dipikir-pikir janggal juga, karena Ricky dan Farhan tak ada disini, jika alasan kakak beradik.

"Karena trauma bunda kamu, dia ga mau sesuatu terjadi sama Fenly, bulan lalu waktu ayah sama Fenly pergi bunda sering nelpon seseorang kan? Itu Fenly bukan ayah," ucap Fajri diikuti senyum, senyuman yang terlihat pedih.

"Emang bunda trauma apa Yah?"

"Saat usia bunda 8 tahun, terjadi penyerangan dirumah akibat perkelahian antara Ganapati dan Rexsan pada generasi pertama, dan mereka mengincar para anggota Ganapati generasi pertama yang berakhir penembakan Fenly, disitulah bunda kamu mulai trauma, karena Fenly lah yang selalu ada sejak bunda kamu kecil, kadang iri aja sama Fenly yang selalu dapat perhatian bunda kamu," senyuman kepedihan kembali diperlihatkan Fajri. Ia tak bisa membohongi dirinya sendiri, kalau ia sangat iri dengan Fenly.

"Maaf Yah, bukannya Arkan lancang, Arkan mau tanya soal Anggi," Arkan hanya tak mau ayahnya terlarut dalam kesedihan yang tak ada satu orang pun tau.

"Kenapa?"

"Kenapa golongan darah Anggi sama kita beda? Ayah O, bunda A, dan aku O, kenapa Anggi B?"

"Aku liat di kartu golongan darah, kemarin ada pengecekan golongan darah disekolah Anggi," lanjut Arkan setelah beberapa saat tak ada jawaban dari Fajri.

*:..。o○ ○o。..:*

Kini matahari sudah menampakkan wujud nya. Namun, ini hari yang menyebalkan bagi Arkan. Ia dihukum untuk tidak menggunakan motor dan alhasil ia harus jalan kaki karena ponselnya tak ada aplikasi ojek online.

"Gini amat jadi orang ganteng," gumam Arkan di tengah perjalanannya. Sebenarnya bisa saja sih nebeng ayahnya, tapi ntar dapet omelan maut lagi.

"Eh maaf," ucap seorang gadis yang tanpa sengaja menabraknya.

"Gua yang salah."

"Karena cowo selalu salah," lanjut Arkan dalam hatinya.

"Mala?" ucap Arkan saat melihat gadis di depannya.

"Ngapain?" tanya Arkan saat banyak kue yang nampak tercecer karena tabrakan tadi.

"Jualan, di padepokan kan dibebaskan buat jualan," jawabnya.

"Maaf ya, ini aku ganti yang rusak, lagian suami lo kaya, ngapain jualan?" Mala menggeleng.

"Ga usah Arkan, ga papa kok. Aku gabut aja, lagian kamu belum kerja, uang kamu pasti masih punya ayah," jawabnya tanpa menatap Arkan sedikitpun. Mala adalah anak dari Hafizh, masih ingat? Dia sudah ada di padepokan sejak SMP, maka tak heran jika ia amat menjaga pandangannya. Sebenarnya, malas saja menatap laki-laki didepannya.

"Ya udah aku bantu kamu ya, please sebagai tanda maaf," ucap Arkan. Sebenarnya modus, selain Putri, Mala juga menarik perhatiannya.

"Ya udah," finis Mala. Ia tau sekeras kepala apa Arkan. Ia mengenalnya saat Arkan main ke pesantren nya. Lebih tepatnya padepokan, Padepokan Al Irsyad yang sekarang dipimpin oleh Hafizh. Hafizh adalah anak bungsu dari Hasyim dan merupakan adik dari Shandy Maulana. Baru tau kan?













Cie yang baru tau kalau Hafizh adenya  Shandy

Yey gue ga ngurus karena cerita gue kembali Haitus ~ Shandy

Ngajak berantem nih anak

AA Davendra : End ✅ [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang