Tangisan Raya kembali terdengar kala dokter menyatakan Arkan koma akibat benturan di kepala bagian belakang. Fajri mencoba menenangkan Raya, walaupun sebenarnya hatinya ikut teriris. Lagi-lagi Dymasius mengganggu keluarganya. Seperti tak kehabisan akal untuk membuat Raya menangis.
"El pamit pulang, mau cek Mala sama Lina," Fajri hanya mengangguk. Ricky terdiam, ia menatap Raya sendu.
"Maafin abang Ray, seandainya dari dulu abang jagain kamu, pasti kamu ga akan ketemu Dymasius dan kamu bahagia dengan keluarga kecil kamu," batin Ricky. Benar bukan? Dymasius adalah musuh bebuyutan Al Irsyad, kalau ia menahan Fariz untuk membawa Raya ke padepokan, pasti Raya tak akan mengenal Saga dan Dymasius. Kenapa penyesalan nya baru sekarang?
"Udah Ray, mungkin Arkan lagi cape, biarin dia istirahat dulu ya," ucap Fajri.
"Kakak ga tau gimana rasanya liat orang yang kita sayangi ada diruang ICU, ini kedua kalinya kak," balas Raya ditengah tangisnya.
"Do'ain aja biar Arkan cepet sadar," ucap Fenly ikut menenangkan. Hatinya pilu melihat tangisan Raya. Seketika rasa kesalnya kepada sang abi muncul, ia yakin waktu ia koma dulu, Raya seperti ini. Dan dalam kondisi seperti ini, Raya dibawa ke padepokan? Sangat tidak masuk akal.
"Arkan cepet bangun ya, bunda nunggu kamu disini," lirih Raya. Pandangannya fokus pada Arkan dengan beberapa alat medis di tubuh nya.
Sementara itu, keadaan dirumah lumayan berantakan. Beberapa pot bunga yang ada dihalaman pecah. Sebuah motor berhenti dan langsung berlari menuju ke dalam rumah. Keadaan didalam masih lumayan aman.
"Lina, Mala, Adrian, Achaz, Adrian!" teriak El.
"Bang El," seorang gadis keluar dari kamar.
"Adrian sama Achaz mana?"
"Mereka ke markas Rexsan, bang," El mengangguk paham.
"Bang, Kak Arkan di-dimana?" tanya Mala sedikit bergetar.
"Arkan, masuk rumah sakit Mal, di-dia koma," air mata Mala menetes. Ia menatap tak percaya ke arah El.
"Ko-koma? Jangan bercanda bang, ga lucu," ucap Mala diikuti kekehan, kekehan kepedihan lebih tepatnya.
"Besok, kita kesana ya, sekalian jengukin Anis," Mala menggeleng, Arkan berjanji padanya akan kembali dengan selamat, kenapa sekarang koma?
"Kak Arkan ga mungkin koma bang," Lina memeluk kakak iparnya. Setidaknya memberi kekuatan.
"Udah kak, besok kita pastiin ya," Mala mengangguk.
Setelah kepergian El, beberapa motor datang dan langsung menyerang. Arkan meminta Lina dan Mala bersembunyi, sedangkan Achaz, Adrian, dan Arkan meladeni mereka. Namun sayangnya mereka kalah jumlah. Beberapa kali Arkan terkena pukulan dibagian belakang. Sesekali balok mendarat sempurna ditubuhnya.
"Arkan!" teriak Achaz.
"Akhirnya kalah juga, bawa dia," perintah salah satu dari mereka.
"Sisanya?"
"Biarin, kita cuma butuh Arkan."
"Berhenti!"
"Mala, masuk," Mala menggeleng.
"Oh mau ngucapin kata-kata perpisahan? Silahkan," ucap pria berbadan gempal.
"Kakak janji kembali dengan selamat, masuk Mal," setelah mengucapkan kalimat tersebut, Arkan langsung dibawa secara paksa.
"Aku harap Bang El bohong," lirih Mala.
Kini mentari kembali menampakkan wujudnya. Puasa dihari pertama. Seharusnya menyenangkan, namun tidak bagi Mala. Hatinya teriris melihat suaminya dengan beberapa alat medis ditubuhnya.
"Kak, bangun yuk, ini puasa pertama kita loh, masa kakak tega, biarin istri kakak puasa sendirian," ucap Mala dengan air mata yang ikut meluruh. Ia sibuk menelusuri wajah tampan Arkan yang terdapat beberapa luka.
"Banyak yang nunggu kakak, bunda, ayah, Lina, sama Rexsan, mereka semua nungguin kakak. Termasuk aku kak, nanti yang jagain aku siapa?" pertanyaan Mala terdengar begitu pedih. Jika saja Arkan bangun, mungkin ia tak akan membiarkan Mala menangis seperti ini.
"Cepet bangun ya, kalau kakak bangun, Mala bakal peluk kakak terus, love you," sebelum keluar, Mala mencium kening Arkan cukup lama. baru saja beberapa jam tak bersama Arkan, rasa rindu sudah menghampiri saja. Ia rindu celotehan suaminya.
"Bunda," Mala memeluk Raya, tangisnya kembali pecah.
"Bun, Kak Arkan bakal sadar kan? Dia bakal kembali kan? Dia ga ninggalin aku kan?"
"Ga sayang, Arkan kan sayang banget sama kamu, dia ga akan ninggalin kamu, dia pasti kembali," percakapan keduanya tak luput dari pendengaran Fajri. Fajri menutup matanya sekejap dan pergi tanpa meminta izin. Ricky yang melihat itu langsung menyusul, ia tau bagaimana kalau Fajri tengah marah. Semua orang bisa jadi korban.
"Ji," panggil Ricky.
"Paan," balas Fajri.
"Mau kemana lo?"
"Kemana lagi? Gue bakal bikin rata Dymasius dan Btiger," ucapan Fajri terdengar begitu dingin. Aura yang ditakuti anggota Rexsan pada jaman nya.
"Sekarang bukan saat nya balas dendam, lo harus nguatin Raya sama Mala. Ya kalau lo kembali dengan selamat, kalau ga? Dymasius bukan lawan yang mudah Ji, inget itu,"
Arkan, balik yok
Ish dibilang mo istirahat juga ~ Arkan
Mala nungguin bambang
Ck, sebentar doang kenapa sih. Tunggu aja, ntar juga gue sadar. Kalau author nya ngijinin sih ~ Arkan
Jangan lupa vote and komen, walaupun gue lagi koma oke, papay ~ Arkan

KAMU SEDANG MEMBACA
AA Davendra : End ✅ [Proses Revisi]
Ficção AdolescenteRexsan Series 1a Kelakuan anak usia 5 tahun yang sudah mengerti banyak tentang dunia luar. siapa lagi kalau bukan ayahnya yang mengajari. ia didik agar bisa melindungi yang lemah dan membela kebenaran, ia juga diajari beladiri sejak dini. ya walaupu...