Matahari kembali menampakkan diri. Sinarnya begitu hangat menyentuh kulit. Seorang anak perempuan tengah membantu ibunya membuka warung.
"Sekarang Putri mandi ya, abis itu sekolah," ucap sang ibu.
"Siap Ma," jawab Putri. Ia anak yang penurut, hanya saja sosok ayah tak ada disampingnya.
Ia melangkahkan kakinya menuju sekolah yang tak jauh dari sana. Seperti ada yang berbeda, biasanya kursi tersebut sudah terisi, tapi kenapa sekarang masih kosong? Ah mungkin telat, pikir Putri.
"Pagi anak-anak," sapa Shafa.
"Pagi bu,"
"Hari ini, Arkan tidak masuk karena sakit, kita doakan semoga Arkan cepat sembuh ya," ucap Shafa.
"Aamiin."
Arkan sakit? Putri akan sendirian, karena laki-laki itu yang selalu ada disetiap harinya. Rizal dan teman-temannya akan leluasa mengganggu nya, karena Arkan tidak ada.
"Tuhan, Putri mohon, sembuhkan Arkan,"
"Mampus ga ada Arkan," ucap Bombom salah satu teman Rizal. Mereka memang sering membully Putri jika tak ada Arkan maupun Jeno. Saat ini, Putri benar-benar sendiri. Jeno ikut orang tuanya diluar kota, Arkan sakit.
Jam istirahat telah tiba, diluar dugaan ada seseorang yang menyodorkan roti kearahnya. Bukan karena ia selalu mendapat makanan, ia tak bawa bekal, tapi memang tak ada waktu untuk membuatnya.
"Arkan," yang menyodorkan roti adalah Arkan dengan wajah pucat dan tangan yang diplaster karena bekas infus.
"Makan ya," uvap Arkan.
"Ka-kamu ngapain disini?"
"Sekolah, ya walaupun telat," jawab Arkan.
"Tapi kamu lagi sakit," tegas Putri. Ia khawatir jika Arkan kenapa-kenapa.
"Aku ga papa kok, makan ya," ucap Arkan. Putri mengangguk dan makan roti yang Arkan bawa. Arkan tersenyum, walaupun tadi ia sempat berdebat dengan ayahnya.
Perdebatan kecil terjadi diruang VVIP Bougenville 3, antara ayah dan putranya. Sang putra menginginkan pulang sekarang juga karena gadis yang ia sukai terancam kelaparan.
"Ayolah ayah, ayah kan baik," rayunya.
"Ga Arkan, ayah bisa diomelin bunda," jelas Fajri.
"Bunda kan lagi ketemu uncle Hafizh, pasti lama, ayo Yah, kata ayah harus saling membantu. Putri kasian Yah,"
Karena rasa solidaritas dari Arkan, membuat hati Fajri meluluh. Ia pun meminta izin kepada dokter Zizah yang menangani Arkan. Hanya beberapa jam saja sampai sekolah selesai, itu janji Arkan.
Bel pulang sekolah telah berbunyi, itu tandanya sekolah perlahan sunyi. Arkan dan Fajri baru saja mengantarkan Putri pulang. Arkan menyukai Putri, tapi sayangnya ia masih terlalu kecil untuk mengungkapkan semua itu. Cukup ia dan Tuhan saja yang tau tentang ini.
*:..。o○ ○o。..:*
Sinar matahari mulai memasuki sebuah kamar, seorang pemuda merasa terganggu. Setelah shalat subuh ia memilih tidur kembali, karena ia baru saja pulang balapan.
"Astaghfirullah, Ahmad Arkanza bangun!" teriak sang bunda.
"Iya bunda," jawab Arkan tanpa menyibak selimutnya.
"Arkan jam berapa ini?"
"Ga tau bun, masih ngantuk," jawab Arkan.
"Ahmad Arkanza Davendra!" Arkan langsung bangun dan menuju kamar mandi. Jika namanya sudah disebut sepanjang itu, pasti bunda nya marah.
Usia 17 membuatnya begitu tertekan, apalagi ia harus menjadi penerus diperusahaan ayahnya. Kenapa ia harus jadi anak tunggal."Pagi ayah bunda," sapa Arkan.
"Pagi, kemana aja semalem?" tanya Raya di sela-sela aktivitas nya.
"Balapan," jawab Arkan santai.
"Arkanza, udah berapa kali bunda peringati, ga usah balapan ga jelas, nambah musuh aja," tegas Raya.
"Bun, aku udah turuti keinginan kalian, sekarang aku minta hak aku sebagai seorang anak," ucap Arkan dengan nada yang lebih tinggi.
"Arkan jaga sopan santun kamu," ucap Fajri memperingati.
"Kenapa sih, harus aku yang jadi penerus ayah? Aku ga suka bidang itu," ucap Arkan lagi. Ia meninggalkan kedua orang tuanya. Lebih baik pergi kemana gitu, asal ga ribut sama ayahnya.
"Kak, jangan terlalu mengekang Arkan," ucap Raya menenangkan.
"Maafin Aji, mungkin ini karma buat Aji. Dulu Aji ga nurut sama kalian," lirih Fajri sambil memandang foto kedua orang tuanya yang ia jadikan wallpaper.
Udah masuk usia remaja nih
Kira-kira Arkan yang dulu sama yang sekarang sama ga ya?Beda, dulu ganteng sekarang ganteng banget ~ Arkan
Hayo lohh Arkan beneran udah jadi remaja belum tuh, jawabannya di next part

KAMU SEDANG MEMBACA
AA Davendra : End ✅ [Proses Revisi]
Novela JuvenilRexsan Series 1a Kelakuan anak usia 5 tahun yang sudah mengerti banyak tentang dunia luar. siapa lagi kalau bukan ayahnya yang mengajari. ia didik agar bisa melindungi yang lemah dan membela kebenaran, ia juga diajari beladiri sejak dini. ya walaupu...