Pagi kembali menyapa, hari ini adalah hari pertama Arkan memasuki sekolah setelah libur panjang. Setidaknya satu tahun di taman kanak-kanak sebelum memasuki sekolah dasar. Karena terlalu bersemangat, ia sudah bangun sejak pukul 4 pagi. Katanya, tak mau terlambat dihari pertama.
"Bekal udah, buku udah, pensil udah, apa yang belum ya?" ucap Arkan sambil memeriksa isi tasnya.
"Susunya belum," ucap Fajri menirukan iklan di televisi.
"Arkan ga suka minum susu, ayah," jawab Arkan.
Fajri mengangkat kedua bahunya acuh. Sejak usia 1 tahun, Arkan enggan menyentuh yang namanya minuman susu, ada kandungan susu sedikit saja ia tak mau. Jadi, Fajri tak heran jika Arkan berkata demikian.
"Uang saku, ayah," ucap Arkan sambil menyodorkan tangannya.
"Kebanyakan ayah," Arkan mengembalikan uang lima ribuan kepada Fajri. Padahal, Fajri memberinya 10 ribu.
"Emang mau beli apa uang segitu?"
"Apa aja yang bisa dibeli, yuk, bun," sepertinya ada kesalahan teknis saat mengajari anaknya sesuatu, sampai-sampai hasilnya begini.
Dunia sekolah adalah hal yang menyenangkan bagi sebagian orang. Sama halnya dengan Arkan, ia amat bersemangat. Libur panjang membuatnya jarang bertemu teman-temannya.
"Arkan inget ya belajar yang rajin, dengerin kata bu guru dan jangan banyak tingkah, paham?"
"Paham bunda, Arkan masuk dulu, Assalamu'alaikum," ucap Arkan setelah menyalami Raya.
"Waalaikumsalam," Arkan berjalan santai menuju kelasnya tanpa diantar Raya. Raya hanya mengantarnya sampai parkiran saja, Arkan yang memintanya.
Arkan seperti Fajri, terlihat sangat cool dimata siapapun, kecuali keluarganya. Ia juga terkenal dingin namun jika sudah akrab dengan nya, sifat hangat dan kepeduliannya akan keluar.
"Assalamu'alaikum Arkan," ucap seorang anak perempuan.
"Waalaikumsalam," jawabnya datar.
"Arkan, aku punya coklat dua, ini buat kamu satu," ucap anak perempuan tersebut sambil menyodorkan coklat. Arkan melirik coklat dan seorang wanita yang tak jauh dari mereka, siapa lagi kalau bukan ibunya, secara bergantian.
"Makasih," ucap Arkan seraya berlalu, tanpa menerima coklat tersebut. Modus, pikir Arkan.
"Arkan bisa beli sendiri kali. Ayah dan bunda ga pernah pelit!"
"Mamah," rengek gadis tersebut.
Arkan duduk ditempatnya semula. Tepatnya dipaling pojok belakang. Ntahlah, Arkan lebih suka menyendiri.
"Arkan, nanti main yuk, kamu belum pernah main sama kita loh," ajak salah satu temannya.
"Ga," jawabnya datar.
"Ga usah temenan sama Arkan yang sok dingin, padahal nyebelin," ucap Rizal, musuh Arkan dari awal masuk. Dia cemburu aja, soalnya Putri lebih dekat dengan Arkan dan Jeno, teman sepermainan Putri. Tapi saat ini, Jeno lagi ijin.
"Apa gua peduli? Ga sama sekali," ucap Arkan menirukan gaya ayahnya ketika berbicara. Ia pernah mendengar kalimat ini saat ayah dan uncle nya berbincang. Ga sengaja nguping, maksudnya.
"Arkan itu anaknya Om Fajli, ketua geng motor loh, kalian ga takut kalau diapa-apain?" hasut Rizal. Arkan memilih diam, tau apa temannya ini tentang ayahnya? Menurutnya, ayahnya adalah yang terbaik, dia mengajarkan banyak hal, beladiri, sopan santun, dan banyak lagi.
"Ngomong Fajri aja belum bener udah fitnah macem-macem," batin Arkan dengan lirikan tajam.
"Tapi Arkan baik sama kita, ga kayak kamu, suka pamer tapi pelit," celetuk Rania.
"Ia bener, Arkan diem tapi baik," bela temannya.
"Pagi anak-anak," perdebatan pun selesai setelah guru mereka memasuki kelas.
Bel istirahat telah berbunyi, semua siswa mengeluarkan bekalnya, kecuali Putri. Tadi pagi dia bangun terlambat, mengakibatkan lupa membawa bekal.
"Putri, makanan kamu mana nak?" hanya gelengan yang ia berikan.
"Ini bu, barengan sama Arkan," jawab Arkan. Ia sudah sering berbagi makanan dengan Putri.
"Makan ya," ucap Arkan lembut.
"Tapi kamu?"
"Udah makan aja," Putri tersenyum dan mengangguk. Arkan senang bisa membantu temannya, ia tau kalau Putri adalah anak Yatim, Arkan hanya menjalankan apa yang ayahnya pinta, saling menyayangi dan membantu terutama pada anak Yatim.
"Arkan, kamu ga makan?"
"Udah bu, makan angin," jawab Arkan santai.
"Astaghfirullah, Raya junior," gumam Shafa. Masih ingat? Salah satu anggota Cemal, kalau kalian lupa. Dia sudah menikah dengan salah satu anggota Ganapati generasi ke 3 dan sudah mempunyai seorang putri yang amat cantik.
"Kalau makannya sudah, kita berdoa terus pulang."
"Yey, pulang!"
Arkan Arkan, bener-bener fotocopy an ayah bunda nya.
Jangan lupa vote, atau Arkan ngambek sama kalian ~ Arkan
![](https://img.wattpad.com/cover/294378212-288-k162688.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AA Davendra : End ✅ [Proses Revisi]
Ficção AdolescenteRexsan Series 1a Kelakuan anak usia 5 tahun yang sudah mengerti banyak tentang dunia luar. siapa lagi kalau bukan ayahnya yang mengajari. ia didik agar bisa melindungi yang lemah dan membela kebenaran, ia juga diajari beladiri sejak dini. ya walaupu...