03. -Belok-

948 132 6
                                    

















"Masih gak nyangka kalo lo gitu juga."





















NO EDIT

"Ribet amat masuk di keperawatan. Cari Sugar Mommy aja kali ya, Ren?" Kalimat sambat yang barusan terdengar itu berasal dari sepupu Irene yang emang akrab banget sama dia. Winter namanya.

Anak kelas 3 SMK jurusan keperawatan yang saat ini lagi berjuang buat ujian praktek esok hari. Kasihan.

Kalau lagi belajar gini dia cenderung lebih suka ngungsi ke rumah Irene emang. Sofa ruang keluarga sama karpet bulu dibawahnya itu, emang tempat ternyaman buat Winter.

Winter ini emang suka banget sambat hal-hal yang ada di kepalanya itu sama Irene. Soal kayak gini gak sekali dua kali di sambatin sama ini anak, tapi ya karena rasa tanggung jawab Winter yang emang gede, dia tetap jalanin ini walau kadang rasanya mau nangis.

Cengeng emang.

Tapi Irene akuin kalau Winter ini anaknya bener-bener ngikutin garis lurus alias gak sembarangan.

"Sugar Daddy kali, Win. Gih kalau mau nyari, apa mau gue yang nyariin? Nanti kalau dikasih subsidi gitu gue 80 persen, lo 20 persen ya."

"Enakan lo. Gak sudi, dih!" Balasan ketus dari Winter itu mengundang tawa Irene.

Ibaratnya nih, kalau Irene sama Winter itu gak ada hari tanpa gak ribut. Alias, setiap mereka ketemu itu pasti ada aja hal yang bakal di ributin. Tapi biasanya bahan ributan mereka emang hal kecil sih. Kalau tanpa sengaja kehantam masalah yang beneran gede, mereka cenderung ngandalin pemikiran dewasa.

Mereka berdua pernah musuhan kok. Rekor paling lama itu bertahan sekitar 52 jam, terus baikan lagi. Aneh emang.

"Udah udah, belajar yang bener." Instruksi Irene.

Beberapa menit cuman kedengar suara gesekan antara kertas dan bolpoin yang dilakukan oleh Winter. Irene yang di sebelahnya juga cuman mainin handphone dia sambil beberapa kali kadang senyum-senyum sendiri. Apalagi alesannya kalau bukan bales chatnya Seulgi.

"Lo ngapain sih Ren, senyum-senyum sendiri kayak orang gila." Celetuk Winter. Sedari tadi dia emang udah selesai berkutat sama soal-soal yang ia bawa dan merhatiin Irene yang seantusias itu pada ponsel pintarnya.

Irene ngalihin pandangannya dari layar handphone, natap Winter yang lesehan dibawahnya. "Eh. Anu, itu~" Irene bingung.

Sebetulnya bisa aja sih dia nyangkal perkataan Winter kayak sebelum-sebelumnya alias di jadiin candaan dan bahan tawuran. Tapi disisi lain, dia juga pengen cerita soal perasaannya ini sama Winter.

Tapi Irene gak yakin soal itu, karena hubungan kayak gini kan masih dianggap tabu. Dia takut kalau misal dia jujur, perspektif Winter soal dia bakalan berubah derastis.

Tapi kalau gak disampein juga ngeganjel di batin! Yok Rene, harus bisa.

"Kesurupan ya?" Celetuk Winter yang langsung disanggah Irene. "Enggak anj!"

Huh~

Irene menghela napas panjang. "Eh, Win. Gue mau tanya dulu deh." Awalan yang bagus ini, dimulai dari pertanyaan dulu.

"Apaan?" Balas Winter. Irene yang tadinya duduk di sofa itu beralih posisi buat gabung sama Winter duduk lesehan di karpet.

"Menurut lo, suka sama segender itu dosa gak?" Ciaelah Ren, Itu sih pertanyaan goblok yang udah pasti jawabannya.

Dear MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang