Semisal semesta emang gak ciptain kita buat bersatu, bisa gak kalau kita nikmatin dulu waktu yang tersedia? - N
"Permisi, Seulgi nya ada?" Pagi ini Irene memberanikan diri datang ke gedung fakultas sebelah buat ngomongin sebab akibat yang sebelum-sebelum ini terjadi antara dia sama salah satu manusia penghuni kelas yang dia kunjungi ini.
Berdiri didepan pintu masuk kayak orang ilang gitu, mungkin bikin salah satu orang disana ngerasa kasihan. Alhasil dijawablah dia, "Belum dateng, Ren. Ada urusan apa?" sama Moonbyul.
Irene tau kalau Moonbyul ini temen deketnya Seulgi, jadi pasti Seulgi udah cerita soal dia sama Moonbyul. Perkiraan Irene sih gitu, gak tau ya realitanya kayak gimana. Tapi kalau dilihat dari reaksinya Moonbyul, udah 100% bisa dipastikan kalau emang Moonbyul ini tau.
Hadeuh~ Irene jadi ngerasa nervous. Mana itu anak satu malah nyamper ngedeket ke Irene lagi.
"Ada apa?" Pertanyaan retoris! Irene gak bisa nih gini. Jadi, mau gak mau dia jawab pertanyaan Moonbyul, "Ada yang mau gue omongin sama dia." Emang gak kedengeran gugup kalau dari suaranya. Tapi serius, Irene nderedek aslinya.
"Mau ngomongin apa?" Nah loh, Suara dari arah belakang ngalihin perhatian Irene dari Moonbyul yang ada di depannya. Mampus gak tuh, orang yang dia cari ada disana, mana di tatap intens lagi.
Boleh ga kalau kali ini aja, Irene minta ke Tuhan buat bikin dia ilang aja.
Jujur, malunya sampai ke ubun-ubun.
"Dia nyariin lo tadi, Gi. Tapi lo nya belom dateng," Kata Moonbyul mengawali yang kemudian pandangannya ngalih ke Irene dimana anak itu masih diem kaku ditempatnya. "tuh, anaknya udah ada di belakang lo, Ren. Obrolin gih yang mau lo omongin tadi."
.
.
.
.
.
"Gue sama Suho emang pernah deket. Dia juga pernah bilang kalau dia suka sama gue, tapi gue pure anggep dia temen doang gak lebih. Makanya pernah, gue minta kalau kita jaga jarak dulu biar perasaan dia ke gue gak makin gede. Beda cerita sama waktu gue ngajak lo jaga jarak, ini sebenernya biar perasaan gue ke lo gak makin gede." Irene menarik napasnya panjang setelah satu kalimat itu terucap, dari sekian banyaknya yang ingin ia sampaikan ke Seulgi.
Taman kampus dengan meja bundarnya jadi tempat dua orang itu buat saling meluruskan masalah yang ada, lebih tepatnya ya Irene sih yang gak mau kalau Seulgi mikir macam-macam soal dia. Cuaca gak terlalu terik buat pagi ini, panas juga dihalangi sama lebat daun dari pohon yang sengaja ditanam disana buat neduhin suasana. Jadi cuman ada sedikit celah buat sinar matahari marangsek masuk memapar dua manusia itu.
"Setelah gue confess ke lo waktu itu, gue cerita sama Suho. Dia marah sama gue, jujur gue sedih soalnya dia beneran definisi temen buat gue. Salah gue juga sebenernya karena walau gue tau dia suka sama gue, gue gak jaga batasan sama dia. Tetep bersikap biasa layaknya temen, dan mungkin karena itu juga dia berpikir kalau gue kasih dia kesempatan." Lagi, Irene berucap. "Dia bilang sama gue buat gak cerita sama lo kalau gue sama dia pernah sedeket itu, makanya gue keep sendiri dan gak pernah gue singgung masalah itu selama sama lo. Dan taunya malah kebongkar yah? Hehe."
Irene menoleh menatap Seulgi, memastikan bahwa anak itu beneran menyimak apa yang dia sampaikan sebelum kembali lagi Irene mengeluarkan kalimatnya, berupaya menjelaskan. "Gue kemarin komunikasi sama dia buat nanyain perihal apa aja yang kalian perbincangkan. Dan dia bilang kalau yang lo rasain ini sama kayak yang dia rasain. Yang gue lakuin ke lo, sama kayak yang pernah gue lakuin ke Suho. Jadi, emang gue yang jahat disini."
Selisih sedikit lama untuk keduanya diam, sebelum Seulgi berucap, "Sorry." Kata pertama yang anak itu keluarkan setelah menyimak penjelasan Irene secara diam.
"No need. Kok malah lo yang minta maaf si," Kata Irene heran.
Seulgi menghela napas. "Sekarang gue tau gue harus percaya sama siapa, Ren."
"Gak gitu, Gi. Gue Cuma nyampein dari sudut pandang gue. Gue gak maksa lo percaya sama perkataan gue karena emang kita semua punya perspektif masing-masing buat semua hal yang udah terjadi," Sanggah Irene lagi.
"Tetep aja, gak seharusnya gue percaya sama orang segitu gampangnya. Gue bener-bener minta maaf sama lo." Seulgi berucap kembali, "Makasih juga karena udah jelasin."
"Engga gitu hey." Seulgi yang gini malah bikin Irene makin ngerasa bersalah, karena emang awal mula perkara ya dimulai dari dia ini. "Gi, jujur aja. Pikiran lo tentang gue lagi kacau kan? Misal ada omongan yang gaenak tentang gue dan itu tersampai ke lo, tolong konfirmasiin ke gue lagi. Mau percaya atau engga, itu jadi pilihan lo. Gue bakal jelasin itu dari sudut pandang gue."
"Iya." Seulgi menyetujui. "Gue ngikut kita kedepannya mau gimana, Ren."
"Pikirin bareng-bareng aja. Keputusan sepihak gue malah nyakitin kita berdua soalnya."
mff yh. ak bru bsa uph. tpih gpp ak ttp syg klian
bpack kmh bleh ak sun emggk?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear M
FanfictionSoal perasaan yang udah lama di pendam dan ketahuan cuman karena keceplosan.