14. -Batasan Diri-

489 76 3
                                    
























Bakal ada saatnya aku nyanyi lagu Pamungkas yang i love u but i'm letting go kok wkwk - Mahawirya
























"Ah, gue capek." Peregangan singkat Seulgi lakukan buat ngelemesin sendi-sendi dia yang kerasa kaku. Baru aja dia ngelakuin aktifitas yang nguras tenaga banget alias ngerjain tugas, kebut sehari.

Iya, pagi tadi dan baru selesai di sore hari gini.

"Ya lagian lo, tugas semingguan baru di kerjain semuanya sekarang." Moonbyul berkomentar nanggepin sambatannya Seulgi barusan.

Seulgi ngelirik Moonbyul malas. "Ngaca heh. Bukan gue doang ya, tapi kita." Dibales sama Moonbyul Cuma sebatas naik turunin alis doang.

Weekend ini digunain mereka berdua, Seulgi dan Moonbyul, buat hal yang beneran nguras otak dan bisa dibilang lumayan bermanfaat juga.

Gak kok, mereka gak kumpul di markas biasa, tapi mereka milih di Kost Seulgi. Moonbyul sebenernya udah ngarahin kalau lebih baiknya mereka datang ke café punya Lisa buat ngerjain tugas ini, tapi Seulgi bilang dia lagi males kemana-mana. Dan karena hal itu, mau gak mau dan harus mau juga, Moonbyul yang nyamper.

"Eh Byul, gue ada pertanyaan. Kalau cewe tiba-tiba berubah sikap itu karena apa coba?"

"Irene?" Gantian Moonbyul bertanya yang kemudian dijawab anggukan sama Seulgi.

Moonbyul natap Seulgi dari atas sampai bawah terus balik lagi ke atas kemudian berucap, "Lo jelek."

"Gue serius anjir."

"Ya gatau," Jawab Moonbyul sambil ketawa kecil. "Lo ada buat salah gak gue tanya?"

Sejenak Seulgi berpikir soal sikapnya akhir-akhir ini ke Irene yang kalau di kilas balikin masih sama aja kayak biasanya. "Perasaan enggak sih," Jawabnya. Ya soalnya emang beneran, Seulgi rasa dia gak ada bikin salah apa-apa ke Irene.

"Yaudah berarti enggak," Jawab Final Moonbyul. "Emang dia kenapa?"

"Gatau, kayak beda aja gitu."

"Perasaan lo doang kali, Gi."

Seulgi ngangguk. "Iya, perasaan gue doang kali ya." Seulgi jawab gitu bukan buat ngebenerin asumsi Moonbyul sih, tapi lebih ke berusaha ngeyakinin diri sendiri kalau dia sama Irene bakalan baik-baik aja.

.

.

.

.

.

Mahawirya

Gue bosen, mau nonton juga gak mood
15.56

Jalan kemana gitu yuk ren
15.56

Sorry Gi. Lagi gak bisa
16.04

Lagi sibuk ya?
16.04

Lumayan, Gi
16.05

Oh yaudah gapapaa
16.06


















"Reeennn! Temenin gue ke Gramed yukk." Baru juga Irene mau ngeletakin HP nya di nakas meja dan siap-siap buat rebahan lagi, pintu kamarnya udah di buka secara anarkis. Sama siapalagi kalo bukan anaknya pak Sanjaya.

"Tumben, mau ngapain?"

"Ada lah, beli buku."

"Gak ah gue males."

"Yeu~" Winter melempar bantal kearah Irene. "Malming ini lo gak jalan sama Seulgi emang?"

"Gaada chat-an." Boong bener ini. Padahal beberapa menit sebelum Winter masuk, mereka komunikasi.

Winter manggut-manggut "Yaudah temenin gue aja. Ayok dah, mumpung belum jam 5 ini. Lo buruan mandi."

"Dih, siapa lo ngatur-ngatur?"

"Gue boncengin deh sama gue jajanin mekdi nanti," Winter berucap sambil menaik turunkan alisnya. Cara kayak gini biasanya bakal bikin Irene nurut.

Irene segera berdiri dari rebahannya. "Oke. Lo tunggu di ruang tengah sono." Tuhkan, sogokannya gampang bener.

.

.

.

.

.

"Gue kira lo kesini bukan buat beli buku yang bermanfaat gitu buat support lo ikut ujian. Ternyata nyamperin waifu." Nah iya. Irene kira hadirnya dia dan Winter disini itu buat ngapelin rak buku deretan medis atau pelajaran anak SMA pada umumnya. Nyatanya dari tadi mereka ubet uyet di deretan rak komik.

Winter menjawab perkataan Irene sambil tangannya masih aktif milihin buku-buku komik yang menurutnya menarik dan pantes buat dibawa balik. "Gue juga butuh hiburan kali. Masa tiap hari mau berkutat di pelajaran yang gaada habisnya. Bisa mati muda gue."

Yah, betul juga yang dibilang Winter. Makanya Irene Cuma ngangguk iya iyain si Winter aja, berusaha memaklumi. "Gue mau liat-liat buku juga deh, Win. Kalo lo udah milihnya, nanti tunggu gue di rak musik deket kasir aja, oke?" Kata Irene yang dijawab anggukan paham sama Winter.

Iya Irene suntuk kalau terus nungguin Winter milih komik bacaan dia, makanya dia mutusin buat jalan nelusurin rak novel sekalian liat-liat siapa tau ada yang menarik hati dia.


"Mending yang ini apa yang ini, Kak?"

"Ehm, bagus semua kayaknya."

"pilih satu, Kak Seulgi~"

"mana aja deh, terserah Tal."


Wih~ dan emang bener, Irene nemuin sesuatu yang menarik di deretan rak novel ini.

Bukan soal bacaan yang bakal dia bawa pulang, tapi soal Seulgi yang kelihat asik jalan berdua sama Krystal. Anak yang jelasnya Irene tahu kalau punya perasaan lebih juga ke Seulgi.

Pikiran Irene jadi kemana-mana nih. Jadi tadi sore itu si Seulgi selain ngajak dia jalan, juga ngajak si Ayudisha toh. Hngggn~

Gramedia date, asik banget tuh ya, Gi.

Ah~ tapi Irene siapa? Bukan seseorang yang lagi jalin hubungan khusus sama Seulgi. Dan kalau dipikir-pikir lagi, posisi dia sama Krystal itu sama. Jadi Irene berasumsi kalau bukan hak dia buat bikin batasan antara Seulgi dan Krystal.

Dan setelah di tela'ah kembali, mungkin malah dia yang kudu bangun batasan antara dia dan Seulgi. Hdeh~


















"Win, balik yuk."

"Lo jadinya beli apa deh, Ren?"

"Gak mood buang-buang duit, ayok balik."

"Mekdi gajadi?"

"Jadilah! Ayok Mekdi."

.

.

.

.

.






Kiw, besok libur avv!!!

Dear MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang