renggang.

4.6K 751 368
                                    

"dijemput, Sa?"

Asahi sedikit tersentak, tapi kemudian tersenyum tipis. "iya kak."

"sama...?"

"sama adik kak, hehe. Bentar lagi nyampe katanya."

Atasan Asahi di tempat kerjanya itu mengangguk-angguk. "oke deh, tadinya mau gue anterin kalau belum ada yang jemput. Tapi aman deh kalau udah ada."

"eum, iya kak."

"ntar trip ke villa ikut kan?"

"ikut, diusahain ikut kok." jawab Asahi, "oh iya, kak, gaji gue yang bulan ini kayaknya kelebihan deh. Tapi pas gue tanya bagian keuangan katanya disuruh Kak Lucas, bener kak?"

Lucas tersenyum, "iya, bonus aja sih lo rajin banget ngajarnya. Mana suka ambil bagian desain iklan juga kan."

Asahi jadi ngerasa gak enak, soalnya, "dua juta apa gak kegedean kak??? Gue jadi gak enak sama yang lain..."

Kedua kalinya, Asahi tersentak. Kali ini karena usapan di puncak kepalanya. Dia sedikit mundur, menjauhkan diri dari cowok jankung di depannya itu.

"chill, bonusnya pure dari gue kok. Gaada ambil dari anggaran kita."

"aduh kak gue gak enak—

"kalau gak enak kasih kucing aja, Sa." canda Lucas.

Asahi merengut, "kak beneran gapapa?"

"hm ya gapapa. Gue duluan ya." Lucas pamitan, berjalan menuju parkiran setelah mendapat anggukan Asahi.

Kini tinggal Asahi yang masih berdiri di teras kantor, menunggu jemputan Haruto. Iya, Haruto yang jemput, dia gak enak buat minta jemput Jaehyuk. Mas pacarnya itu lagi sibuk-sibuknya. Ditambah papa yang sempet drop jadi urusan perusahaan disini beneran diambil alih dulu sama Jaehyuk sementara June ngurus perusahaan yang lain.

Udah beberapa hari juga mereka gak ketemu, gak telfonan juga, chat pun singkat-singkat doang isinya. Asahi menghela nafas, mengusap cincin yang terpasang apik di jari manisnya. Cincin pemberian Jaehyuk saat mengajaknya bertunangan dulu.

Sebenarnya sejak lamaran gak resmi waktu mereka masih kuliah itu, mereka gak beneran tunangan. Maksudnya gak yang serius ngadain acara tuker cincin gitu. Tapi Jaehyuk emang serius buat ngiket Asahi untuk ke jenjang selanjutnya kok.

Rencana buat lanjut ke pernikahan juga belum pernah dibahas lagi karena mereka beneran sibuk di kerjaan. Kalau sekalinya ketemu pun, merekanya lebih milih buat pacaran. Nikmatin moment saat itu, gak mau ambil pusing tentang hari esok.

Tapi belakangan ini ada yang mengganggu pikiran Asahi. Dia gak mau terlalu mikirin hal yang seharusnya sepele itu, tapi gabisa.

TIIN TIIN

"ishh biasa aja kali gausah klakson!" omel Asahi setelah masuk ke dalam mobil ayahnya.

Haruto di kursi kemudi mencibir, melajukan mobilnya, "ya lo ngelamun gitu kaya orang depresi, kenapa sih?"

"gapapa gue, lah lo habis nganter Jeongwoo?" tanya Asahi saat menyadari ada cardigan milik pacar adiknya di sandaran kursi.

"hhh, kebiasaan banget lupa barangnya deh tuh anak." gerutu Haruto, mengambil alih cardigan abu-abu itu lalu melemparnya ke seat belakang, "ntar gue lagi yang harus nganter."

Asahi ketawa, "idih biasanya juga lo bucin, seneng-seneng aja kalau harus nganterin barangnya Jeongwoo?"

"ya ga keseringan juga, masa baru kemaren gue nganterin jaketnya sekarang harus nganter itu lagi sih??? Biarin ah biar dia ambil sendiri, bodo amat ngambek."

modus. [jaesahi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang