Jangan lupa vote dan spam comment di setiap paragraf ya💙
"Gue nggak ngerti sama jalan pikiran lo."
Dev, cowok itu menoleh ke arah cowok seumuran dengannya yang kini tengah duduk di sofa menghadap ke arah televisi.
"Apa?"
"Ya lo mikir lah anjing, lo yang pindah-pindah mulu, gue juga ikutan jadinya!"
"Gue nggak pernah nyuruh lo ngikutin gue." Dev melepas seragamnya, dan menggantinya dengan kaos tanpa lengan bewarna hitam. Ia menyugar rambutnya dengan acak.
Lalu, ia duduk di samping cowok yang sibuk bermain game di ponselnya.
"Kalau bokap lo nggak minta, mana mau gue!" Serunya kesal.
Regasta, atau yang kerap dipanggil Gasta itu meletakkan ponselnya di meja, lalu menatap Dev yang kini sibuk bermain gitar di pangkuannya. Ia mencebik pelan. Sudah biasa ia diacuhkan oleh temannya ini. Tapi tetap saja terasa menyebalkan baginya.
"Siapa suruh mau-mau aja." Balas Dev santai.
Gasta mendelik. "Ya masa gue mau nolak permintaan bos besar, yang bisa aja ngeratain rumah gue kalau gue main-main sama beliau yang terhormat itu!"
"Gue tuh bingung sama hubungan lo sama Om Alex tuh gimana sih?" Cowok itu menyentuh dagunya dengan ekspresi bingung.
"Lo selalu bilang, bokap lo nggak akan peduli sama kelakuan lo, tapi kayanya lo salah--"
Dev melempar gitarnya dengan kasar ke arah lantai. Ia lalu menatap datar ke arah Gasta yang kini terdiam kikuk.
"Pintu keluar ada disana." Dev mengendikan dagunya ke arah pintu kamarnya.
Gasta gelagapan, ia langsung berdiri dari duduknya. Tatapan datar Dev adalah hal yang menakutkan baginya. "Oke-oke! Sorry, gue pulang, bye!"
Baru saja ia ingin membuka pintu, tapi pintu kamar tersebut sudah terbuka terlebih dahulu, yang membuat ia berjengit kaget.
Gasta menengguk ludahnya dengan susah payah, saat dihadapannya berdiri seorang pria tampan yang berstatus sebagai Ayah si pemilik kamar ini.
"Om--"
Alex om-om😔
Alex hanya mengangguk singkat, ia dengan langkah tegapnya berjalan mendekati Dev yang memilih tak acuh dengan keadaan di sekitarnya.
Cowok itu sibuk memainkan ponselnya.
Melihat ayah dan anak itu seperti ingin berbincang, Gasta dengan sadar diri memilih keluar. Dia tidak ingin mati muda, hanya karena menguping perbincangan kedua orang itu.
"Davenziel," Panggil Alex dengan tegas.
Dev berdehem. "Why?"
"10 surat panggilan dalam dua minggu. Apa yang kamu lakukan?" Alex memilih duduk di hadapan putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davenziel
Teen Fiction"Mommy... " Seberapa banyak pun orang di dunia ini, Davenziel tetap selalu menyebut kata tersebut setiap saat. Karena di dunia ini, hanya ibunya yang sangat berarti baginya. *** "Aku akan jadi mata dan kaki untuk Mommy. Aku akan jadi apapun untuk M...