(8) • Alex's Sayings

5.2K 998 641
                                    

Apa definisi keluarga bahagia menurutmu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Apa definisi keluarga bahagia menurutmu?

Ziel tidak mengerti, kenapa saat matanya menangkap sebuah keluarga lengkap yang sedang berbahagia, hatinya seakan tersentil tiba-tiba. Jujur saja, ia sedikit sensitif jika menyangkut berbagai hal tentang keluarga. Karena ia masih terlalu bingung mengakui, keluarganya ini termasuk kedalam kelompok keluarga bahagia atau tidak.

Punyak banyak harta, bukan berarti bahagia. Tapi, juga tidak punya harta juga tidak menjamin bahagia. Sifat manusia tidak bisa ditebak. Ada yang merasa kekurangan, ada yang merasa kelebihan.

Dan Dev termasuk kedalam manusia yang merasa memiliki banyak kelebihan. Keluarga lengkap, harta, wajah yang tampan dan masih banyak lagi. Ia bersyukur akan itu. Ucapan seseorang, jika manusia akan terus merasa kurang dalam hidupnya itu, kini terjadi padanya.

Ia merasa ada hal yang kurang dalam hidupnya. Semua terasa abu-abu. Dan dia sendiri yang membuat keadaan ini rumit, karena ulahnya sendiri. Ia sadar. Tapi entah kenapa ia tidak pernah menemukan jawaban, apa hal yang membuat dia seperti ini.

Dia merusak tubuhnya sendiri. Alkohol, rokok, dan berkelahi? Itu adalah temannya.

Berbeda dengan ayahnya yang sangat menjaga tubuhnya, sampai luka pun tidak pernah hinggap ditubuh pria itu. Dev terlalu sering membandingkan dirinya dengan ayahnya, sampai ia lupa ia juga harus memikirkan dirinya sendiri.

"Gila ya, ternyata Davenziel itu beda banget sama bokapnya. Kata nyokap gue, seorang Alexander itu sempurna tanpa cela. Lah, si Dev modal tampang sama kaya aja bangga. Pinter juga nggak, bisanya jadi beban karena kelakuannya."

Suara itu terdengar saat Dev tidak sengaja melewati perbatasan gedung siswa dan siswi. Langkahnya terhenti seketika.

"Lo pernah mikir gini nggak sih——kalau si Dev bukan keturunan Alexander?"

Dev hanya diam. Matanya terus mengawasi tiga gadis yang terus berbicara tentangnya.

Dia lalu berdehem. Tidak keras namun mampu membuat ketiga gadis itu serempak menoleh kearahnya. Jelas, tersirat raut panik di wajah mereka.

"Basi." Setelah itu ia berlalu pergi.

Nyatanya setiap ucapan buruk seseorang, bagaikan pisau yang akan membunuh siapa saja yang tidak kuat atau tidak bisa menerima ucapan itu. Namun, karena Dev sudah terbiasa mendengar hal itu, jadi ia memilih untuk diam dan berusaha untuk tidak peduli.

"Dev!"

Dev menoleh, mendapati Gasta yang kini berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa.

"Gue pikir lo lagi berantem di atap!" Seru Gasta.

"Nggak."

Mereka lalu berjalan bersama, menuju kelas mereka.

Gasta menghela napas lega. "Tadi, ada berita kalau ada yang berantem diatap sekolah. Gue pikir itu lo!"

DavenzielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang