Dev, cowok itu tengah menatap Gasta yang kini tengah menerima panggilan telepon dari ayahnya. Mereka berdua kini berada disebuah cafe dekat sekolah. Entah mengapa, Dev ingin sekali meminum segelas coffee di sore hari ini dan ditemani dengan sepiring chocolate croissant.
"Iya. Ini lagi makan sama Dev,"
Gasta melirik wajah Dev yang terlihat muram.
"Udah dulu ya, yah? Ngobrolnya nanti disambung dirumah." Gasta mengangguk-anggukan kepalanya mendengar suara ayahnya diseberang sana. "Okey!" Setelah itu ia mematikan panggilan tersebut. Dan menatap Dev dengan canggung.
"Uncle Dito, sayang banget ya sama lo?" Tanya Dev asal.
Gasta tertawa sejenak. "Duh! Geli gue kalau bahas sayang-sayangan." Tangannya bergerak menyuapkan sepotong croffle kedalam mulutnya. "Kalau dibilang sayang, ya sayang sih. Semua orangtua juga pasti sayang sama anaknya——— eh tergantung takdir juga. Anak dapat orang tua kaya apa hehe.."
Dev memutar bola matanya malas. Ia mulai meminum Caffè Americano miliknya secara perlahan.
"Om Alex juga sayang sama lo. Lo aja yang terlalu menutup diri, sampai semua hal yang dilakuin Om Alex itu salah dimata lo." Celetuk Gasta.
"Ingat nggak, dulu waktu lo jatuh pertama kali, pas kita naik sepeda? Lo pingsan. Dan disitu gue pertama kalinya lihat bokap lo marah. Gue takut banget. Sepeda lo dihancurin, dan gue ditegur supaya nggak boleh ngajak lo main sepeda lagi. Malemnya lo demam, dan lo tau? Orang yang ngerawat lo semalaman ya Om Alex. Karena bokap lo tau, lo nggak akan pernah mau disentuh sama orang lain selain keluarga. Padahal disitu nyokap lo juga lagi sakit." Terang Gasta.
Dari situ Gasta akhirnya mulai mengamati perilaku Om Alex kepada Dev. Dev selalu berkata, kalau Ayahnya membencinya. Entah mengapa Gasta merasa ragu. Menurutnya, apa yang dilakukan Om Alex kepada Ziel itu——terkesan tsundere. Jadi ini, tidak bisa dikatakan membenci.
"Sebenarnya masih banyak perhatian yang Om Alex kasih ke lo,"
Sekilas bayangan Ayah Dev yang selalu menatap Dev dari belakang terlintas dalam pikirannya.
Dulu ia sering mendapati Om Alex selalu melihat kamar Dev terlebih dahulu sebelum masuk kedalam kamarnya sendiri. Seperti memastikan kalau anak itu berada dalam pandangannya. Saat Dev berkelahi dan masuk rumah sakit, Ayah anak itu juga selalu berada di depan pintu ruang rawat guna melihat dan mengawasi anaknya.
Dan saat ia bersama Ziel, ayahnya selalu berpesan untuk mengajak Ziel makan terlebih dahulu, itu atas permintaan ayah Dev sendiri.
Karena, beliau tau kalau Ziel tidak akan pernah mau makan di rumah jika ada dirinya.
Mungkin dari depan, Om Alex terlihat tidak menyayangi Ziel bahkan terkesan membenci. Tapi, saat Gasta melihat ke belakang Ziel, selalu ada Om Alex yang selalu melindungi anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davenziel
Teen Fiction"Mommy... " Seberapa banyak pun orang di dunia ini, Davenziel tetap selalu menyebut kata tersebut setiap saat. Karena di dunia ini, hanya ibunya yang sangat berarti baginya. *** "Aku akan jadi mata dan kaki untuk Mommy. Aku akan jadi apapun untuk M...