Jangan lupa
Vote & spam comment 💞
Davenziel tidak pernah berpikir akan ada di posisi ini. Berdiri canggung, dan menatap semua orang yang berada di ruangan ini. Ia berpikir kembali, kenapa ia mendadak bodoh, menuruti perintah ayahnya, untuk masuk ke sekolah yang menurutnya sangat aneh ini.
Di dalam kelas ini, semuanya cowok. Berpenampilan rapi, dan pastinya goodlooking. Disini, ia memang diperlakukan dengan sangat sopan, dibanding saat ia berada di sekolahnya yang dulu-dulu.
Tapi tetap saja, ia kurang nyaman dengan hal itu.
"Davenziel, ayo perkenalkan dirimu." Suara itu terdengar tegas dan syarat akan perintah.
"Dev." Ucapnya singkat.
Hal yang membuat Guru laki-laki yang berdiri tak jauh dari Dev terkesiap. Namun langsung tersenyum tipis. "Em--lengkapnya?" Tanyanya kemudian.
"Cukup panggil Dev." Balasnya dengan menatap seluruh siswa di hadapannya. Dalam hati ia bergidik ngeri, melihat tatapan para siswa ini.
Dia masih normal hey!
"Sudah boleh duduk?" Tanya Dev, merasa pegal sekaligus canggung dengan situasi ini. Matanya menatap guru laki-laki yang mungkin seusia Dito--tangan kanan ayahnya.
Guru itu terkejut, mendapat tatapan datar dari murid barunya. "Tentu. Silahkan,"
Dan segera Dev berjalan ke arah kursi kosong yang berada paling belakang. Untung saja sistem duduknya, sendiri-sendiri, jadi ia tak perlu repot menghadapi teman sebangku, seperti dulu ia menghadapi Gasta.
Omong-omong soal Gasta--anak itu sepertinya sedang mengurus kepindahannya. Mungkin besok, dipastikan anak itu sudah duduk dengan omelan panjang di sampingnya.
"Tugas kemarin sudah?"
Lamunannya tersentak, mendengar suara tegas itu. Matanya mengerjap bingung, menatap seluruh siswa disini serentak mengeluarkan laptop dari laci meja masing-masing.
Kenapa disini ia mendadak menjadi orang bodoh sendiri?
Tangannya ikut membuka, laci mejanya. Jika dulu ia menemukan sampah berserakan di laci meja sekolah lamanya, kini ia menemukan sebuah laptop, dan perlengkapan sekolah lainnya. Fasilitas disini memang tidak main-main.
"Itu baru diisi kemarin, sebelumnya kosong."
Dev menoleh menatap cowok yang duduk disamping kananya, berbisik ke arahnya.
"Oh." Balasnya seadanya. Ia lalu menghela napas malas.
"Dev, nanti kamu bisa bertanya dengan yang lainnya soal tugas ini. Sekarang, perhatikan saja ya," Ucap guru di depan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davenziel
Teen Fiction"Mommy... " Seberapa banyak pun orang di dunia ini, Davenziel tetap selalu menyebut kata tersebut setiap saat. Karena di dunia ini, hanya ibunya yang sangat berarti baginya. *** "Aku akan jadi mata dan kaki untuk Mommy. Aku akan jadi apapun untuk M...