"Mau lo apa sih?!"
Gasta yang jengah dengan kelakuan cowok yang menurutnya sangat mengganggu, akhirnya meninggikan suaranya.
"Lo mau gabung disini? Sorry aja ya, gue sama Dev risih pakai banget. Daripada besok lo ditemuin kaki lo hilang dua, mending pergi sana!" Perintahnya dengan kesal.
Ia juga sedikit takut, melihat aura Davenziel yang sepertinya tengah ikut menahan kesal. Kalau sampai rasa kesal Dev keluar maka, seisi kantin ini sudah dipastikan akan hancur dalam sekejap.
Sedangkan cowok bernama Sergio——tertulis di badge name——itu menghela napas pelan. Matanya sedari tadi tidak lepas untuk menatap Davenziel.
"Gue cuma mau ngasih tau——" Sergio mendekat ke arah Dev yang kini membuang muka, seakan jijik berdekatan dengannya. "Gue punya banyak hal, yang nantinya lo akan cari tau tentang itu. Next time, lo pasti akan cari gue. Dan gue tunggu itu."
"Belok ya lo?!" Gasta mendorong kasar tubuh laki-laki yang berusaha mendekat ke arah Dev.
Sedangkan, Sergio hanya tersenyum kearah Gasta. Seraya berucap, "Gue tunggu."
Setelah itu dia melenggang pergi, diiring tatapan para siswa yang bingung dengan keadaan. Bahkan dia baru sadar, kalau sedari tadi kantin yang biasanya ramai ini, hening begitu saja. Semuanya nampak menonton perbuatan yang baru saja dia lakukan, dan tidak ada yang melakukan kegiatan lainnya seperti makan atau minum.
Diam, itu sudah cukup untuk mencari aman.
"Orang sinting, nggak usah dipikirin." Ujar Gasta saat melihat temannya hanya diam seakan merenungkan sesuatu.
"Minta bokap lo, cari tahu tentang anak itu." Perintah Dev dengan segera.
Ada yang aneh dari apa yang baru saja diucapkan laki-laki tadi. Seperti ada sesuatu yang berkaitan dengan dirinya. Entah ini firasatnya saja, atau karena sedari pagi suasana hatinya buruk jadi semuanya ikut menjadi buruk.
"Iya, nanti. Kayanya anak itu cuma caper doang, pengen temenan sama lo." Gasta berujar seraya mengerikan sesuatu di ponselnya.
"Belum pernah ada murid yang seberani itu berdiri dihadapan gue." Ketus Dev.
"Nah sekarang ada." Gasta tersenyum. "Lo juga manusia ya, nggak selamanya orang-orang takut sama lo."
"Hm."
Dev lalu melangkah pergi keluar dari kantin. Ia merasa tidak nyaman dengan kondisi sekitar, yang semakin ramai.
Langkahnya terhenti saat matanya menangkap seseorang yang tiba-tiba melompat dari pagar pembatas antara gedung siswa dan gedung siswi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davenziel
Teen Fiction"Mommy... " Seberapa banyak pun orang di dunia ini, Davenziel tetap selalu menyebut kata tersebut setiap saat. Karena di dunia ini, hanya ibunya yang sangat berarti baginya. *** "Aku akan jadi mata dan kaki untuk Mommy. Aku akan jadi apapun untuk M...