(5) • Lovely Night

7.8K 1.5K 2.3K
                                    


Jangan lupa
vote&spam comment!

Semua orang tua ingin anaknya bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang tua ingin anaknya bahagia. Tapi, terkadang bahagia versi orang tua tidak sejalan dengan kebahagiaan yang diinginkan sang anak. Walau orang tua dan anak memiliki darah yang sama sekalipun, tapi pikiran mereka tidak sama. Mereka punya pikiran dan pendapat masing-masing. Dan itu sering terjadi di setiap hubungan orang tua dan si anak.

Dev tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini juga. Waktu seakan berhenti begitu saja. Apa yang ia harapkan sejak dulu, perlahan mulai terkabul. Dan ia sangat bersyukur akan itu semua. Walau semua ini, masih terasa abu-abu baginya.

Alexander, ayahnya, bergerak begitu cepat tanpa ia duga. Memeluknya dengan canggung, seakan mereka tidak pernah saling kenal dan bagaikan orang asing yang baru saja bertemu.

Dan yang ia lakukan, hanya termenung dengan kepala yang berada diatas bahu lebar sang ayah.

Dulu, ia hanya bisa menatap aneh saat anak-anak disekitarnya memeluk ayah mereka masing-masing. Dan kali ini, ia bisa merasakan hal itu sekaligus mengerti kenapa mereka bisa sebahagia itu memeluk sang ayah.

Ternyata seperti ini.

"Apa aku harus meminta terlebih dahulu, baru Daddy mengerti?"

Alex tidak menjawab. Ia hanya terdiam, seakan tengah meresapi kehangatan yang ada.

"Kemana saja Daddy selama ini?"

Saat ia kecil mungkin Dev masih memaklumi segala perubahan dari sang Ayah. Tapi semakin ia dewasa, ia muak melihatnya.

Siapa yang egois disini? Kenapa anak selalu menjadi korban?

Dev melepas pelukan singkat namun sangat terasa lama baginya itu. Ia lalu berdehem, saat merasa matanya mendadak memanas seakan ingin mengeluarkan sesuatu.

Ayolah, dia sudah besar! Lucu rasanya jika ia menangis karena hal sepele seperti ini.

"Aku mau ketemu Mommy,"

Baru saja Dev ingin masuk ke ruangan sang ibu, tapi tangan sang ayah lebih dulu mencekalnya. "Sebentar,"

"Maaf..."

Setelah itu tepukan lembut mendarat di kepala Dev, ditambahi dengan elusan lembut disana.

Dan yang dilakukan Dev hanyalah tersenyum kecil dengan kepala tertunduk. Ia berbalik menghadap ayahnya.

"Maaf untuk apa?" Tanyanya. Matanya bertemu dengan mata biru kelam yang dulu sangat ia inginkan, karena matanya seperti ibunya coklat gelap.

"Untuk 17 tahun yang kamu lalui. Dan semua hal buruk yang kamu dapat selama ini, Daddy minta maaf. " Alex berkata sembari menghela napas pelan.

"Iya." Dev mengangguk.

Dan Alex sama sekali tidak mengerti arti kata 'iya' yang diucapkan putranya.

DavenzielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang