Bagian Dua. (Telah direvisi)

1.8K 78 1
                                    

Tiba di gerbang sekolah, Leon keluar dari mobil dan membungkukkan badannya pada sopir pribadinya.

"Terimakasih." ucap Leon sopan, sopir mobilnya mengangguk dan menjalankan mobil.

Leon memutar badan dan berjalan lesu, hari ini dia menjadi tidak semangat karena kejadian tadi.

"YOYONNN!!!!!!!" teriak seseorang kencang, Leon tidak menanggapi seruan yang memekakkan telinga.

"Woi." ucap seseorang disebelahnya dengan suara berat, Leon menoleh. Dia adalah Adrian, sahabat Leon.

"Suaranya ngga usah sok berat, nggak cocok sama wajahmu." sindir Leon, kembali mengarah ke depan. Drian memberikan cengiran kuda.

"Leon mau ke kelas, belum ngerjain tugas mtk." ucap Leon, mempercepat langkahnya.

"Eh, eh." Drian mengejar Leon yang meninggalkannya di belakang.

"Nyontek dong, hehe." Drian kembali dengan cengiran kudanya.

"Gak." balas Leon tegas.

"Pliss," pinta Drian.

"Gak." Leon semakin mempercepat langkahnya.

Drian mengejarnya lagi,"Pelis Leonn."

"Nggak!" teriak Leon, mulai lari terbirit-birit.

"Leonnn!!" seru Drian, mengejar Leon.


Selesai mengerjakan tugas matematika, Drian memulai pembicaraan,"Yon, tadi di mading ada lomba fotografi. Kamu kan suka foto-foto pake kameramu, mau ikut ga? Aku yakin seratus persen menang juara satu."

"Iya, tadi liat." balas Leon malas.

"Liat dari galaksi Bimasakti! Tadi kamu cuma melamun." ucap Drian.
"Eh, tau ga? Kemarin pas main game aku menang 10 kali! Gila coi! Keren ga? Keren ga? Yaiyalah, Adrian gitu. Ga ada yang bisa nandingin skill Adrian sang Jago!" lanjut Drian, memuji dirinya sendiri.

Leon melihat pohon didekat jendelanya, menikmati angin pagi. Tidak menanggapi Drian yang terus celoteh.

••••

"Baik anak-anak, untuk yang belum mengerjakan silahkan keluar. Karena Ibu ada rapat, jadi tolong tugas Matematika dikumpulkan sekarang!" seru Bu Selly.

Semua anak-anak mulai berdiri baris ke meja guru,"Yoyon, titip dong. Hehe." ucap Drian tak berdosa.

Leon mendengus kesal,"Iya, tapi Leon kasih tau Bu Selly daritadi kamu cuma nyontek jawabanku!" balas Leon dengan tatapan tajam.

Drian yang melihat raut wajah Leon menelan ludah, menjadi takut dan tidak jadi menitipkan bukunya kepada Leon. Yoyon serem banget, untung ga dibunuh.

Setelah semua mengumpulkan tugasnya, Bu Selly keluar dan kelas mulai ramai seperti pasar.

"Eh Yoyon, kok di lehermu kain kasa makin banyak? Belum lagi mukamu. Itu lagi ya?" tanya Adrian khawatir.

"Nanti kita makan di kantin aja." jawab Leon, menghindari pertanyaan Drian.

Adrian yang mengetahui Leon tidak ingin membicarakannya memeluk Leon,"Ututututu cayang cayang." ucap Adrian dengan suara lebay.

"Jauh-jauh kamu, homo ya?" selidik Leon, mendorong Adrian. Adrian hanya terkekeh melihat Leon.

•••

Leon telah pulang dari sekolahnya, dia melihat Mamanya sedang makan sendirian. Leon melihat leher Mamanya terdapat bekas tangan, membuatnya melepas tas dan lari memeluk Mamanya dari belakang. Mama sedikit terkejut dengan Leon yang tiba-tiba datang.

"Ma.. Mama kan janji nggak bakal disakitin. Leon kan jadi sedih." lirih Leon.

Mama hanya menghela nafas pelan, lalu mengelus kepala Leon,"Mama nggak papa, Mama lebih kawatir sama kamu yang fisiknya lebih buruk." ucap Mamanya.

"Tapi Leon nggak suka liat Mama gini.." balas Leon, air matanya mulai menetes.

Mama tersenyum,"Yang penting Leon ngga papa, Mama juga ngga papa." ucapnya, lalu mencium kepala Leon.

•••

Kritsar bisa komen aja, makasih udah baca bagian 2 "Leon Sayang Papa" ♡

CahyaArindi
<⁠(⁠ ̄⁠︶⁠ ̄⁠)⁠>

Leon Sayang Papa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang