Bagian Tiga. (Telah direvisi)

1.2K 56 2
                                    

"Ugh..., Ma..., Sesak.., Sakit.., Ghhkk..., Mama..," lirih Leon yang masih berusia 6 tahun. Dia meremas baju bagian dada sambil meringis kesakitan, kesulitan bernafas.

Mamanya—Avier yang sedang menggendong anak itu mengecup keningnya sambil mengeluarkan air dari matanya,"Sabar ya Leon.., bentar lagi kita sampai."

Sopir pribadi mereka hanya bisa menatap iba dari kaca.

•••

30 menit sebelum kejadian...

Avier dan Leon sedang berada di ruang main Leon, Avier menyuap Leon yang asyik bermain bersama mainannya.

"Leonn, pesawat datangg." Avier meluncurkan sendok layaknya pesawat terbang.
"Aaaaahhh...," Leon membuka mulutnya besar-besar.

Semua tampak baik-baik saja, tapi semakin lama Leon terlihat kesusahan bernapas sambil meremas bajunya. Avier mengelus punggungnya, mimik wajahnya mulai khawatir dengan kondisi Leon.

"Leon ngga papa? Kamu sesak?" tanya Avier, belum sempat menjawab Leon tumbang.

Bruk!

Kepala Leon menghantam lantai. Tangannya menggenggam bajunya lebih kuat, berusaha mengambil seluruh oksigen.

Avier langsung panik dan mengguncang pundak anak itu,"Leon! Leon!" seru Mama.
"Gghkk.. Nafas.. Susah.." lirih Anak itu.

Avier bertambah panik dan teriak memanggil pelayan rumah mereka.

•••••

"Nyonya, kita sudah sampai." ucap sopirnya, Avier mengangguk dan keluar. Lari terbirit-birit menggendong anaknya.

Avier langsung ke resepsionis mendahului orang lain, dia memohon-mohon sambil menantis. Akhirnya, Leon langsung dibawa ke IGD.

Didepan pintu IGD, Avier terus berdoa agar Leon selamat. Dia diselimuti oleh ketakutan, kornea milik Avier memerah, dan mata cantiknya mengeluarkan air yang mengalir.

1 jam telah lewat, seorang doktor keluar dari pintu IGD. Avier langsung berdiri,"Ba.. bagaimana keadaan anak saya Dok?" tanya Avier dengan nada gemetar.

"Kabar baiknya anak Ibu selamat," ucap doktor tersebut, Avier menghela napas lega.

"Tetapi kabar buruknya kami tidak tahu jelas sesak nafasnya disebabkan oleh apa. Kemungkinan besarnya adalah panick attack, namun kami sarankan anak Anda diberi obat untuk penyakit paru-paru. Obat ini digunakan menggunakan inhaler, nanti akan diberi di Apotek di sana." lanjut doktor tersebut.

"Saya juga sarankan agar anak Ibu melakukan cek rutin setiap sekali sehari. Saya juga sarankan anak Anda untuk cepat-cepat menggunakan inhaler. Telat 30 menit kemungkinan besar anak Anda langsung meninggal." tambah doktor.

"Baik Dok, terimakasih." ucap Avier sambil membungkuk.

"Apakah saya bisa menemui anak saya sekarang, Dok?" tanya Avier, Doktor mengangguk.

Avier langsung masuk ke pintu IGD, mencari anak laki-laki kesayangannya.

Aku tidak ingin anak keduaku meninggal, aku tidak ingin dia ikut kakaknya.

•••••

Halo Author disini! Chapter ini sudah di revisi ulang oleh Author, jadi alurnya bisa lebih dipahami(⁠^⁠∇⁠^⁠)⁠ノ⁠♪

Bonus!
Azriel Leonard, foto dijepret oleh Adrian. Drian memerintah Leon menggunakan kacamata bundar yang dia temukan dijalan.

"Kacamatanya kece, makanya ku pungut hehe." -Adrian

Bonus 2!Adrian Mahardika, foto dijepret oleh Leon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus 2!
Adrian Mahardika, foto dijepret oleh Leon. Adrian diperintah Leon untuk diam padahal sedang makan dan kelaparan.

"Soalnya pernah siram Leon pas lagi tidur, mampus jadi jelek." -Leon

Itu aja dari author, terimakasih telah membaca chapter 3 "Leon sayang Papa"!(。•̀ᴗ-)✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu aja dari author, terimakasih telah membaca chapter 3 "Leon sayang Papa"!(。•̀ᴗ-)✧

CahyaArindi
<⁠(⁠ ̄⁠︶⁠ ̄⁠)⁠>

Leon Sayang Papa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang