Setelah kematian sang ayah, putri Jasmine pun naik tahta menggantikan sang ayah sebagai sultanah di Agrabah. Dari pernikahannya dengan Aladdin, kini Jasmine tengah mengandung buah hati pertama mereka. Usia kandungan Jasmine telah memasuki 36 minggu.
Namun dengan perutnya yang sudah membesar itu, Jasmine belum juga mengurangi kegiatan kesultananya. Seperti pagi ini, dia masih memimpin rapat kesultanan meskipun dia cukup kesusahan duduk di atas tahtanya. Dia harus duduk dengan kaki yang terbuka untuk memberi ruang pada perut hamilnya.
"Sultanah, usulan kerja sama yang kita ajukan pada negeri Persia telah mendapatkan tanggapan."
"Benarkah? Akhirnya setelah sekian lama kita menunggu. Apakah Baginda dari Persia bersedia melakukan kerja sama dengan kita?"
"Baginda Harun dari Persia meminta pertemuan dengan sultanah terlebih dahulu sebelum beliau memutuskan untuk bekerja sama dengan Agrabah."
"Bagus. Kau atur waktu pertemuan kami."
"Maaf sultanah, ada masalah. Jadwal kerja Baginda Harun sangat padat. Kita hanya bisa melakukan pertemuan di bulan ini. Itu pun hanya bisa dilakukan di Persia. Namun saya khawatir dengan kondisi sultanah. Persia adalah negeri yang jauh, saya khawatir jika sultanah harus melakukan perjalanan jauh dalam kondisi hamil tua seperti ini."
"Apakah tidak bisa di waktu lain? Setelah aku melahirkan mungkin?"
"Maaf sultanah, saya sudah memeriksanya. Jika kita tidak bertemu di bulan ini, kemungkinan baru bisa melakukan pertemuan di tahun depan."
"Itu terlalu lama. Kerja sama ini harus segera dilakukan untuk kesejahteraan rakyat. Kita harus melakukan pertemuan ini segera. Naira, bantu aku kembali ke kamar dan segera panggil tabib untuk memeriksa kondisiku."
Dengan dibantu oleh dayang kepercayaannya, Jasmine kembali ke kamarnya. Tak lama kemudian tabib dan seorang asistennya datang untuk memeriksa kondisi Jasmine dan kandungannya.
Brak
Aladdin membuka pintu kamar dengan kasar dan memasuki kamar Jasmine yang juga kamarnya itu. Dia langsung duduk di tepi ranjangnya tepat di samping Jasmine.
"Silahkan melakukan pemeriksaan pada sultanah. Saya hanya ingin mendengar kondisi istri dan anak saya."
"Baik Tuan."
Tabib pun mulai memeriksa kondisi Jasmine dan kandungannya dengan teliti.
"Kondisi sultanah dan kandungannya sehat. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Tabib, apa aku masih bisa melakukan perjalanan jauh dengan kondisi seperti ini?"
"Maaf, sultanah. Berapa lama anda berencana melakukan perjalanan? Seperti yang kita tahu, sultanah harus melahirkan di dalam istana Agrabah."
"Sekitar 14 hari. Perjalanan berangkat dan kembali sekitar 4 hari. Kunjungan akan berlangsung selama kurang lebih sepuluh hari."
"Saya rasa bisa. Usia kandungan sultanah saat ini 36 minggu. Biasanya kelahiran itu terjadi di usia kandungan 38 sampai 40 minggu. Saya rasa waktunya masih cukup sampai sultanah kembali ke Agrabah."
Jasmine tersenyum puas dengan penjelasan tabib. Itu artinya dia bisa melakukan perjalanan ini. Tapi lain halnya dengan sang suami. Raut muka Aladdin terlihat kaku. Ia tidak setuju istrinya yang hamil besar ini melakukan perjalanan jauh.
Setelah semua orang pergi, tinggallah Jasmine dan Aladdin saja di dalam kamar mereka. Jasmine yang menyadari suasana hati suaminya yang kurang baik, coba menenangkannya dengan cara memeluk suaminya itu dari samping.
"Apa kamu benar-benar harus melakukan perjalan ini?"
"Ya. Baginda Harun orang yang sangat sibuk. Beliau hanya punya waktu luang di bulan ini. Jika kita tidak menemuinya saat ini, entah kapan bisa bertemu. Kerja sama dengan Persia ini penting untuk Agrabah."
"Ya tapi kamu sedang mengandung Dan akan segera melahirkan. Bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan dalam perjalanan? Harusnya kamu sudah istirahat saja sambil menunggu persalinan."
"Aku mengerti kamu khawatir, Al. Tapi tadi tabib sudah memastikan kondisiku dan bayi kita. Kami baik-baik saja. Lagipula banyak orang yang akan menjagaku selama perjalanan ini. Tabib juga ikut. Dan pastinya kamu juga akan menjaga kami. Ya kan Baba..."
Aladdin masih belum bergeming. Ia masih belum setuju dengan keinginan Jasmine untuk ke Persia.
"Aku janji, ini pekerjaan terakhir. Sepulang dari Persia, aku tidak akan bekerja lagi sampai melahirkan."
Aladdin masih diam sambil memandang istrinya dengan tatapan dalam.
"Hmm... Sepertinya Baba masih marah nak sama Anne... Bilang sama Baba sayang, jangan marah sama Anne..." Ucap Jasmine bermonolog dengan bayi dalam kandungannya.
"Kau ini selalu keras kepala. Baiklah, kau boleh pergi. Tapi ingat janjimu. Setelah ini kau harus beristirahat total sampai persalinan. Mengerti Jasmine?"
Jasmine tersenyum manis dan mengangguk. Ia pun mengeratkan pelukannya pada sang suami yang dibalas dengan kecupan di puncak kepala Jasmine oleh Aladdin.
*
Keesokan harinya Jasmine dan Aladdin serta seluruh rombongannya berangkat menuju Persia. Perjalanan itu memakan waktu selama dua hari.
Setibanya di Persia, rombongan sultanah dari Agrabah itu disambut dengan baik oleh pihak istana Persia. Begitu pula dengan pembicaraan mengenai kesepakatan kerja sama antara Agrabah dan Persia. Semuanya berjalan lancar seperti yang diharapkan.
Tidak terasa sudah lebih dari seminggu mereka ada di Persia. Hari ini adalah hari terakhir mereka tinggal di sana. Karena pembicaraan kenegaraan telah selesai, Maka Jasmine dan Aladdin menggunakan waktunya untuk melihat-lihat pemandangan di Persia yang terkenal mempesona.
Malam harinya setelah lelah berkeliling, Jasmine dan Aladdin memutuskan untuk beristirahat. Saat mereka berdua tinggal di dalam kamar, sifat manja Jasmine muncul.
"Al..."
Panggilan Jasmine membuat Aladdin memalingkan wajahnya pada Jasmine dan memperhatikan istrinya yang cantik itu.
"Anaknya mau dipijat Baba..." Ucap Jasmine sambil mengusap perut besarnya dengan gerakan memutar
"Anaknya atau Anne nya?"
"Dua-duanya..."
Aladdin tersenyum mendengar permintaan istrinya. Dia mengambil essential oil yang ada di atas meja kecil di samping ranjangnya. Aladdin kemudian berpindah duduk di hadapan Jasmine dan menyingkap gaun putih yang tengah dipakainya.
Perut hamil Jasmine terekspos, mulus tanpa garis stretch mark di sana. Aladdin menuangkan essential oil ke atas telapak tangannya dan mengusapkan ke perut hamil Jasmine dan mulai memijatnya dengan lembut.
"Eemmhh..."
"Nyaman?"
"Hmm..."
Aladdin terus memijat perut Jasmine dengan gerakan memutar. Perlahan-lahan tangan Aladdin merayap naik menyusup di balik gaun Jasmine yang tergulung di atas perutnya. Perasaan gembira timbul dalam hati pria itu saat tangannya berhasil meremas buah dada istrinya yang tidak terlapis apa-apa lagi di balik gaun tipis yang dikenakannya.
"Aaah... Al..."
"Ya..."
"Mau kamu..."
Tbc
Note:
Baba = panggilan untuk ayah
Anne = panggilan untuk ibuSetelah sekian lama akhirnya aku balik ke lapak ini...
Thank you buat yang masih nungguin
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Pregnancy
General FictionPangeran dan putri menikah dan hidup bahagia selamanya... The end Begitu lah kira-kira akhir dari setiap cerita dongeng seorang putri... Kali ini aku ingin membawakan sekelumit cerita tentang para putri negeri dongeng saat menanti kelahiran buah h...