Setelah Tiana menikah dengan Pangeran Naveen, keduanya lebih memilih untuk tinggal di luar istana dan mengelola restoran milk mereka. Namun Pangeran Naveen tidak serta merta melupakan tugasnya sebagai anggota keluarga kerajaan. Pangeran Naveen sering kali harus kembali ke kerajaan Maldonia untuk menyelesaikan beberapa urusan kerajaan.
Tiana kini tengah mengandung anak pertamanya dengan Pangeran Naveen. Usia kandungan Tiana telah memasuki bulan kesembilan. Tapi Naveen harus kembali ke Maldonia untuk urusan kerajaan. Hal ini tidak bisa ditunda. Maka dengan berat hati, Naveen harus meninggalkan Tiana di New Orleans.
"Jangan terlalu lelah mengurusi restoran. Kamu harus lebih banyak beristirahat, sayang..." pesan Pangeran Naveen pada sang istri.
"Iya. Kamu hati-hati ya di sana. Cepat pulang." balas Tiana yang dijawab dengan anggukan oleh Naveen.
Pria itu pun beralih ke perut besar sang istri. Ia berjongkok di hadapan perut hamil Tiana dan mengecup tempat anak mereka bersemayam dengan penuh sayang.
" Jadi anak baik ya di dalam sini. Jangan buat Mommy sakit ya Nak. Tunggu Daddy pulang ya sayang... Jangan lahir dulu."
"Iya Daddy..." sahut Tiana dengan suara serupa anak kecil.
Naveen tersenyum kemudian kembali mengecup perut bulat Tiana. Ia lalu menegakkan dirinya dan memagut bibir istrinya sejenak sebelum kemudian berpamitan.
"Aku pergi."
*
Kehamilan Tiana sudah memasuki usia yang cukup matang. Dalam waktu dekat wanita itu akan segera melahirkan buah cinta pertamanya dengan Naveen. Oleh karena itu sebenernya Tiana tidak ingin menerima pesanan dalam jumlah banyak.
Namun beberapa hari lalu, sebuah organisasi sosial mendatanginya untuk memesan makanan dalam jumlah besar. Awalnya Tiana ingin menolaknya apalagi saat ini Naveen sedang tidak ada bersamanya untuk mengurusi pesanan itu. Tapi ia mengurungkan keinginannya itu karena melihat tujuan acara ini.
Pesanan yang diterima Tiana adalah berupa 500 porsi menu utama untuk makan siang berserta 1000 cupcake untuk dessert. Karena diperuntukkan untuk jam makan siang, maka sejak pagi buta Tiana dan para pegawainya sudah sibuk di dapur restorannya yang terletak di lantai bawah tempat tinggalnya.
Perut Tiana yang sudah berukuran besar membuat wanita itu tidak bisa bergerak selincah biasanya. Ruang gerak Tiana terbatas, dia pun menjadi lebih gampang lelah. Tiana berencana hanya akan mengawasi para pekerjanya menyiapkan makan siang itu. Tapi suatu berita buruk ia dapatkan. Dering telpon mengagetkan wanita hamil itu.
"Nyonya, aku minta maaf, hari ini aku tidak bisa masuk kerja. Tadi pagi aku mengalami kecelakaan." ujar Koki senior di restoran Tiana
"Kecelakaan apa Lydia?"
"Aku terserempet mobil saat akan berangkat bekerja."
"Apa? Lalu bagaimana kondisimu sekarang?"
"Kata dokter ada retak di tangan kananku. Selain itu hanya luka gores saja di beberapa tempat. Nyonya aku sungguh minta maaf tidak bisa membantumu. Tuan Naveen tidak ada, dan kita ada pesanan banyak sedangkan kondisimu tengah hamil tua."
"Sudah tak apa. Yang penting tidak ada masalah serius dalam tubuhmu akibat kecelakaan itu. Jangan memikirkanku. Banyak yang membantu di sini. Kau fokus pada pemulihanmu saja."
"Terima kasih banyak nyonya."
Lydia tidak bisa datang untuk bekerja hari ini. Itu artinya Tiana harus memasak semua hidangan itu dibantu dengan satu orang koki junior saja. Restoran Tiana memang tidak begitu besar. Ia hanya memiliki beberapa pegawainya, satu senior koki, satu junior koki, dua orang waiters dan satu orang sopir untuk mengantarkan dirinya berbelanja serta mengantarkan makanan jika pelanggan melakukan pesan antar.
"Oke semuanya. Kita harus bergegas menyiapkan semuanya. 500 porsi mashed potato dengan Sweden meatball serta 1000 cupcakes harus siap sebelum jam 11. Cathy, siapkan adonan untuk cupcake. Dona dan Nick kupas kentang dan bawang. Andi tolong bersihkan meja dan kursi di depan. Kita juga akan menerima pelanggan yang akan makan siang." perintah Tiana pada semua pegawainya.
Semua orang pergi ke tempat masing-masing untuk melakukan perintah Tiana. Sedangkan wanita hamil itu langsung berkutat dengan puluhan kilo daging giling. Ia membumbui daging itu serta membentuknya menjadi bulatan bulatan kecil.
Menyiapkan 500 porsi makan siang bukanlah hal yang mudah. Tiana harus berkutat lama dengan tumpukan daging giling sebelum menjadi meatballs. Berdiri dan mondar-mandir sekian lama mungkin tidak menjadi suatu masalah besar bagi seorang Tiana saat belum mengandung. Namun beda halnya saat ada janin berusia 38 minggu di perutnya. Pinggangnya terasa akan patah. Belum lagi Tiana sesekali merasakan kram di perut besarnya.
"Ssshh... Tahan sebentar ya Nak... Bantu mama hari ini... " ucap Tiana sambil mengelus perut besarnya
Wanita itu meringis kesakitan saat kram di perutnya terasa menguat. Entah sudah berapa lama ia berdiri di depan kompor untuk membuat sekitar 5000 bola-bola daging.
" Ssshh... Huuuh... Huuuh... " Tiana coba mengatur nafas seperti yang pernah ia pelajari di Kelas senam hamil untuk mengurangi rasa sakitnya
Kisah selengkapnya bisa dibaca di karya karsa
Semoga suka
See you thereHappy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Pregnancy
Genel KurguPangeran dan putri menikah dan hidup bahagia selamanya... The end Begitu lah kira-kira akhir dari setiap cerita dongeng seorang putri... Kali ini aku ingin membawakan sekelumit cerita tentang para putri negeri dongeng saat menanti kelahiran buah h...