Waktu terus berjalan. Kini usia kandungan Dewi Candra Kirana sudah 48 minggu. Ibu hamil itu sudah mulai frustasi dengan kehamilannya. Perutnya sudah terasa sangat berat.
"Kanda, lebih baik Kanda belah saja perutku dan keluarkan anak kita." Ucap Dewi Candra Kirana putus asa
"Kita pasti menemukan cara untuk mematahkan sihir ini. Dinda sabar ya."
"Tapi Kanda, dia sudah semakin besar di dalam sini. Mau menunggu sebesar apa lagi?"
"Tunggu sebentar ya Dinda..." Ujar Raden Inu Kertapati coba menenangkannya
"Kanda, harus janji akan menjaganya kalau aku pergi nanti."
"Dinda! Dinda bicara apa? Dinda dan anak kita pasti selamat. Jangan bicara yang tidak-tidak."
"Tapi Kanda..."
Tok tok tok
Suara ketukan pintu menghentikan perdebatan sepasang suami istri itu. Raden Inu Kertapati pun membuka pintu kamarnya untuk melihat siapa yang datang. Ternyata kakek pertapa lah yang mengetuk pintu kamar mereka.
"Aku sudah menemukan cara menghilangkan sihir itu."
"Bagaimana kek?"
"Sepertinya adikmu yang kembali mengirimkan kutuk."
"Dewi Galuh?"
"Ya. Ini adalah jenis sihir penyihir laut. Kurasa, Dewi Galuh bekerja sama dengan penyihir laut tempat ia dibuang."
"Lalu bagaimana cara mematahkan sihirnya?"
"Keong hitam. Kamu harus mencari 10 keong hitam dan memberikannya pada istrimu untuk dimakan."
"Dimana aku bisa menemukan keong hitam itu."
"Laut hitam. Kamu harus berlayar ke laut hitam dan mendapatkan 10 keong hitam."
*
Berlayar ke laut hitam dan mencari keong hitam bukanlah perkara mudah. Laut hitam adalah laut yang terkenal dengan ombak yang ganas. Namun demi istri dan anaknya, Raden Inu Kertapati tetap berlayar ke sana.
Perjalanan ke laut hitam cukup memakan waktu. Kini kandungan Dewi Candra Kirana sudah masuk minggu ke 50. Menurut perkiraan bidan, bayi dalam kandungan Dewi Candra Kirana sudah sebesar bayi usia 3 bulan atau berbobot minimal 5 kg.
Setelah perjalanan panjang penuh rintangan, Raden Inu Kertapati pun kembali dengan membawa keong hitam. Raden Inu Kertapati pun langsung membawa hewan berlendir itu ke hadapan sang istri untuk dikonsumsi.
"Uuh... Aku tidak bisa memakannya Kanda..." Ucap Dewi Candra Kirana geli.
"Tapi Dinda ini demi anak kita."
"Apa Kanda yakin ini akan berhasil? Kita tidak ada yang tahu kalo belum dicoba."
Dengan berat hati Dewi Candra Kirana menerima suapan keong hitam yang masih hidup dari sang suami.
"Huek..." Dewi Candra Kirana langsung diserang rasa mual saat hewan berlendir itu masuk ke mulutnya.
"Telan Dinda, jangan dimuntahkan."
Dengan sudah payah Dewi Candra Kirana menekan keong hitam itu. Mual terus menyerangnya ketika ia berusaha menghabiskan kesepuluh keong hitam itu.
"Huek..."
Wanita itu menutupi mulutnya dengan sebelah tangannya untuk mencegah dirinya muntah.
"Aaaaakhh... Sssh..."
"Kenapa Dinda?"
"Perutku Kanda... Aaah..."
Raden Inu Kertapati refleks ikut mengelus perut besar sang istri yang terasa lebih keras daripada sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Pregnancy
General FictionPangeran dan putri menikah dan hidup bahagia selamanya... The end Begitu lah kira-kira akhir dari setiap cerita dongeng seorang putri... Kali ini aku ingin membawakan sekelumit cerita tentang para putri negeri dongeng saat menanti kelahiran buah h...