14.Sayang

13 3 2
                                    

Rumah Sakit Kota , Paris
21.00 malam

"Selamat Chanyeol, akhirnya kau menjadi ayah!" seru Tuan Park dengan bangga kepada putranya.

Suasana ruang bersalin penuh dengan kegembiraan, keluarga Park dan Celine saling mengucapkan selamat satu sama lain. Akhirnya yang mereka nantikan telah tiba.

Seorang putra yang lahir dengan keadaan lengkap dan sehat, wajah bayi itu mendominasi wajah ayahnya.
Dan kini bayi itu sedang bersandar di pelukan ibunya, Celine.

"Chanyeol, kau harus memberikan nama yang terbaik untuknya," ucap Tuan Leo, ayah Celine.

"Tentu saja ayah, aku langsung terpikirkan sebuah nama saat melihat bayi ku, " jawabnya dengan antusias.

Diraihnya bayi itu dari Celine, perlahan ia menggendongnya dan menatap bayi itu lekat.

"Dareen, bukankah itu nama yang bagus?  Ia akan tumbuh menjadi orang yang bijak dan tampan seperti ayahnya." ucap Chanyeol penuh rasa bangga.

Semua setuju dengan pernyataan Chanyeol, termasuk Celine. Wanita itu sangat terkagum kepada Chanyeol, belum pernah ia melihat ekspresi sebahagia itu di wajah suaminya. Dareen putra mereka, benar-benar membawa berkah bagi kehidupannya.

"Lihat ayah, dia seperti cetakan diriku versi bayi." sahut Chanyeol dan semua orang tertawa mendengarnya.

######

22.00 malam

Karena kondisi Celine yang masih lelah, dokter memutuskan agar ia dirawat sampai esok harinya.

Saat ini semua keluarga yang tadi berkunjung sudah pulang untuk beristirahat. Tersisa Celine dan Dareen yang tertidur juga Chanyeol yang turut menjaga keduanya.

Setelah mengganti pakaian, Chanyeol kembali menghampiri bayinya yang sedang tertidur pulas di ranjang bayi.

"Kau sangat lucu" gumamnya sambil menatap Dareen.

Sejak awal mendapatkan kabar, perasaan Chanyeol terasa gelisah. Sempat lewat di benaknya, apakah Syela sedih mendengar kabar kelahiran putra nya? Karena setelah mendapatkan telfon tadi, wanita itu nampak sedih.

Jujur saja, tak ada perasaan gembira di hatinya saat mendengar kabar ini. Dia hanya memikirkan bagaimana bisa bayi itu lahir di waktu seperti ini, dan apakah Celine baik-baik saja di kondisinya saat itu. Hanya itu,

Namun entah mengapa, setelah datang dan melihat bayi ini. Semua ke khawatiran itu berubah. Perasaannya menghangat, perlahan muncul rasa bahagia yang luar biasa di dalam dirinya.

Kini ia sudah menjadi ayah, seperti ini perasaan menjadi seorang ayah.

Tanpa sadar air matanya menetes, jatuh ke tangan anaknya.
"Aku menyayangimu, akan ku pastikan kau tumbuh dengan penuh cinta."

#####

Tiga hari sudah sejak kelahiran Dareen.

Suasana rumah yang biasanya hambar, kini terasa lebih menyenangkan sejak kelahiran putra mereka.

Chanyeol bahkan membatalkan beberapa rapat agar bisa tetap di rumah, menghabiskan waktu dengan jagoan kecilnya.

"Chan, aku sudah siapkan sarapan untuk mu. Makanlah, biar aku yang membersihkan Dareen," ucap Celine.

"Tidak, aku tidak akan sarapan sebelum aku sendiri yang melakukannya," tolak Chanyeol, ia meraih sehelai kain lembut basah yang sudah direndam di air hangat.

"Baiklah kalau begitu, apa perlu ku ajarkan?" tawar Celine.

"Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri. Dareen akan lebih bersih jika aku yang melakukannya,"

Celine hanya bisa pasrah, ia dengan senang memperhatikan suaminya itu yang dengan hati-hati membersihkan tubuh Dareen. Sangat perlahan, bahkan Chanyeol terlihat sangat serius.

---

"Lihat, sekarang dia lebih bersih dan wangi jika aku yang merawatnya." ucap Chanyeol dengan penuh rasa bangga atas kerja kerasnya.

"Hmmm.. Jadi jika aku yang merawat Dareen itu tidak bersih?"

"Bukan begitu, aura positif ayahnya lebih terpancar sekarang." ucap Chanyeol.

"Terserah kau saja, sekarang kau harus sarapan Chan."


##########

Coffeeshop, London 12.00

Suasana cafe yang tak cukup ramai, semakin membuat keheningan antara Irene dan Syela menjadi.

Susah payah Syela membujuk Irene agar mau bertemu dengannya. Ini semua dilakukannya agar ia bisa cerita semua kebenarannya.

Ya, kebenaran akan hubungannya dengan Chanyeol. Kesalahan besar yang selama ini ia tutupi dari Keluarga dan sahabatnya.

Irene hanya diam mendengarkan, dirinya terus tidak menyangka atas kalimat demi kalimat yang diucapkan sahabatnya itu.

"Jadi, apakah sekarang kau sudah memutuskan apa yang harus kau lakukan?" tanya Irene kemudian.

"Apa Kyungsoo sudah tahu?"

"Belum, aku bingung harus melakukan apa. Sungguh, aku tidak bisa jika harus mengungkapkan yang sebenarnya." ucap Syela dengan putus asa.

Irene menghembuskan nafasnya kasar, ia juga ikut putus asa memikirkan apa solusinya, ternyata Syela dan Chanyeol sudah berbuat lebih. Lalu jika Kyungsoo tahu, entah apa yang akan terjadi.

Ingin rasanya ia pergi meninggalkan Syela, dua muak dan masih marah. Tapi di sisi lain, Syela itu sahabatnya yang harus dia bantu jika butuh pertolongannya.

"Dengarkan aku Syela, kau harus prioritaskan yang terbaik bagimu. Aku sangat berharap kau menghentikan hubungan mu dengan Chanyeol."

"Dan satu lagi,"
"Aku tidak tahu ini adalah yang terbaik atau tidak tapi.. Selagi Kyungsoo tidak curiga, kau tidak perlu mengatakan yang sebenarnya. Namun Syela ingat, jangan terlalu lama menyembunyikannya karena tentu sebuah rahasia akan terbongkar."

"Jika kau sudah siap dengan resikonya, katakanlah baik-baik kepadanya. Jangan sampai dia malah mendengarnya duluan dari orang lain."


.
.
.
Tbc

Howler [Memory Loss× Vol.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang