Typo bertebaran
~Happy Reading~
~Lidwinsetya~
🌸🌸🌸🌸🌸
Air mata yang jatuh saat ini bukanlah air mata kebahagiaan untuk Sera dan Ikram. Kini keduanya sibuk dalam pikirannya masing-masing, Sera yang memilih untuk diam dan Ikram yang terus menggenggam tangan Sera.
"Ki..."
"Iya mbak"
"Bawa mbak keluar dari sini dong, bosen mbak, Ki. Hotel tempat Mbak menginap jaraknya dekat kan!"
Sera memilih berbicara dengan Duki dibanding Ikram, padahal jelas-jelas Ikram berada di samping Sera. dibanding Duki yang duduk di pojok kamar rawat tersebut.
"Nanti saya tanyakan ke dokter ya, Mbak."
"Iya, jangan bilang sama Mbok ya, kalau saya masuk rumah sakit, bisa heboh Mbok, kalau tau Mbak masuk rumah sakit."
"Siap mbak."
Ikram tetap diam tidak ingin menyela pembicaraan mereka, walaupun rasanya ingin sekali Ikram menghukum wanitanya ini.
Kemarin, Ikram hampir saja lepas kendali, ketika memukul bawahannya hanya karena Sera kecelakaan yang menyebabkan luka di pelipis dan tangan kanannya harus di perban.
"Rà....." Ikram semakin mengeratkan genggaman tangan Sera yang terbebas dari selang infus.
Sera memilih memalingkan wajahnya, Sera tak ingin air matanya menetes lagi ketika kesakitan itu muncul karena ulah Ikram.
Duki yang berdiri di antara keduanya memilih keluar, Duki ingin memberikan waktu untuk komandannya dan anak majikan ibunya berbicara berdua. Duki melangkahkan kaki menuju ruang perawat dan sekaligus untuk bertanya kepada dokter apakah Sera diperbolehkan pulang atau tidak. Tiga hari sudah ia menemani Sera di rumah sakit, bergantian dengan Ilham sahabatnya yang satu profesi bersama Ikram. Duki saja baru tahu jika komandannya itu kekasih Sera, ketika Ilham memberitahunya.
Ruwet dan kusut itulah yang di rasakan Duki saat ini. Belum lama ia merasakan jatuh cinta, justru langsung di patahkan dengan begitu sakitnya. Aah, memang ber-angan-angan untuk memiliki seseorang yang bukan dari kalangan sejajar itu seperti menggenggam tanah di antara langit dan bumi.
Setelah bertemu dengan dokter, Duki berjalan tak tentu arah. Karena ia masih ingin memberi ruang untuk kedua orang yang sedang bermasalah untuk menyelesaikan masalahnya. Tak lama Duki menghentikan langkah kakinya ketika berada di ruang informasi, karena memang dia sendiri pun tidak tahu mau di bawa ke mana langkah kakinya. Otaknya seakan tidak bisa di ajak kerjasama.
Akhirnya Duki kembali melanjutkan tungkai kaki nya mengarah ke taman rumah sakit. Setelahnya Duki duduk di kursi taman, sambil sesekali menghela nafas. Telepon dari ibunya belum juga dia angkat, karena tidak ingin ibùnya khawatir tentang keadaan Sera.
Di ruang kamar Sera masih tetap dengan kebisuannya, ia tidak menarik apalagi menolak ketika Ikram terus saja mencium telapak tangannya. Mengelus dan membelai pipinya. Sera hanya diam tanpa melawan, namun keterdiaman itu yang membuat Ikram menggeram kuat.
"Maaf, Ra"
Sera menahan air mata yang hampir jatuh. Namun tetap saja air kedua sudut matanya tak dapat dia cegah, air matanya tak bisa lagi di bohongi. Bahwa sebagian hatinya ada nama Ikram dan sebagian lagi masih bertahta nama Arman. Sera dalam kebimbangan yang teramat menyakitinya. Dia cinta dengan Ikram tapi cinta juga dengan Arman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me 2 (REVISI)
Short StoryKamu adalah cinta yang tidak pernah bisa aku gapai Kamu adalah rasa yang tidak bisa aku genggam Kamu hanyalah kepingan masalalu yang tidak akan pernah berubah menjadi kita Rasa ini terlalu sulit disimpan sendirian