BAB 8

36 1 1
                                    

Ayana berlari dari gerbang sekolah hingga menuju kelasnya yang terletak di lantai dua. Ia berlari tanpa memperhatikan sekitarnya.
"ckck kalo jalan pake mata dong" teriak seseorang

"Sorry kak sorry" ujar Ayana, ia terus melanjutkan larinya. Ia berlari menaiki tangga dengan melawan arus, disaat teman teman nya yang lain menuruni tangga dia menuju keatas sendiri. Teman teman yang lain sudah hendak menuju lapangan sedangkan ia menuju kelas untuk meletakan barang dan mencari topinya.

"Mana yaa, dirumah ga ada, diloker gada, di kelas juga gadaa" guman Ayana yang sedang sendirian dikelas mencari-cari barangnya. Sedangkan teman-teman yang lainnya sudah menuju ke lapangan sekolah.

'Perhatian!!perhatian!!untuk semua siswa dimohon untuk berada dilapangan karena upacara segera dimulai.....sekali lagi untuk semua siswa dimohon segera menuju lapangan karena upacara segera dimulai'

"Sial" Ayana tidak menemukan topinya, ia pun pasrah dengan keadaan, apapun nantinya ia hadapi, ia memutuskan untuk menuju lapangan dan mengikuti upacara tanpa topi. Kenapa Ayana tidak memilih untuk pura pura sakit saja di UKS karena ia takut sendirian diruang UKS, rumornya pernah terjadi hal hal diluar nalar di dalam UKS.

Ayana menyelinap masuk ke barisan kelasnya dan berharap tidak ketahuan kalo dia tidak memakai atribut lengkap. Ia memasuki barisan tengah dan berharap bertemu dengan Renata.

"Ren...Ren..." bisik Ayana

"Ay..lo kenapa ga..." sebelum Renata melanjutkan perkataannya, Ayana memotong nya terlebih dahulu. "ssttt....ssttt topi gue hilang" bisik Ayana.

"Semoga Ga ketauan ya Ay, banyak doa lo" ujar Renata

"Lo gue cariin dari tadi gue telpon ga bisa, bantu gue kek cari topi"

"lha gimana Ay sekarang udah mau mulai, bakal bahaya kalo kita berkeliaran, gue mah ogah klo disuruh bersihin toilet."

"Iya juga, lagian aneh banget hukumannya, gada hukuman yang lain lagi apa, masa..."

"Ay..Ay...."

"Apa?" Renata memberikan isyarat ke Ayana untuk menghadap ke belakang, Ayana sontak menghadap kebelakang dan tersenyum. Tak lama kemudian lengannya sudah terseret oleh petugas kedisiplinan. "Kamu ini, sudah ga lengkap seragamnya, ngobrol mulu"

"Maaf Pak" ujar Ayana.

"Baris sana, sama yang lain" perintah Pak Budiman, selaku petugas kedisiplinan.

"Baik Pak" pasrah Ayana.

Di barisan ini Ayana benar-benar merasakan teriknya matahari amat sangat, bagaimana tidak bila ia disuruh baris menghadap matahari pas, bersama sepuluh siswa yang lain ia dibariskan di ditempat yang seluruh peserta upacara dapat melihatnya dengan jelas. Sial. Satu kata yang terucap oleh Ayana saat ini, ia kesiangan, tidak sarapan, berangkat hampir tidak bisa masuk karena gerbang hampir tertutup rapat, plus atributnya tidak lengkap dan mungkin juga setelah upacara ia akan diberi hukuman. Benar-benar dewi fortuna tidak berpihak padanya hari ini.

Di barisan yang teduh tepatnya berada di deretan anak kelas 12 terdapat pemuda yang tampan celingak celinguk tidak jelas mencari cari sosok yang ingin dilihatnya.

"Heh Do lo nyari apaan sih dari tadi, ngadep depan lo, tuh pak Diman nyari mangsa tuh" ucap Jidan.

"Ckck...gue nyari doi mana kok ngga ada di barisan kelasnya" jawab Aldo.

SIMPANG RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang