BAB 2

114 7 3
                                    

1 tahun yang lalu

"Oke selanjutnya", ucap salah satu seorang laki laki yang berjas osis, "kamu" tunjuknya pada seorang perempuan diantara siswa siswi yang duduk melingkar di bawah pohon mahoni mereka semua sama memakai seragam smp sekolah asalnya. Orang yang ditunjuk berdiri memperkenalkan diri "Perkenalkan, saya Ayana Shalvira, biasa dipanggil Ayana" perempuan itu tersenyum, manis, batin sesorang yang mengamatinya dari kejauhan. Tanpa sadar ia tersenyum sendiri.

Di bawah terik matahari mereka semua diuji kekompakkan dan kekreatifitasnya. Mereka bermain game. Meskipun belum saling mengenal satu sama lain, mereka mencoba beradaptasi. Di kejauhan masih ada seseorang yang sama sedang mengamati salah satu dari mereka. Pandangannya tidak mau terlepas sejak tadi, seoalah di dunia ini hanya ada satu objek saja, yaitu perempuan yang sedang berada dilapangan sana. Hingga sebuah suara menyadarkannya. "Woi, sini" Ia pun pergi ke temanya. Sungguh pemandangan yang indah terusak oleh temannya. Menyebalkan memang.

"Setelah ini kalian break, dan jangan lupa cari tanda tangan dari anggota dan pengurus osis, ingat harus semuanya, jangan sampe ada satu yang terlewatkan" ucap laki laki berjas osis.

"Ayo bergerak" semua siswa yang tadinya berbaris rapi langsung bubar, bergerak masing masing, ada yang pergi ke kantin untuk mengisi perut, ada yang berlarian mengejar deadline tanda tangan, ada yang duduk-duduk di bawah pohon untuk menghindari terik matahari, ada yang ke masjid untuk menunaikan kewajibannya, dan ada juga yang duduk-duduk bengong entah tidak tahu atau malas untuk melakukan sesuatu.

"Renata" panggil seseorang, yang dipanggil menghentikan langkahnya dan berbalik, "lo udah dapat tandatangan berapa?"

"Gue cuma baru dapat 20 nih"

"Cuma? Gue 5 aja belum ada Ren, bantuan gue kek"

"Nih ya gue kasih tau, kalau ada kerumunan kerumunan lo datengin, pasti itu minta tanda tangan" sarannya.

"Gitu ya?" tanya Ayana memastikan, "Heem, yuk ikut gue" mereka berdua berlarian dari arah sana ke arah sini. Mengejar kerumunan bak seorang fans mengejar artis untuk mendapatkan tanda tangannya.

"Gimana Ay dapetkan?"

"Hosh hosh dapet sih iya, capek juga hosh hosh, kita istirahat dulu gih" mereka berdua duduk di kantin. Ayana menghabiskan air yang dibawanya.

"Buset haus banget nih anak" ujar Rena, "Ay gue ke toilet bentar ya"

"Hmmm, jangan lupa balik kesini"

"Siap"

Hari ini cuaca sangat panas, matahari tak bersahabat, awanpun tak mau menutupi terik sinarnya matahari, membuat Ayana membeli minuman dingin agar tenggorokan dan kepalanya lebih dingin. Lagipula minuman yang ia bawa sudah ia habiskan. Setelah minuman itu ada digengamnya, ia langsung meneguk air itu dan benar saja rasanya langsung dingin di tenggorakan. Waktu istirahat masih cukup lama, ia memanfaatkan waktu sejenak sambil menunggu Renata dengan menidurkan kepalanya di meja kantin, ia memejamkan matanya. Tanpa disadarinya seseorang datang duduk didepanya, laki laki itu mangamati gadis didepannya dengan tersenyum. Ia mengambil buku data tandatangan yang berada di samping kepala gadis itu. Ia mencoretkan sesuatu disana. Tidak lama, setelah itu ia pergi. Renata kemudian datang.

"Woi Ay"

"Hmmm" jawab Ayana masih setengah sadar.

"Udah dapat berapa lo coba lihat" Renata langsung menarik buku yang ada di meja.

"Bentar-bentar, kenapa lo udah dapat tandatangan penguruas inti, kita kan harus cari anggotanya dulu baru cari pengurus inti" Ayana melihat bukunya, ia membenarkan apa yang dikatakan Renata. Namun ia tidak terlalu memikirkan hal itu. "Oh mungkin tadi senior ga teliti pas gue ikut ikutan ngumpulin"

"Tapi dari tadi lo nyarinya bareng gue"

Ayana megedikkan bahu, "Udahlah yuk kita nyari lagi" ajak Ayana

Mereka melanjutkan aktivitasnya, tanpa mereka sadari ada seseorang dari lantai 2 memperhatikan salahatu dari mereka.

"Lo merhatiin siapa sih Do" yang ditanya tidak menjawab, pandangannya ke bawah lapangan.

"Woi" tak ada jawaban

"Woi" tak ada jawaban

"Woi Do" teriak seseorang.

"Sejak kapan lo ada situ Dan" Jidan geleng- geleng kepala kemudian ia pergi meninggalkan temannya yang menurutnya sedikit aneh.

Sedari tadi pandangan Aldo tak lepas dari Ayana. Ia memperhatikan setiap gerak gerik Ayana, cara ia tersenyum kepada seseorang, cara ia berpenampilan, cara jalannya. Sama, menurut Aldo sama. Sama seperti seseorang.



🍂

SIMPANG RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang