BAB 11

49 1 0
                                    

Sudah tiga hari Aldo menjauh dari Ayana, sesuai permintaan Ayana. Sejujurnya ia tidak mampu menahannya, namun mau bagaimana lagi kebahagiaan Ayana merupakan salah satu prioritasnya. Sangat sulit sebenarnya bagi Aldo untuk menjauh dari kehidupan Ayana. Ayana sudah menjadi candu bagi Aldo, sangat susah sekali untuk menghilang dari jangkauannya. Sampai detik ini pula Aldo tidak bisa, ia tidak bisa berpura-pura tidak melihat Ayana, berpura-pura tidak peduli, berpura-pura tidak saling mengenal. Aldo bertanya tanya pada dirinya sendiri apakah Ayana benar-benar merasa bahagia bila Aldo menjauh darinya? atau mungkin malah sebaliknya.

Ayana sudah merasa lega karena siswa-siswi lainnya sudah tidak memakinya. Mereka semua sudah tak memperdulikan berita kemarin, berita kemarin bagaikan debu diterjang angin, hilang begitu saja. Ayana merasa tenang dan senang, namun ada satu sisi pada diri Ayana yang merasa ada yang salah. Rasanya seperti ada yang kurang, atau mungkin ia merasa kehilangan? Kehilangan sosok Aldo yang mengusiknya setiap hari. Tidak tidak, Ayana menepis jauh-jauh pikiran tersebut.

Hari ini merupakan berjalannya tiga hari sosok Aldo menjauhi Ayana. Benar-benar menjauh. Aldo yang setiap pagi memberikan benda-benda yang diletakkan diloker Ayana, kini, sudah tiga hari tidak dijalankan oleh Aldo. Aldo yang setiap berpapasan dengan Ayana selalu tersenyum dan menyapa, kini menjadi memalingkan muka. Aldo yang selalu peduli dengan Ayana, kini menjadi acuh. Seperti sekarang ini, Aldo hanya melewati Ayana yang berjongkok sedang membereskan buku-buku yang dibawanya berjatuhan di koridor sekolah, Aldo tidak membantunya. Ayana yang melihat Aldo dengan jelas berjalan begitu saja mengapa merasa sedih. Namun Aldo tidak salah sepenuhnya, ia hanya menuruti perkataan Ayana. Ada apa dengan perasaan Ayana. Mungkinkah??

'tidak Ay, tidak....ini yang terbaik buat lo' batin Ayana di dalam hatinya.

Logika Ayana memang menolak untuk berurusan dengan Aldo lagi, dengan segala bentuk kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi nanti maupun yang belum tentu terjadi nanti, ia setuju kalau Aldo harus menjauhinya demi keamanannya disekolah ini. Namun perasaan Ayana berkata lain. Perasaannya masih menginginkan Aldo berada didekatnya. Ia merasa ada yang kurang jikalau Aldo menjauhninya, mungkinkah perasaan tersebut dapat dikatakan rindu? Ayana tidak tahu, ia resah, ia sibuk dengan pikirannya sendiri sampai tidak mendengarkan apa yang dibicarakan oleh kedua temannya. Pikirannya bercampur aduk, logika dan perasaannya tidak sefrekuensi.

"Ay lo dengerin kita ga sih" Tanya Renata kepada Ayana

"Eh iya Ren, Bill, kalian bahas apa tadi?"

"Tuh kan, lo kenapa si hari ini, tadi dikelas lo nglamun terus, ditanya jawab ngelantur, tadi lo nuang kecap kebanyakan di mie lo, sekarang juga ga dengerin gue sama Billa kan, kenapa si Ay" Ujar Renata

"Iya Ay lo ada masalah?" tanya Billa

"Engga engga, gue rada pusing aja jadi kurang fokus"

"lo mau gue anter ke uks" ajak Billa

"Gausah gausah, gapapa kok gue, serius"

Renata tahu apa yang membuat Ayana seperti itu, namun ia memilih diam, ia tidak mau memaksa Ayana untuk berbicara kali ini, biarkan Ayana berbicara dengan sendirinya nanti.

"Oh ya tadi kalian tanya apa?" tanya Ayana untuk memecah kecanggungan.

"Weekend besok puncak ultah sekolah, lo dateng ya sama Billa, ultah sekolah lho masak ga datang sih"

"Iya pasti dateng" ujar Ayana

"Yes, jadi kalian bisa bantuin gue"

"Idih ogah, siapa suruh jadi panitia, nanti kita tinggal aja Ay si Rena" ujar Billa

"Serah deh" ujar Renata dengan ketus. Ayana dan Billa saling tersenyum, mereka senang melihat Renata dengan muka sebal khasnya.

Hari ini terasa begitu beda bagi Ayana. Tak biasanya ia seperti ini. Ia merasa lelah, bukan lelah badan namun lebih tepatnya lelah berpikir, berpikir untuk mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang ada di benaknya. Ia lelah memikiran mana yang ia harus ikuti, logika atau perasaannya. Ia berbaring di ranjang kamarnya sembari memandang langit-langit kamarnya. Pikirannya berkecamuk, satu kata yang dapat mendeskripsikannya saat ini yaitu, bimbang. Ia bimbang dengan keputusan yang ia ambil.

SIMPANG RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang