Sudah berbulan-bulan dari terakhir kali Nata bertemu dengan Naru di Columbarium, selama itu pula mantan calon Kakak iparnya itu tidak lagi menunjukkan dirinya. Kurang lebih enam bulan lamanya mereka tidak lagi berjumpa, namun siapa yang mengira jika Nata selalu saja memikirkan pria itu?
Sebenarnya Nata pun bingung dengan apa yang dia rasakan saat ini. Dia merasa aneh dengan jantungnya, bahkan hatinya. Perlahan dirinya memang berhasil mengikhlaskan kepergian Naori, tetapi rasa lain justru datang menghantui.
Sejak saat itu, tidak ada lagi malam tanpa memimpikan wajah pria yang harusnya menjadi suami dari kakaknya. Jantungnya selalu saja berdenyut ngilu setiap kali mengingat wajah penuh duka Naru. Debaran jantungnya seakan terus menerus menyerukan nama sang pria.
Pada awalnya Nata berpikir jika debaran tidak wajar yang dia rasakan pada Naru akan menghilang seiring dengan berjalannya waktu. Tetapi nyatanya justru sebaliknya; rasa itu tidak pernah bisa lenyap, justru semakin kuat intensitasnya meskipun tidak pernah bertemu setelah sekian lamanya.
Dan hari ini adalah puncaknya. Entah mendapatkan dorongan dari mana gadis itu memberanikan diri mengirimkan pesan pada Naru. Hanya ucapan 'selamat pagi', sebuah pesan yang dahulu sering kali dia kirimkan tanpa perasaan dan tentu saja tidak pernah mengharapkan balasan. Namun, kali ini berbeda. Tidak adanya jawaban dari Naru membuat Nata uring-uringan dan kesal, bahkan hingga gadis itu sudah sampai di sekolahan.
Setelah Sasu memarkirkan motor vespa antiknya di parkiran sebelah kanan gedung tempat mereka menimba ilmu, Nata bergegas lebih dahulu masuk ke dalam kelas. Pemuda itu hanya geleng-geleng kepala menatapi tingkah Nata yang berjalan sambil sesekali menghentakkan kaki. Sasu pikir Nata sedang PMS, karena mood gadis itu biasanya kacau jika menjelang tanggal 'merah'nya.
"Dor!"
Baru saja selangkah masuk ke dalam ruang kelas, Nata dikejutkan oleh suara lantang teman sebangkunya. Gadis bernama Honoka meringis ketika Nata memberikannya pelototan tajam.
"Astaga, Honoka. Kamu mau buat jantungan aku kumat, hah?!" Nata tampak mangusap-usap permukaan dada, berusaha menghilangkan rasa kaget akibat ulah temannya.
"Sorry ... sorry ..." merasa sedikit bersalah, gadis itu memasang wajah memelas ketika Nata sudah duduk di bangku yang ada di sebelahnya, lalu meletakkan tas punggungnya di sisi kursi yang dia duduki. Dia merasa sedikit keterlaluan mengingat Nata memang penyintas penyakit jantung.
Namun, bukan Nata namanya jika dia mudah memberikan maaf begitu saja, meskipun dalam hati sudah memaafkan. Gadis manis itu membuang muka, lalu melipat tangan di depan dada, pura-pura kesal.
"Aku ngambek!" Ujarnya sambil menggembungkan pipi.
"Yah, jangan dong ... kamu sih dari tadi ngelamun mulu. Kenapa? Lagi banyak pikiran kayaknya."
Entah bagaimana mendengar pertanyaan Honoka membuat Nata kembali mengingat wajah Naru, mengingat bagaimana tangan besar pria itu mengelus puncak kepalanya ketika itu. Lagi-lagi debaran jantungnya meningkat, padahal dia cuma sekedar mengingat.
"Nggak ... nggak ada. Aku nggak mikirin siapa-siapa kok." Demi menyembunyikan perasaan anehnya, Nata menggelengkan kepala. Mukanya memerah tanpa mampu dia duga.
Seketika itu pula kernyitan halus muncul di dahi Honoka. Pasalnya jawaban Nata terasa tidak nyambung dengan pertanyaan darinya.
Sedangkan Sasu yang sudah sampai di ambang pintu hanya terkekeh melihat drama dua perempuan di sana. Dia bersedekap, lalu bersandar pada kusen pintu.
"By the way, PR fisikamu udah jadi?" Tanya Honoka setelah beberapa detik suasana mendadak sunyi. Dan di detik itu pula raut jelita Nata berubah panik, gadis itu lupa mengerjakan pekerjaan rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT✔
RomanceTersedia PDF . Hey, jantung ... kenapa kau selalu berdetak kencang ketika melihatnya, huh? Apakah pemilikmu yang sebelumnya ... begitu mencintainya? Start : 10 januari 2022 End : 28 maret 2022 Rank : 🥇#1 in friendzone, 15 maret 2022 🥇#1 in directo...