10. terlampau sulit menerima

304 76 17
                                    

Jika obat dari merindu adalah sebuah pertemuan, lantas bagaimana caranya menyembuhkan rasa rindu pada seseorang yang telah tiada?

Nata memejamkan mata pedih di ambang pintu kamar Naori. Sudah berulang kali ia menyeka air mata, tapi berkali-kali pula air kesedihan itu kembali meluncur membasahi pipi, seakan tidak ada habisnya. Dia sangat merindukan kakaknya, rindu yang tidak akan mungkin ada penawarnya. Mereka sudah berbeda dunia.

Nata baru tahu jika kamar mendiang sang kakak telah pindah ke lantai dasar. Kamar yang semula adalah kamar tamu itu kini berubah dipenuhi warna pastel pada setiap sisinya, khas Naori. Hampa adalah hal pertama yang Nata tangkap, sebab dirinya menyadari jika kamar yang sedang dia pijak sudah kosong, tidak lagi berpenghuni.

Dengan langkah sangat pelan gadis itu mendekati sebuah lemari kaca, lemari yang dipenuhi oleh piala-piala mendiang kakaknya. Dia menatapnya nanar dengan setitik air mata. Tangan kanannya terulur membelai permukaan bagian depan kaca penutupnya, seakan tengah membelai piala di dalamnya. Sedangkan Harumi yang sedari tadi mengekori langkah sang putri hanya mampu menatap iba, lalu memutus jarak menghampirinya.

"Mama menemukan sepucuk surat yang ditulis Nao di laci meja rias, buat kamu." Ucapan serta sentuhan ringan di bahu kiri Nata membuat gadis itu menoleh ke arah ibunya.

Sesuai instruksi, Nata beranjak menuju meja tempat mendiang sang kakak merias diri dulu. Masih ada kumpulan makeup lengkap di atasnya, membuat air mata kembali turun saat bayangan Nao terefleksi di mata indah Nata, seakan Kakaknya itu tengah berdandan di sana, menoleh padanya kemudian tersenyum. Namun, sedetik kemudian menghilang.

Sambil mengusap kedua pipinya yang basah, dia membuka laci. Dan benar, selembar kertas penuh dengan coretan tulisan tangan Naori mampu Nata lihat. Ia meraihnya dengan tangan gemetar.

"Bisa Mama tinggalin Nata sendirian?" Tanpa menoleh, gadis itu berucap lirih.

"Mama yakin kamu kuat, Sayang. Kalau perlu sesuatu, panggil Mama, oke?"

Nata mengangguk mengiyakan. Setelah pintu kamar tertutup, gadis itu duduk di tepi ranjang Naori, mengembuskan napas satu kali mempersiapkan diri untuk membaca setiap rangkaian kalimat di sana.

 Setelah pintu kamar tertutup, gadis itu duduk di tepi ranjang Naori, mengembuskan napas satu kali mempersiapkan diri untuk membaca setiap rangkaian kalimat di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, apa kabar?

Kakak harap kamu baik-baik saja, justru semakin lebih baik.

Saat kamu membaca surat ini, Kakak pasti sudah tidak bersama kamu lagi.

Maafin Kakak, ya ... maaf karena kakak harus pergi ke Surga lebih dahulu.

Maaf ... karena Kakak tidak bisa nepatin janji kita untuk selalu bersama sampai tua.

Tapi, yang harus kamu tahu, Kakak sudah bahagia.

HEARTBEAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang