16. menyangkal

294 84 29
                                    

Meskipun senja sudah menyapa, nyatanya cuaca panas masih juga belum mau reda. Waktu pulang sekolah memang sudah tiba semenjak beberapa menit lalu, namun Nata dan Sasu memang menunda untuk segera tancap gas pulang ke rumah.

Mereka berdua menyempatkan diri untuk singgah ke kantin sekolahnya sekedar untuk menikmati minuman dingin pelepas dahaga, sekalian menunggu terik mentari sedikit meredup agar tidak terlalu panas ketika berkendara---mengingat kendaraan yang mereka naiki adalah sebuah motor vespa.

"Habis ini mau nonton film nggak, Nat? Ada film horor yang baru rilis." Ucap Sasu setelah menyedot jus jeruk pesanannya.

"..."

Yang ditanya hanya diam saja sambil terus mengaduk minumannya dengan sedotan. Secara fisik Nata memang berada tepat di hadapan Sasu, menikmati segelas jus yang sama, di meja yang sama pula. Namun, sepertinya pikiran gadis manis itu sedang tidak berada di tempatnya, melanglang buana entah ke mana, membuat Sasu mengerutkan dahi melihatnya.

"Nat? Hey, Nata!" Pemuda itu mengeraskan suara, membuat Nata tersentak kaget seketika.

"Ah! Eh, apa?"

"Ngelamun terus, mikirin apa sih?"

Seketika itu pula wajah Nata tampak sedikit panik. Dia ... tidak mungkin menjawab jujur jika sedang memikirkan mantan calon Kakak iparnya, kan? Maka dari itu dia segera mencari jawaban asal sambil tertawa sumbang.

"Oh, ini ... aku lagi pusing, Sas. Mikirin mau ujian akhir benar-benar bikin kepala berasap, aku banyak ketinggalan materi selama sakit soalnya." Sebenarnya itu hanya alasan.

Yang sebenarnya terjadi adalah Nata masih saja memikirkan Naru sejak kejadian ciuman di pipi tempo hari. Dan jujur saja dia mengharap jika Naru tiba-tiba menghubunginya setelah berhari-hari menghilang, setidaknya untuk memberikannya penjelasan mengenai ciumannya malam itu.

Hell, itu pertama kalinya Nata dicium seorang lelaki! Yah, meskipun cuma di pipi.

Meskipun dirinya juga berusaha menekan keinginan untuk menghubungi pria itu. Dia ingin bertemu, tapi takut jika perasaannya akan semakin berkembang untuk Naru. Mencintai mantan calon suami kakaknya sendiri adalah sebuah kesalahan bagi Nata. Entah kenapa dia merasa berdosa pada Naori, dia merasa seakan menjadi 'pelakor' meskipun sang kakak sudah tiada.

Kata orang, jatuh cinta itu indah ...

Tapi kenapa jatuh cinta justru terasa semenyakitkan ini untukku?

Gadis manis itu memejamkan mata, lalu menghela napas panjang.

"Nanti biar aku ajarin, kamu tenang aja." Ucapan Sasu kembali menyita atensi Nata, gadis itu mencoba memfokuskan diri pada setiap kalimat yang lolos dari mulut sahabat terbaiknya. Sedangkan pemuda itu mengulum senyum ketika kembali bersitatap. "Tapi, sebelum itu kita harus refreshing dulu biar nggak stres. Mau nonton film?"

"Film apa?" Nata bertopang dagu ketika bertanya.

"She's (never) alone. Bagus itu ceritanya, horor romantis, kisah vampir yang kembali ketemu sama reinkarnasi belahan jiwanya di masa lalu. Katanya sih endingnya manis, kamu kan suka yang manis-manis." Jelas Sasu, sedikit menceritakan isi dari film yang dia maksud. "Tertarik?"

"Gimana, ya?"

"Iyain kenapa?"

"Iya, deh." Dan akhirnya kepala Nata mengangguk, meskipun masih sedikit ragu. Sebenarnya dia malas melakukan apa pun karena merindu.

Yah, semoga saja dengan menonton film dengan Sasu bisa membantu Nata melupakan segala hal tentang Naru.

***

HEARTBEAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang