Saat matahari terbit, Hiashi dan Fugaku sudah bersiap-siap untuk menyerang Konoha. "Aku percaya dengan Sasuke! Aku yakin ini adalah rencana yang baik untuk menyelamatkan kerajaan Hyuga."
Fugaku mengikat rambut panjang Hiashi dan mengangguk." Ya... Terimakasih karena mempercayai Sasuke."
"Dia anakmu, tentu saja aku mempercayainya seperti aku mempercayai sahabat terbaikku" Hiashi tertawa kecil.
Fugaku menggumam "sahabat ya...." Diam-diam Fugaku mencium ujung rambut Hiashi. "Sudah selesai"
Hiashi mengambil pedangnya dan berjalan menuju halaman Istana yang sudah penuh oleh pasukan mereka baik dari Hyuga maupun Uchiha.
"Ini seperti saat kita masih muda ya? Sudah lama kita tidak pernah bertarung bersama "
Fugaku menatap wajah Hiashi lalu tersenyum hangat. " Jika aku bisa memilih, aku sangat ingin bertarung sendirian. Aku tidak mau kau terlibat dalam pertarungan apapun "
"Kau meremehkanku? "
"Mungkin saja"
Saat mereka sedang menghitung jumlah pasukan suara datang dari sisi barat daya, suara kuda dengan gagahnya bergabung bersama dengan pasukan Hyuga. Mata Hiashi terbelalak melihatnya dan membuatnya tidak bisa berkata-kata.
"Izinkan aku untuk ikut berperang, Ayah" Hinata datang dengan kuda hitamnya yang gagah dan baju perang yang berwarna merah dan ikat rambut berwarna lavender.
Natsu dan Neji mengikuti Hinata beserta kuda mereka. Mereka bertiga sudah siap mempertaruhkan nyawa demi kerajaan Hyuga.
Itachi muncul dan berusaha untuk menghentikan mereka. "Kalian harus tetap berada di Istana, ini berbahaya"
"Aku tidak ingin diam saja kak Itachi"
"Hime-sama! Ini semua demi keselamatanmu!" Untuk pertama kalinya Itachi menaikan nada suaranya.
"Aku tetap menolak untuk tetap tinggal di dalam Istana!"
Fugaku menenangkan Itachi "Biarkan mereka ikut, kita akan melindungi mereka sebaik mungkin."
Itachi menghela nafas pasrah lalu mengikat rambutnya "baiklah ayah"
"Dimana sasuke?"
"Dia sedang sakit, dia bilang dia demam"
"Ah.... Biarkan saja dia istirahat sembari melindungi istana.
Hiashi pun mulai memacu kudanya yang kemudian disusul pasukannya ke tempat lapang untuk berperang. Hinata berkuda disamping ayahnya, sesosok putri yang mungkin mengingatkan kita pada mulan namun Hinata menjadi sosok anak perempuan yang berperang dengan ayahnya secara sukarela bukan karena terpaksa keadaan.
Suara hentakan kaki kuda menjadi Irama kebangkitan klan Hyuga setelah bertahun-tahun ditindas, Hinata meniup terompet untuk memberikan tanda pada pihak musuh kalau mereka siap berperang. Seperti klan Hyuga yang menjunjung keadilan, mereka tidak ingin menyerang klan lain tanpa persiapan yang adil dan memberi waktu pada pihak musuh untuk mengevakuasi rakyat Konoha agar mengungsi.
Hiashi melihat Pasukan Tobirama Senju mulai berbaris lalu tiupan terompet datang dari pihak musuh.
Tobirama Senju segera memacu kudanya dan menyerang mereka. Hinata menyerang puluhan hingga ratusan pasukan, jumlah pasukan Hyuga jauh lebih sedikit dari pasukan milik konoha.
Peperangan ini terjadi berjam-jam, Hinata memberikan isyarat pada ayahnya kalau dia dan beberapa pasukan akan menggiring musuh ke tempat lain.
Hiashi mengangguk dan membiarkan Hinata pergi. Disaat itulah hal yang diluar perkiraan Hiashi terjadi, Danzo sudah menyiapkan ratusan pemanah yang siap mengepung pasukan Hiashi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boundaries of Us
Fanfiction⚠️ Trigger Warning ⚠️ Mohon dibaca. ⚠️Cerita ini mengandung sedikit Bromance, Kekerasan, Darah, polemik, kata-kata kasar, One sided love dan hal-hal yang mungkin akan membuat pembaca tidak nyaman. Diharapkan kepada pembaca yang tidak nyaman denga...