Part 17: Distance

149 32 3
                                    

Dua bulan telah berlalu, mereka semua berkumpul dengan pasukan masing-masing. Hinata memakai pakaian perangnya lengkap dengan membawa senjata Hiashi. Hinata memacu kudanya agar mendekati Naruto. Hinata mengulurkan tangan pada Naruto "Terimakasih atas bantuan yang kalian berikan selama ini"

"Sama-sama" Naruto mengangguk dan menjabat tangannya.  "Saatnya kita berpisah, semoga kau bisa merebut kerajaanmu sendiri"

"Kau juga, mari selamatkan rumah kita dari orang-orang serakah dan menciptakan dunia yang lebih baik "

"Filosofis sekali ucapanmu, otakku tidak sampai...  Tapi terdengar sangat bagus"

Hinata tersenyum lalu mengambil ikat rambutnya dan mengikatnya di pergelangan tangan Naruto.

"Hinata"

"Ya?"

"Untuk kenang-kenangan dan jimat"

"Kenang-kenangan?"

"Ya... Ini akan jadi perpisahan kita, jika aku kalah mungkin aku akan mati dan apabila aku menang pun.... Kita tidak bisa bertemu satu sama lain karena tradisi "

"Bagaimana kalau kita menikah?"

Hinata tersipu malu dan menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Sudah banyak klan Hyuga yang tewas di medan perang, sudah tanggung jawabku untuk meneruskan keturunan Hyuga"

"Tapi.... Itu tidak penting kan? Bukankah seharusnya kamu ikuti kata hatimu?! Hinata!"

"Aku akan sangat egois kalau aku mengabaikan tanggungjawabku demi keinginanku semata. Kau harus menikah dengan klan uzumaki juga kan?"

"Persetan dengan keturunan murni!"

"Aku tidak memaksamu untuk mengikuti jalan pikiranku tapi tolong hargai tradisi dan tanggung jawabku sebagai seorang putri dan calon ratu kerajaan Hyuga"

Naruto hendak melepas ikat rambut yang ada di pergelangan tangannya. Hinata hanya terdiam tak mengucap satu patah kata melihat Naruto.

"Kenapa kau tidak menghentikanku?" Tanya Naruto.

"Karena aku tidak berhak untuk menghentikanmu, memangnya aku ini siapa bisa mempengaruhi pilihanmu"jawab Hinata dengan lirih. "Aku pergi dulu"

"Hinata! Bolehkan aku tetap mencintaimu?!" Teriak Naruto

Hinata berbalik dan berjalan menjauhi Naruto, air matanya jatuh membasahi pipinya. "Tidak boleh! Kau tidak boleh mencintaiku! Aku hanya akan membuatmu terluka!!!"

"Kenapa?"

"Kita tidak akan pernah bisa bersama lagi! "Teriak Hinata sembari terisak. "Kita tidak boleh bertemu lagi! Terlebih jika kamu sudah menjadi Raja! "

"Aku akan tetap mencintaimu! Aku tidak peduli dengan pendapatmu! Aku akan ikuti kata hatiku!!!"

Hinata memacu kudanya dengan cepat dan menghilang dari pandangan Naruto. Naruto menatap ayahnya dengan wajah murung dan berkaca-kaca. "Ayah... Kenapa aku dipertemukan dengan Hinata kalau aku tidak bisa memilikinya, apa karena kita tidak memiliki tradisi yang sama? Apa karena kita nilai-nilai ideologi yang sama? "

Minato terdiam dan hanya bisa mengusap rambut anak semata wayangnya. "Naruto..."

"Kenapa aku tidak dilahirkan di keluarga Hyuga ayah? Kenapa semua ini terjadi? Ini tidak adil ayah!!! Tidak adil!!!"

Plaaak...

Tamparan keras mendarat di pipi Naruto. Naruto berhenti menangis dan menatap Kurama.

"Dengar bocah tengik! Aku akan menamparmu dan menghajarmu kalau kau masih menangis! Tidak bisakah kau sadar siapa kau dan apa tanggungjawabmu?! Kalau kau seperti ini, lebih baik kau tidak usah ikut perang! Pergi sana ke yoshiwara untuk jual diri! Bahkan mereka yang ada di Yoshiwara lebih bermartabat daripada kau! " Ucap Kurama yang sudah murka dengan kelakuan Naruto yang tidak mengerti situasi.

"Tapi..."

"Tidak ada tapi-tapian! Kita tidak sedang main-main! Kita akan bertempur dengan pasukan Konoha yang kau tahu seberapa banyak mereka. Ini pertarungan hidup dan mati! Ada banyak nyawa yang dipertaruhkan disini!"

"Ini tidak adil!"

"Turun dari kudamu, kau tidak usah ikut berperang" ucap Kurama dengan dingin.

"...."

"Turun atau aku patahkan kakimu! Aku tidak sudi kau ikut perang, dengan sikapmu yang seperti ini, kau hanya akan merusak mood pasukan !"

"Aku minta maaf paman" jawab Naruto dan mengusap air matanya.

"Aku tidak butuh permohonan maafmu! Kalau kau tidak bisa berkontribusi dalam peperangan lebih baik kau tidak usah ikut"

Minato menghentikan Kurama. " Sudahlah... Biarkan dia ikut, dia sudah menyesali perkataanya "

"Kau terlalu memanjakan Naruto, Minato!"

Kurama memacu kudanya dan bergabung dengan para pasukan Uzumaki.

Minato menatap Anaknya yang murung lalu memberikan secarik lukisan wajah Kushina pada Naruto. "Aku tahu kamu tidak menyukai ini, tapi kamu harus tahu kalau ibumu sangat ingin memperjuangkan Konoha, dan tentu saja ada harga mahal yang harus dibayar, yaitu gugurnya klan kita."

"Tapi aku bukan klan murni"

"Tapi kau memiliki darah Uzumaki, sama dengan Hinata.. Ayah yakin dia ingin bebas dan memilih jalan hidupnya sendiri tapi.... Ada hal yang lebih besar yang harus dia lakukan yaitu meneruskan tradisi Hyuga.. " ujar Minato.

"Aku mengerti Ayah" Naruto mengencangkan ikat rambut di pergelangan tangannya.

"Kalau kau sudah jatuh cinta, kau harus siap kehilangannya juga.. Naruto, itu yang membuat cinta terasa berharga"

"Berharga?"

" Ya... Cinta itu terasa berharga saat kita tahu dan sadar kita bisa kehilangannya, entah dipisahkan oleh dunia maupun oleh kematian " jelas Minato, lalu dia bergabung dengan Kurama dan siap untuk berangkat ke Istana Konoha.

Naruto melihat ke arah kerajaan Hyuga lalu tersenyum. "Cinta yang kurasakan selama ini sangat indah tapi pedih di saat yang sama. Selamat tinggal Hinata"

Naruto memacu kudanya dengan cepat dan memimpin pasukannya untuk menerobos masuk ke gerbang Istana Konoha. Naruto membunyikan trompet sebagai peringatan kalau mereka sudah siap menyerang.

Disisi lain Hinata sampai di pintu gerbang Istana dan sisa pasukan Hiashi yang tersisa menangis haru melihat Hinata sudah kembali ke kerajaan Hyuga.

Hinata meletakkan telunjuk di bibirnya dan memberikan isyarat pada mereka untuk diam akan kehadiran Hinata dan pasukannya. Mereka mengangguk dan membuka pintu gerbang untuk Hinata. Mereka pun masuk ke kerajaan dengan sunyi seolah tidak terjadi apa-apa. Rakyat bersujud ke tanah saat melihat Hinata kembali, pedang Hiashi yang ada di genggamannya menguatkan mereka dan percaya kalau mereka akan baik-baik saja selama Hinata ada.

Itachi turun dari kuda dan menitipkan Hanabi kepada salah satu sahabat masa kecilnya, Izumi Uchiha. "Tolong jaga dia, kami akan segera kembali"

"Baik, Itachi... Kami percaya pada kalian seperti kami percaya Tuan Fugaku dan Tuan Hiashi"

Itachi membungkuk untuk berterimakasih lalu kembali menaiki kudanya dan mereka sudah bersiap untuk menyerang orang-orang yang berkhianat termasuk Sasuke Uchiha.

To be continued



Boundaries of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang