GODAAN SAAT NELEPON

3.1K 95 4
                                    

"Kamar? Kita mau ngapain Bang Rey? Katanya mau mancing, kan?" Lola bertanya sambil mensejajarkan langkah kakinya dengan Reynald.

"Pegal duduk di sofa pengen lempengin badan, mancingnya nanti di tengah," celetuk Reynald sedapatnya.

"Tunggu, tunggu." Lola ngerem mendadak.

"Hmm ... mau nunggu apa lagi?" tanya Renald sambil menengok ke belakang tempat Lola berdiri.

"Heeee ...." Lola meringis dengan matanya menyipit menatap Reynald.

"Kamu kenapa kayak gitu?"

"Ish, emang Bang Rey pikir otak aku tumpul apa? Ngapain coba segala ke kamar? Pfffh!" Mata Lola melotot.

"Ya ngapain aja ... udah jangan tanya-tanya, ayo cepetan!" Enggan membuang waktu Reynald langsung menarik Lola masuk ke dalam cabin kamarnya.

Klek

Hemmh ... haduuuh, mau ngapain aku di dalam sini? Dia pasti sudah mau macam-macam ngerjain aku lagi, kan? bisik Lola dihatinya sambil mengomel, ketika pintu kamar sudah ditutup.

Dreeeet dreeet dreeet

"Bang Rey bentar teman aku nelepon nih!"

Huhuhu ... untung aja ada telepon masuk, gumam Lola di dalam hatinya yang langsung kegirangan dan membuka handphone nya dalam saku celana.

Lola: Iya Dea, kenapa lo telepon gue?

(Lola melangkahkan kakinya mendekati ke arah jendela di kamar dengan Reynald berdiri di belakangnya sambil melipat tangan dan bersandar di dekat pintu masuk.)

Dea: Lo lagi di mana? Ini gue ada tawaran bagus banget nih buat loh! Kayaknya cocok banget kalau lo ambil iklan ini, Lola!

Lola: Iiiissh, apaan sih lu, gini hari nawarin gue iklan! Emang iklan apalagi yang lu mau tawarin ke gue? Dari dulu gue udah bilang nggak main tuh sama iklan-iklan kayak gitu, udah lu tawarin aja ke Rini atau Melly.

Dea: Tapi ini perannya paling cocok buat lu! Kalau cocok buat tuh anak berdua, udah pasti gue tawarin mereka duluan buat ikut casting dari kemarin-kemarin.

Lola: Emang perannya apaan?

"Mau apa sih?" Lola menutup teleponnya sebentar dengan tangannya supaya tidak terdengar ke ujung sana sambil menengokkan kepalanya pada Reynald yang meletakkan jari telunjuk tangan kanannya di bibirnya lalu kemudian mengalihkan kedua tangannya untuk membuka pakaian Lola.

"Kamu nelpon, nelpon aja! Aku nggak akan ganggu kamu nelepon," bisik Reynald sangat pelan yang hanya bisa didengar oleh telinga Lola, dimana sekarang bibir Reynald berada.

Glek

Lola menelan salivanya sambil matanya menatap kepada Reynald.

Hhhhh ... nggak sabaran banget sih, orang lagi telepon udah disuruh buka baju! bisik Lola di dalam hatinya lagi.

Dea: Lolaaaaaa, lo dengerin gue nggak sih?

Lola: Heee, iya ... iya, tadi sinyalnya jelek, ulangin apa yang lu bilang tadi?

(Lola bicara sambil Reynald sudah membuka kaos Lola dan kini tangannya beralih ke celana yang digunakan oleh Lola)

Hadeeehh, dia mau apa ya? tanya Lola di dalam hatinya yang kini terpaksa harus mengangkat dua kakinya satu persatu bergantian untuk melepaskan sepatu Lola supaya celananya bisa dilepaskan.

Dea: iklan tentang perawatan wajah! Kalau lu kan mukanya babyface. Cocok banget deh buat iklan ini! Apalagi lo tuh kan kulitnya lembut banget kayak kulit bayi gitu! Terus gue kan nunjukin foto kita berempat tuh sama lo, Melly, terus Rini ... kata Om Tito paling cocok tuh elu yang bintangin iklan ini! Makanya dia nyuruh lo buat ikutan casting! Dan casing-nya itu juga cuma formalitas! Kemungkinan besar lo pasti bisa dapat itu karena Om Tito yang produserinnya dan bayarannya Lola, lumayan banget. Kontrak awal itu udah lima ratus jeti sendiri. Belum lagi ntar itu lu bisa dapat tawaran buat main film, buat sinetron, macam-macam lah kesempatan famous di semua hal yang berbau remaja-remaja gitu.

Lola: heeeh, mau lima ratus Jeti, mau semiliar, mau sepuluh miliar, mau seratus miliar juga gue nggak mau ikutan casting. Nggak minat sama gitu-gituan! Alergi gue sama kamera, lu ajak yang lain aja lah!

Aiiiish, sekarang tangannya udah bukain pakaian dalam aku! Polos lagi dong aku! Dia maunya apa sih? Udah gitu badan aku juga dibalikin harus ngelihat ke dia, aduh! Apa ga bisa nunggu dulu gitu sampai aku selesai nelpon? bisik Lola di dalam hatinya ketika Lola sedang bicara di telepon tapi Reynald sudah membalikan tubuh Lola yang tadinya menatap jendela menjadi menatapnya sambil tangannya melucuti lagi sisa pakain yang ada di tubuhnya.

Dea: nggak bisa Neng! Om Tito bilang yang paling cocok itu elu! Kenapa sih lu nggak mau?

Lola: ogah! Sssshhhh...

Aduh tangannya udah ngapain lagi di situ! Aku udah kasih kode ke dia buat nanti dulu tapi tetap aja maksa! bisik Lola lagi di dalam hatinya yang memang sudah memberikan tanda dengan tangannya yang meminta Reynald supaya tidak menyentuh tubuhnya dulu, tapi Reynald justru Reynad hanya menaruh satu jari telunjuk kanannya di bibir yang menandakan Lola harus diam, lalu dia tersenyum dan menggerakkan kedua tangannya di gundukan yang menantang di tubuh Lola.

Dea: ayo dong say! Bantuin bang Tito cari orang yang pas buat iklan ini ... Lu juga nggak bakalan rugi kok bayarannya gede banget!

Lola: Sshhh ... eehmm ... gue kan udah bilang ogah! Itu artinya gue enggak mau beneran! Lo gila amat sih ngajakin gue ikut gitu-gituan! Gua nggak mau ikut-ikutan iklan-iklanan, pokoknya enggak! Bisa nggak sih lo bayangin gimana murkanya orang tua gue kalau gue sampai ikutan yang kayak gituan? Bukan masalah uang lagi ini mah, ssshhh ... emmhh ... masih lama nggak sih lo nelepon gue?

Aduh ni anak ngapain juga nelpon lama-lama begini sih udah dibilang nggak juga, masih aja maksain! Ini juga orang di depanku kenapa juga nggak bisa gitu kasih kelonggaran semenit dua menit aja? tanya Lola di dalam hatinya, yang semakin tidak tahan dengan permainan indra pengecap milik Reynald di dua bagian yang tadi dipilihnya sehingga membuat Lola agak kesulitan untuk menahan posisi berdirinya karena rasa geli yang mulai menjalari seluruh tubuhnya.

Dea: iiih, emangnya nggak bisa apa orang tua lo diajak negosiasi dulu sebentar? Terus lo lagi ngapain sih ini? Kok suara lu beda gitu ya?

Lola: eeeeh, gue bangun tidur! Ngapain juga sih lo gangguin orang tidur?

Duh tuh anak mungkin udah mikir macam-macam kan? Aku kan diam-diam dari mereka ngelakuin ini. Iiish, bisa dibully habis ini kalau sampai ketahuan. Terus bang Rey mau ngapain lagi sih? Kok enggak selesai-selesai gini! Pasti cuman main mainin aku doang, bisik Lola di dalam hatinya, dia berusaha untuk mencari excuse dari Dea untuk mematikan telepon tanpa menyinggung temannya, sambil terus menahan rasa karena satu tangan Reynald bermain di atas dengan indra pengecapnya juga bermain di atas dan satu tangan kanan Reynald bermain di bagian bawah Lola bagian luar tempat di mana penyatuan diri bisa terjadi di sana.

Dea: haaah, sejak kapan lu jadi pemalas gini, biasanya kan lu paling rajin bangun pagi! Tumben-tumbenan lu males-malesan Nek!

Lola: Eeeeghhh, udah sih lu telepon gue nanti nanti aja coba! Sekarang gue lagi banyak kerjaan nih!

Dea: kerjaan apa? Lu lagi ngapain sih? Kok suara lu kayak gini? Lu lagi ngelakuin macam-macam ya? Pasti lu nonton film nih!

(Dea melupakan rencana awalnya mencari calon pemeran iklan karena dirinya mulai penasaran apa yang dilakukan oleh Lola sekarang. Sedangkan yang sebenarnya terjadi pada Lola saat bicara dengan Dea, Lola sedang digendong oleh Reynald pindah ke tempat tidur dan berbaring disana dengan posisi kedua kakinya ditekuk terbuka oleh Reynald seperti seorang wanita yang ingin melahirkan dan ...

Lola: Kyyyaaaaaaak

Dea: Lola kenapa deh lu teriak? lu nggak apa-apa?

Berikan Aku CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang