The Living of Saga - Malais

46 11 7
                                    

"Jangan jatuh terlalu dalam jika kau tidak ingin terluka dikemudian hari karena pada dasarnya setiap perasaan memiliki resiko yang harus ditanggung."

─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇
.
.
.

"Istriku."

Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam kepala Hyojoo kendati persepsi pria Kim itu tak lagi mengatakannya, hanya diam dan berbaring disamping Hyojoo tanpa melakukan apapun. Begitupun Hyojoo, ia memilih untuk memejamkan mata dengan posisi bantal guling menjadi pembatas antara keduanya.

"Tidurlah, aku akan menemanimu sampai kau terlelap."

Itu adalah kalimat terakhir yang Taehyung ucapkan sebelum membaringkan tubuhnya di sisi Hyojoo. Mereka sama-sama diam hanya ada deru nafas keduanya mengisi kekosongan. Entah kenapa Hyojoo merasa sangat nyaman dan tenang sekaligus lega hingga rasa kantuk itu menyerangnya perlahan.

Tak membutuhkan waktu lama hingga Hyojoo telah mencapai alam mimpi.  Dengkuran halus itu mencapai rungu Taehyung yang sejak tadi tetap terjaga. Memastikan sejenak bahwa Hyojoo telah terlalap ia pun bangkit, menyambar jaket bulu miliknya kemudian memakainya.

Satu kecupan hangat mendarat tepat di dahi Hyojoo, selebihnya Taehyung tak melakukan apapun. Mengingat ia harus pergi menemui Jihwan yang telah menunggunya sejak tadi. Ketukan sepatu kulit itu menggema diantara lorong yang sepi, menuju perpustakan yang berada lumayan jauh dari kamar Taehyung. Tempat dimana mereka suka menghabiskan waktu sejak kecil.

Begitu pintu coklat berbahan kayu setinggi dua meter itu terbuka semerbak harum buku yang khas tercium. Taehyung sangat menyukai bagaimana aroma itu memenuhi ruangan bersama pemandangan deretan buku berjajar di atas rak. Seperti sebuah kebahagian untuknya. Kaki jenjangnya melangkah semakin dalam dan menemukan persepsi gadis cantik tengah sibuk mencari sesuatu di rak paling ujung.

"Kupikir kau tidak akan datang." ujar Jihwan tanpa berbalik, dari aromanya saja Jihwan sudah tahu. Feromon Woody bercampur Musk itu pastilah milik Taehyung.

Taehyung tak menanggapi hanya menunjukan smirik kecil di bibir sebelum menyadarkan punggungnya pada rak buku yang lain. Sorot matanya tampak sibuk memperhatikan Jihwan yang tengah berusaha menggapai buku di bagain paling atas.

"Kenapa kau bisa ke istana di jam seperti ini nona Shin." Taehyung bersuara tanpa berniat membantu walaupun Jihwan berjinjit kesusahan.

Jihwan menghela nafasnya menyorot Taehyung penuh intimidasi, pun kesal karena buku yang ia cari tak sampai dari jangkauan tanganya. "Hanya memastikkan saja kalau kau baik-baik saja. Memangnya siapa gadis itu?" Sekarang Jihwan balik bertanya, sejak tadi ia dirundung rasa penasaran yang besar. Apa lagi ia bisa mencium aroma gadis itu di tubuh Taehyung.

Aroma manis, lebih manis dari miliknya.

Kemudian pria Kim itu menganggukan kepalanya pelan, tungkainya mendekat hingga membuat Jihwan mundur dan terperangkap oleh tubuh Taehyung diantara rak buku. Kedua iris mereka bertemu cukup lama sebekum Taehyung kembali bersuara. "Jihwan, apa kau yakin akan melajutkan perjodohan ini walaupun kau tahu apa yang aku inginkan?"

Respon Jihwan tak berlebihan walaupun ia tahu arah pembicaraan Taehyung yang sebenarnya. Taehyung lalu membuat jarak saat Jihwan tak kunjung menjawab dan kini mereka saling berhadap setelah berhasil mengambil buku yang diinginkan Jihwan.

"Entahlah, aku juga tidak yakin. Aku hanya mengikuti alur saja." kata Jihwan kemudian mengedikan bahu lalu mengambil buku bersampul maroon itu dari tangan Taehyung. Bibirnya tersenyum pahit tanpa menatap Taehyung. "Kalau dia memang gadis yang kau cari selama ini, baguslah itu artinya kau sudah menemukan apa yang kau inginkan maka aku senang mendengarnya."

ᴛʜᴇ ʟɪᴠɪɴɢ ᴏꜰ ꜱᴀɢᴀ; ᴛʜᴇ ᴡᴇʀᴇᴡᴏʟꜰ ʙʀɪᴅᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang