The Living of Saga - Helliconia

58 13 2
                                    

"Cinta dan rasa ingin memiliki taklah sama."

· • -- ٠ ✤ ٠ -- • ·· • -- ٠ ✤ ٠ -- • ·



Evan merebahkan tubuh Hyojoo dengan hati-hati di atas ranjang besar. Bibirnya tersungging tinggi merasa puas karena berhasil mendapatkan gadis Han itu. Evan melihat seluruh tubuh Hyojoo hingga menyadari kaki sang gadis lecet di beberapa bagian. Ia langsung menutup hidungnya sebab aroma darah Hyojoo menyeruak tajam.

"Tidak, aku tidak boleh melakukanya sekarang." Evan melangkah mundur dan menggelengkan kepala saat instingnya semakin tak terkontrol.

Raja vampir itu kemudian mendekat lagi untuk menyelimuti Hyojoo agar mengurangi aroma darah yang menyeruak memenuhi ruangan. Sesaat Evan terpanah akan rupa sang gadis. Hyojoo layaknya seorang Dewi yang memiliki kecantikan alami. Tanpa sadar tanganya terangkat untuk menyentuh wajah Hyojoo yang terlelap namun pergerankan kecil yang Hyojoo ciptakan membuat tangan Evan tertahan di udara. Ia segera menarik tangannya kembali saat menyadari gadis Han itu mulai membuka kelopak matanya.

"Ev-evan?"

Hyojoo berjengit kaget dan memundurkan tubuhnya hingga membentur headboard ranjang. "Kau...Ti-tidak mungkin, bagimana bisa aku bersamamu?" Hyojoo reflek meremat kepalanya yang tiba-tiba berdenyut hebat. Mencoba mengingat-ngingat kembali apa yang terjadi padanya sebelum jatuh pingsan.

Hutan. Sosok menyerupai Lea lalu...

"Kenapa? Kau tidak percaya kalau kita akan bertemu lagi, Han Hyojoo."

Sorot mata Evan berubah dingin. Menatap mata Hyojoo begitu dalam namun justru membuatnya terbuai oleh keelokan iras sang gadis. Perlahan ia hayut akan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul.

Sementara Hyojoo berusaha untuk tenang. Membawa irasnya kembali pada sang lawan.

"Apa yang kau inginkan, Evan? Kenapa kau melakukannya?"

Sontak Evan tertawa remeh. Merentangkan kedua tanganya dengan angkuh, menunjukan siapa dirinya yang sebenernya. "Aku adalah raja vampir, kau tahu apa yang aku inginkan bukan." katanya bersmirik.

Evan semakin mendekat hingga kedua manik mereka bertemu kembali. Evan mulai berbisik pada Hyojoo. "Aku melakukannya karena kau istimewa untuk aku dapatkan, Han Hyojoo."

"Evan, kau adalah orang yang baik tidak mungkin melakukan semua ini," ucap Hyojoo tulus, mencari sesuatu di dalam mata Evan yang berkilat tajam. Baru kali ini Hyojoo melihat diri Evan yang lain sejak kejadian di toko bunga waktu itu.

"Kau salah-"

Hyojoo menggeleng pelan. "Tidak Evan, kau hanya larut dalam ambisimu hingga membuatmu berbeda."

Even tersenyum sarkas tanpa mempedulikan tanggapan Hyojoo. Ia lalu merantai tangan kanan Hyojoo yang terhubung oleh ranjang agar gadis itu tidak bisa kemanapun. Rantai itu sangat kuat mustahil Hyojoo dapat melepasnya.

Tak lama di susul suara pintu kamar terbuka lebar, memunculkan sosok yang ada di dalam bayangan Hyojoo. Irisnya bersiborok melihat persepsi pria jangkung bertopi baret itu di sini.

Dia adalah pria yang ditemui Hyojoo di dalam hutan sebelum ia jatuh pingsan.

Bukan tanpa alasan Hyunjin melakukanya, ia hanya tidak bisa menatap Hyojoo terlalu lama. Entahlah, Hyunjin menjadi iba. Gadis itu sangat istimewa dan memiliki aura seorang Dewi yang dapat mengedalikan seseorang. Begitupun aroma darah Hyojoo yang membuat siapapun bisa lepas kendali. Terlebih bagi bangsa vampir yang haus darah seperti mereka.

"Hyunjin, jaga dia jangan sampai melarikan diri." Jedanya lalu membuang muka. "Obati juga luka di kakinya."

"Baik, Yang Mulia." Hyunjin membukuk hormat.

ᴛʜᴇ ʟɪᴠɪɴɢ ᴏꜰ ꜱᴀɢᴀ; ᴛʜᴇ ᴡᴇʀᴇᴡᴏʟꜰ ʙʀɪᴅᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang