"Terkadang yang terlihat, tak semuanya nyata."
─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙❀.₊˚.༄
.
.
.Evan membuka sebuah kotak kayu berwarna coklat gelap yang permukaanya diukir membentuk motif bunga mawar, pinggiranya halus dan terdapat detail ukiranya kecil yang rumit. Ia lalu meletakan sapu tangan bernoda yang ada di dalam sakunya bersama setangkai bunga Tiger Lily berwarna orenge yang telah diawetkan.
Memperlakukanya layaknya sebuah benda rapuh yang harus dijaga dan dirawat dengan baik, seperti dirinya yang merawat mawar-mawar merah di dalam kamarnya agar tidak cepat layu. Walaupun memiliki metode pengawetan supaya tidak perlu susah payah merawat namun Evan lebih menyukai mawar segar yang baru saja dipetik. Aromanya lebih manis.
Setelah benda berhaganya bersemayam di dalam kotak kayu ia lalu menutupnya kembali dan beralih mengambil sebuah mawar di dalam vas kaca berisi air. Mencium kelopkanya dalam-dalam hingga warna merah itu perlahan berubah menjadi hitam pekat bagitupun tangkai dan daunnya, namun anehnya mawar itu tetap segar serta tidak mengering sedikitpun.
Mawar merah melambangkan darah, laksana darah manusia yang harum dan segar.
"Percumah saja kau menyimpannya kalau tidak bisa memilikinya."
Entah sejak kapan persepsi Hyunjin telah berdiri diamabang pintu, menyorot Tuannya dengan senyum miring. Hyunjin juga bisa mencium aroma Tiger Lily yang masih tertinggal di udara, ia jadi penasaran akan sosok pemiliknya.
"Aku membutuhkanya bukan mengingkannya." Koreksi Evan tanpa berbalik, sibuk bersama mawar-mawarnya yang lain.
Sekilas Hyunjin tersenyum remeh, menggaruk pelipisnya sebelum bersuara lagi. "Jujur saja kau masih memikirkan gadis itukan." Tebakan Hyunjin tidak pernah salah, paling hanya meleset walaupun 99% benar.
Kemampuanya membaca sang lawan cukup mempuni setaran dengan Evan. Dari sudut pandang Hyunjin ada sesuatu yang membebani Evan selain kalap akan kebenaran, bahwa Taehyung telah berhasil satu langkah darinya.
"Mungkin masih ada kesempatan bila Taehyung belum menandainya saat ini." sambung Hyunjin.
Bibir tebal berwarna merah itu tersungging, dengan sorot dingin tanpa ekspresi. "Dia tidak akan menandai Hyojoo sebelum waktu yang dinginkan tiba. Itu artinya aku masih memiliki kesempatan merebut Hyojoo darinya."
•••
Hyojoo memejamkan mata sebentar kala rongga hidungnya mencium aroma bunga mawar yang manis. Namun disaat membuka matanya kembali hanya ada deretan buku-buku tua yang berjejar rapih di dalam rak berdiameter tinggi yang jumlahnya sangat banyak. Katanya saat kau mencium aroma buku tua akan terasa seperti harum mawar atau aroma manis coklat yang melekat di hidung untuk waktu yang lama.
Atensinya lalu beralih pada Jimin yang menunggunya masuk ke dalam ruangan layak perputakaan nasional, besar dan dan teratur, keadaanya tetap sama masih seperti yang ia lihat saat Lea mengajaknya ke sini. Nyaman dan tenang bersama aroma khas yang Hyojoo sukai. Sadar dirinya tertinggal jauh Hyojoo buru-buru mengikuti langkah Jimin sembari melihat sekelilingnya dengan kagum.
"Hyojoo!"
Reflek Hyojoo menoleh kesumber suara, melihat Jimin baru saja keluar dari lorong rak buku tepat dibelakang tubuhnya sekarang.
"Iya." Jimin tersenyum kecil lalu memberikan sebuah buku dengan sampul warna hitam yang baru saja ia ambil dari rak.
"Ambilah, kau harus membacanya agar kau tahu semua tentang kami." Katanya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴛʜᴇ ʟɪᴠɪɴɢ ᴏꜰ ꜱᴀɢᴀ; ᴛʜᴇ ᴡᴇʀᴇᴡᴏʟꜰ ʙʀɪᴅᴇ
FanfictionTaehyung ingin menjadi raja terkuat untuk menggantikan sang Ayah di kerajaan Valcke, dia dianugrahi bisa memilih matenya sendiri dan untuk menjadi yang terkuat Taehyung harus memiliki mate dari titisan Moon Goddess berdarah murni. Sementara raja vam...